Mohon tunggu...
EGA INDRA PUTRA
EGA INDRA PUTRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Mahasiswa Universitas Airlangga angaktan 2021 Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin program studi teknik elektro

Selanjutnya

Tutup

New World Pilihan

Siapkah Indonesia Menghadapi era Society 5.0?

25 Juni 2022   17:25 Diperbarui: 25 Juni 2022   17:29 1615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Visi jepang Society 5.0. Kredit: Pemerintah Jepang

Di era teknologi yang semakin canggih saat ini, revolusi industri 4.0 sudah menjadi hal yang tidak asing didengar bagi masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, revolusi ini menuntut kita untuk melakukan kebiasaan baru yang berguna untuk menunjang kehidupan masa kini yang serba canggih dan otomatis. Peradaban yang dulunya dianggap canggih, saat ini dianggap sudah tertinggal. Karena, untuk saat ini manusia terus berkembang dan berpikir bagaimana cara untuk mempermudah pekerjaan.

Dimulai dari revolusi 1.0 di Inggris pada abad ke-18, dengan diitemukan adanya mesin pintal yang membuat produksi lebih cepat. Revolusi ini, mengubah kebiasaan masyarakat dahulu bekerja di bidang pertanian menjadi masyarakat industri. Pada abad ke-19, ditemukan adanya listrik, yang merupakan cikal bakal adanya revolusi 2.0 dimana tenaga uap mulai tergantikan dengan tenaga listrik. Pada era ini, mobil dan pesawat sudah mulai diproduksi massal sebagai alat transportasi. 

Revolusi ini mengubah masyarakat yang dahulunya hanya bergantung pada transportasi umum beralih ke transportasi pribadi. Pada abad ke-20, revolusi industri 3.0 mulai muncul. Di era ini, peran manusia akan mulai tergantikan oleh mesim-mesin pintar yang serba otomatis berupa komputer dan robot. Peralatan industri sudah tidak lagi digerakkan oleh manusia tetapi sudah menggunakan komputer dalam pengendaliannya. Pada tahun 2011 hingga saat ini, ktia sudah masuk era digital dan internet. Berbagai inovasi seperti robot yang terhubung ke internet, Artificial Intelegence (AI), cloud computing, dan sebagainya.

Pada masa depan, kita akan dihadapkan dengan perubahan masyarakat yang lebih modern yaitu konsep society 5.0. Konsep ini pertama kali dicetuskan oleh mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe saat konferensi internasional pameran teknologi CeBIT (Centrum der Broautomation und Informationstechnologie und Telekommunikation) di Hannover, Jerman pada Maret 2017. Konsep ini sebenarnya berguna untuk membantu manusia untuk kebutuhan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan berbasis teknologi modern seperti Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), dan robot.

Konsep society 5.0 dengan industri 4.0 sebenarnya tidak berbeda jauh, tetapi yang membedakan dari konsep ini adalah objeknya. Jika industri 4.0 berfokus pada teknologi sebagai komponen yang penting, sedangkan society 5.0 ini berfokus pada manusia itu sendiri untuk bisa memanfaatkan teknologi yang sudah ada secara optimal dan menjadikan masyarakat yang pintar akan teknologi. Adanya society 5.0 ini, masyarakat bisa menyeimbangkan antara kemajuan ekonomi dan penyelesaian masalah manusia yang terintegrasi dengan dunia maya dan nyata.

Di indonesia sendiri, sudah banyak sekali penerapan dari industri 4.0 di berbagai daerah. Salah satu contohnya adalah adanya layanan E-Commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, OLX, dan lain-lainnya. 

Banyak sekali kemudahan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia untuk mempermudah kehidupan dimasa yang akan datang. Salah satu contohnya bisa mempertemukan penjual dan pembeli tanpa bertemu secara langsung. Hal itu merupakan suatu terobosan yang bagus di era pandemi saat ini yang sangat menjauhui kerumunan dan jaga jarak. Akan tetapi, diantara banyak manfaat yang ada, masih banyak sekali masyarakat yang belum mampu menggunakan aplikasi tersebut dengan mahir. 

Salah satu contohnya adalah sistem COD (Cash On Dilevery), dimana banyak beredar disosial media yang viral tentang seorang pembeli merasa dirugikan karena barang tidak sesuai dengan yang ia pesan, dan akhirnya pembeli tesebut memarahi kurir yang mengirim barang. Kurir disini menjadi korban luapan emosi, bahkan memberikan ancaman kepada kurir. Pada akhirnya, pembeli tersebut enggan untuk membayar barang yang sudah datang.

Pada kasus ini, pembeli perlu memahami tentang sistem COD tersebut. Kurir bertindak sebagai pengantar pesanan dengan selamat ke tangan pembeli, dan memastikan tidak terjadi kerusakan pada paket tersebut. Bukan tanggung jawab kurir untuk menentukan dari isi paket. Pembeli juga tidak diperkenankan untuk membuka paket sebelum membayar secara tunai sesuai harga marketplace kepada kurir. Padahal marketplace sendiri sudah menyediakan fitur untuk komplain dan retur paket.

Setelah melihat kasus seperti ini, saya sebagai penulis sangat perihatin melihat kejadian ini. Ternyata, tidak sedikit pembeli yang awam tentang sistem COD ini. Pembeli seharusnya lebih meningkatkan daya literasi dalam penggunaan teknologi serta sistem-sistem yang ada. Ditambah sekarang internet bisa didapat dimana saja dan kapan saja.

Dengan adanya berita yang viral terkait masalah COD ini, menurut saya sebagai penulis, masyarakat Indonesia masih belum mampu dalam menghadapi society 5.0 yang akan datang. Padahal kedepannya konsep ini, berguna untuk mempermudah masyarakat bukan malah mempersulit masyarakat. Maka dari itu, perlu adanya edukasi yang lebih dari pemerintah dan pihak terkait, untuk bisa meningkatkan literasi masyarakat yang awam mengenai sistem-sistem yang baru saat ini yang berguna untuk dimasa depan kelak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun