Mohon tunggu...
Ayumega
Ayumega Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Arab UIN Malang 2018

Dimanapun tempatmu, bergeraklah. Karena bergerak adalah bentuk syukur pada Sang Pencipta.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Al-Bahjah : Cahaya Kemuliaan Akhlak

3 Oktober 2021   12:53 Diperbarui: 3 Oktober 2021   13:02 1861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sejak awal, kami dikagetkan dengan terpilihnya kami untuk mengabdi sambil belajar di LPD Al-Bahjah Cirebon. Banyak dari kami yang berasal dari luar Jawa dan mengharuskan kami melakukan perjalanan jauh dengan beberapa ketentuan di masa pandemi ini dengan beberapa kloter. Vaksin, tes antigen, dan belum lagi persiapan-persiapan penting lainnya. Kami yang berjumlah 24, laki-laki dan perempuan disambut dengan sambutan luar biasa, sangat dimuliakan untuk tamu serendah kami.

Sesampai di Cirebon kami dijemput dengan kendaraan dari pondok dan menjalani isolasi selama tiga hari di sebuah perumahan Buya Yahya yang berada di daerah Griya Palem yang memang dikhususkan untuk tamu saja. Kami disiapkan tempat tinggal, kebutuhan sehari-hari, dan makan-makanan yang sangat cukup.

Tiga hari berselang, kami disebar ke beberapa cabang pondok Al-Bahjah di Cirebon, formal dan non formal. Termasuk LPD Al-Bahjah Pusat (Sendang, Kecamatan Sumber), LPD Al-Bahjah Banat Wanasaba, LPD Al-Bahjah Banat Pilang, LPD Al-Bahjah Buyut, LPD Al-Bahjah Banin Pancalang, dan lain sebagainya.

Minder? Pasti. Mengingat LPD Al-Bahjah merupakan lembaga pengembangan dakwah yang besar di bawah asuhan Buya Yahya Zainul Ma'arif. Beliau merupakan lulusan Pondok Pesantren Darul Lughah Wadda'wah, Bangil. Beliau juga merupakan mutakhorrij Universitas Al-Ahgaff, Yaman. Kelahiran LPD Al-Bahjah diawali dengan serangkaian perjalanan dakwah Buya Yahya sendiri.

Kami datang dengan berbekal keilmuan yang belum memadai untuk diajarkan kepada para santri. Namun, kami selalu berusaha untuk mengajarkan yang terbaik dan dibarengi keihkhlasan dari hati. Satu pesan dilontarkan Buya Yahya yaitu:

"Mari menguatkan niatnya lagi, dari yang berniat melaksanakan PKL sebagai syarat lulus kuliah, ubah niatnya dengan niat menjadi mujahidin, pejuang (khidmah) pada Allah. Niat karena Allah. Lulus kuliah hanyalah bonus. InsyaAllah akan ada banyak keberkahan di sana." 

LPD Al-Bahjah memiliki 4 cabang divisi, antara lain: Formal yang terdiri dari SD Islam Qur'ani, SMP Islam Qur'ani, dan SMA Islam Qur'ani); Non Formal yaitu Tafaqquh yang fokus mempelajari ilmu Agama yang terdiri dari Program Al-Miftah (menganut sistem pembelajaran Pondok Pesantren Sidogiri), Takhossus Lughah al-'Arabiyyah (Fokus Belajar Bahasa Arab), Tahqiq al-Mutun (Fokus mempelajari matan-matan kitab); Tahfidz (sebelum usia 15 tahun); dan Pejuang (orang-orang yang mengabdi di pondok).

Untuk divisi formal, selain belajar ilmu Agama, mereka juga mengikuti sekolah formal yang formasi kelasnya dipisah antara santri banin (putra) dan santri banat (putri). Divisi Tafaqquh fokus mempelajari ilmu Agama, kitab-kitab Fiqih, Nahwu, Shorof, bahasa Arab dan lainnya. Divisi Tahfidz fokus pada hafalan Al-Qur'an dan divisi pejuang fokus pada pengabdian. Dewan guru, penjaga POSKESTREN, satpam, penjaga AB Mart, penjaga AB Milk, penjaga AB Chicken, pengelola BMT, pengelola Al-Bahjah TV dan RadioQu Network, pengelola zakat dan wakaf, pengelola AB Travel, sopir, dan lain sebagainya, merekalah yang disebut para pejuang Al-Bahjah.

LPD Al Bahjah memiliki hampir 40 cabang di Indonesia seperti Bandung, Cianjur, Tulungagung, Blitar, Indramayu, dan lain sebagainya. Selain di dalam negeri, LPD Al Bahjah juga memiliki cabang di Malaysia tepatnya di daerah Johor. Di Cirebon sendiri, cabangnya sekitar 10 cabang pondok dengan fokus pembelajaran yang berbeda-beda. Seperti LPD Al Bahjah Banat Wanasaba fokus untuk santri Tafaqquh/Takhosus Lughah al-'Arabiyyah (khusus mempelajari bahasa Arab tanpa belajar formal). Mereka fokus mengkaji kitab kuning, nahwu, shorof, dan bahasa Arab. Program ini dipersiapkan untuk masuk di program Tafaqquh Al Bahjah Cianjur. Mereka hanya belajar 1 tahun dan jumlah mereka hanya sekitar 140 santri banat (putri).

Selain itu, ada LPD Al Bahjah 2 Buyut, cabang mandiri terbesar yang memiliki sekolah formal SMPIQu (Sekolah Menengah Pertama Islam Qur'ani) dan SMAIQu (Sekolah Menengah Atas Islam Qur'ani) layaknya LPD Al Bahjah Pusat. Terletak lumayan jauh dari Al Bahjah Pusat, perjalanan menuju LPD Al Bahjah 2 Buyut hanya memerlukan waktu sekitar 40 menit. Pondok ini di asuh oleh Abah Sayf Abu Hanifah dan Ummah Fatimatuz Zahro, murid pertama Buya Yahya dan sampai sekarang peningkatan fasilitas dan bangunan terus berkembang.

Dalam kesehariannya, Al-Bahjah selalu mencerminkan Yaman. Jubah putih yang selalu dikenakan santri banin (putra) melambangkan kesucian hati dan jiwa serta gamis hitam (abaya) yang dikenakan santri putri mencerminkan kemuliaan diri seorang perempuan layaknya Sayyidah Fatimah az-Zahro putri Rasulullah saw. Tidak hanya penampilan, kegiatan-kegiatan santripun juga menganut manhajiyah yamaniy. Mulai dari Hadrah Basaudan, Maulid, Burdah, dan lain sebagainya. Ciri khas ini selalu berkaca pada negera Yaman karena Buya Yahya dan Ummi Fairuz ar-Rahbini sendiri lulusan dari Universitas Al-Ahgaff.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun