Mohon tunggu...
Alvin Yehezkiel
Alvin Yehezkiel Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Medan, Sumatera Utara 07 Januari 2001

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perpecahan yang Disebabkan oleh Wabah Kebiasaan Buruk

11 November 2020   19:04 Diperbarui: 11 November 2020   19:06 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Canggihnya teknologi dan besarnya pengaruh masa selalu membuat apa yang unik, aneh, dan menarik perhatian publik menjadi trending di mana-mana, di media sosial seperti Instagram, Twitter, Facebook, Youtube, bahkan Tiktok.

Nah, pastinya hal-hal baru tersebut tidak luput dari reaksi para responden. Ada yang menggangap keren, unik, bangga, tetapi ada juga yang memberikan respon negatife seperti komentar buruk, judging yang sangat keras, dan pembullyan baik secara langsung maupun tidak secara langsung seperti pencemaran nama baik melalui media sosial. 

Tindakan ini bukan cuman menjadi aksi di beberapa daerah saja tetapi sudah mewabah ke seluruh negara ini, dan semakin lama sudah menjadi kebiasaan yang dimaklumi, yang harusnya suatu hal hanya diisi oleh komentar pujian, saran, dan kritik malah sudah bertambah menjadi komentar celaan, caci maki, dan banyak hal negatif lainnya. 

Hal ini selalu menjadi salah satu alasan utama kenapa banyak anak milenial sekarang bahkan seluruh generasi takut untuk mengekspresikan diri, dan takut untuk keluar dari zona nyaman pastinya. Perbedaan pendapat yang semakin besar akan membuat orang-orang merasa bahwa dia yang paling benar, dan nantinya akan menjadi perpecahan juga nantinya.

Ada beberapa hal yang selalu menjadi perhatian para warganet dalam mengkritik sesuatu, misalnya seperti orang-orang yang selalu memakai bahasa Inggris di hidupnya. "Sok Bule lu", "Yaelah masih belepotan amat dah inggris nya", dan "Lu enggak pantes dah sok sok inggris", kata-kata ini yang selalu muncul dihadapan orang-orang yang sedang mencoba berjuang belajar untuk mahir berbahasa Inggris. 

Kebiasaan mencela orang yang lagi belajar berbahasa inggris di kehidupan sehari-hari, kalau mencela untuk membenarkan perkataannya yang salah ya tidak apa-apa. Bahasa Inggris memang adalah bahasa internasional yang sangat disarankan untuk dikuasai, tapi karena kita orang Indonesia yang bahasa sehari hari kita ya harusnya berbahasa Indonesia, tetapi tidak masalah kok kalau menggunakan bahasa inggris untuk hal-hal kecil atau bahkan untuk pekerjaan, itu bisa menambah value diri juga pastinya. 

Alangkah baiknya jangan terlalu cepat mengkritik atau mencela orang ketika berbahasa Inggris, kalau memang tidak mengerti kan bisa minta lawan bicara dengan sopan untuk berbahasa Indonesia saja kan ya.

Kemudian salah satu hal yang menjadi pusat perhatian adalah ketika orang-orang yang speak up mencoba untuk meyakinkan para warganet mengenai hal-hal yang mungkin berbeda dari biasanya. Ada 2 jenis kejadian yang menurut saya sering terjadi sebagai respon negatif kepada orang yang ,mencoba menyuarakan pendapat dan suaranya. 

Yang pertama biasanya dalam hal speak up di media sosial, kembali lagi ke komentar yang negatif, mungkin banyak orang mendukung speak up tersebut tetapi tidak sedikit juga para warganet yang menghakimi dengan sangat keras bahkan mengenai hal tersebut. Seperti mereka berlomba mengutarakan pendapat mereka agar pendapat mereka lebih diterima dan masuk akal dibandingkan dengan orang yang sedang mencoba mengutarakan pendapat mereka di media sosial (di mana dalam hal ini mengutarakan yang positif ya). 

Ditambah di antara komen yang tertera ada satu orang yang melakukan power abuse untuk menjatuhkan orang yang sedang speak up tersebut. Dalam hal ini sebenarnya jika memang memiliki pendapat yang berbeda terhadap pendapat orang lain yang masih bisa diterima oleh umum juga sebenarnya kan bisa di keep di diri sendiri aja, tidak perlu terlalu menjatuhkan. 

Contohnya seperti zaman sekarang lagi sering tuh speak up "Love Yourself and Be Kind", dan banyak juga yang berpendapat "halahhh, kan wajar insecure", "iyalah love yourself, lu kan cantik kaya", "omong kosong, sok bener deh". Ya walaupun kita tidak tau juga apakah orang yang speak up tersebut sudah memenuhi apa yang dia utarakan, tetapi kembali lagi itu bukan urusan kita, apalagi kita yang hanya mengetahuinya lewat internet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun