Mohon tunggu...
annisabaaaa
annisabaaaa Mohon Tunggu... Lainnya - a girl

I do my owns stunts

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Sastra Anak sebagai Penumbuh Karakter pada Anak

28 Oktober 2021   09:00 Diperbarui: 28 Oktober 2021   09:05 1261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di Indonesia keberadaan sastra anak belum memperoleh perhatian yang cukup serius. Padahal sastra anak dapat digunakan sebagai alat pembelajaran untuk mengembangkan budi pekerti anak. Dalam hal ini, melalui karya sastra anak dapat melakukan olah rasa, olah batin, dan olah budi sehingga secara tidak langsung anak-anak dapat membedakan dan menimbang hal-hal yang baik ataupun buruk. Sastra anak memiliki fungsi menyenangkan dan bermanfaat. Sesuai dengan fungsinya, sastra anak mampu memberikan atau menghadirkan inspirasi dan daya imajinasi anak-anak untuk membangun keinginan-keinginannya karena sastra bercerita tentang kehidupan yang mampu menjadikan anak menjadi manusia seutuhnya.

Sastra anak adalah sastra yang memang sengaja ditujukan untuk anak-anak. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh penulis atau pengarang yang secara eksplisit memberikan pernyataannya tersebut melalui kata pengantar dan dapat pula ditunjukkan oleh media yang memuatnya, seperti pada buku atau majalah anak-anak, yakni Ananda, Bobo, Mentari, dan lain-lain. Pandangan yang lain mengatakan bahwa sastra anak berisi tentang cerita anak. Hal ini bisa diketahui karena hampir tidak ada atau jarang sekali ditemukan sastra anak yang mengandung perasaan romantisme ataupun nostalgia, karena hal tersebut tidak sesuai dengan karakteristik jiwa anak-anak. Topik karya sastra anak biasanya mencakup semua hal yang dekat dengan dunia anak, kehidupan manusia, binatang, tumbuhan yang mengandung nilai-nilai pendidikan, moral, agama, dan nilai positif lainnya.

Pandangan yang selanjutnya mengatakan bahwa sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh anak-anak. Sebenarnya hal ini memiliki alasan yang kuat karena sesungguhnya hanya anak-anak yang dapat mengekspresikan perasaan, pengalaman, dan pemikirannya dengan jujur dan sesuai dengan anak. Namun juga ada beberapa penulis dewasa yang mampu dan berhasil dalam membuat karya sastra anak. Seperti, J.K Rowling penulis novel Harry Potter, Laila S, dan Anton Hilman. Sastra anak juga merupakan sastra yang berisikan nilai-nilai moral atau pendidikan yang memiliki nilai positif bagi anak untuk berkembang menjadi manusia yang beradab dan berbudaya di lingkungan masyarakat. Misalnya pada cerita rakyat yang umumnya diturunkan dari mulut ke mulut dan merupakan cerita masyarakat masa lalu yang mengandung banyak nilai moral yang bermanfaat bagi anak-anak.

Sastra anak diyakini memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian atau karakter anak dalam proses pertumbuhannya menuju dewasa yang memiliki jati diri yang jelas. Kepribadian dan jati diri anak mulai dibentuk atau terbentuk dari lingkungan secara sadar maupun tidak sadar. Anak akan mulai melakukan hal-hal sesuai dengan kebiasaan yang telah diajarkan kepadanya, contoh, dan dari perilaku orang tuanya, serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungan masyarakat.  Dan diantaranya dapat termasuk di dalamnya adalah karya sastra. Sastra mampu dimanfaatkan sebagai salah satu cara atau sarana untuk menanamkan, mengembangkan, dan bahkan melestarikan nilai-nilai yang baik. Kontribusi pada sastra anak sangat berperan penting bagi pembentukan karakter anak.

Seluruh karya sastra yang diciptakan tentu memiliki manfaat bagi pembacanya. Hal tersebut merupakan tujuan dari setiap penulis atau pengarang. Sastra anak dari segi unsur intrisiknya bermanfaat untuk (a) memberi kesenangan atau kegembiraan, dan kenikmatan atau kepuasan bagi anak-anak, (b) dapat mengembangkan daya pikir imajinasi anak-anak dan membantu anak dalam menggambarkan atau memikirkan mengenai kehidupan, alam, pengalaman, dan gagasan, (c) memiliki pemikiran wawasan yang luas mengenai kehidupan anak yang memiliki perilaku kemanusiaan, (d) memberikan pengalaman yang baru seperti baru dirasakan dan telah dialami sendiri oleh anak, dan (e) memperkenalkan dan memberikan anak tentang pengalaman universal. Dari segi unsur ekstrinsiknya sastra anak bermanfaat untuk (a) mengembangkan kognitif anak, (b) mengembangkan aspek kebahasaan anak, (c) mengembangkan aspek sosial anak, dan (d) perkembangan kepribadian pada anak.

Zubaedi (2013:12) mengatakan bahwa kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau dapat diartikan dengan menandai dan memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Dapat direfleksikan dengan jika ada seseorang yang memiliki perilaku serakah, jahat, suka berbohong, dan mencuri dapat dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter jelek. Sementara seseorang yang memiliki perilaku rajin, suka menolong, baik hati, dan jujur dapat dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter baik atau orang yang berkarakter. Jadi seseorang dapat dikatakan berkarakter jika orang tersebut mempunyai perilaku yang sesuai dengan kaidah nilai moral.

Karakter merupakan sifat batin yang memberi pengaruh pikiran, perilaku, budi pekerti manusia, dan tabiat yang dimiliki oleh manusia atau makhluk hidup lainnya. Untuk dapat mengembangkan atau menumbuhkan hal-hal tersebut dengan baik maka harus ditanamkan atau diajarkan sedari kecil, sehingga akan menjadi kebiasaan yang akan melekat dalam diri. Perilaku baik seseorang juga dapat dibentuk melalui karya sastra, khususnya sastra anak karena sastra anak memiliki banyak cerita yang mendidik. Seorang anak akan memiliki karakter baik jika ia dibiasakan untuk sering membaca atau diberi buku cerita yang baik oleh orang tuanya agar anak bisa meneladani setiap perilaku tokoh-tokoh yang baik dalam sebuah cerita. Melalui cerita-cerita yang ia baca maupun yang dibacakan oleh orang dewasa kepada anak-anak itulah yang akan membuat anak memiliki atau memperoleh ilmu teladan yang baik dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Pada saat usia belia, anak-anak akan dengan mudah meniru dan menyerap ilmu yang diajarkan dengan sangat mudah. Oleh karena itu, pada saat anak mendengarkan atau membaca cerita, mereka akan meniru sifat-sifat baik dari tokoh yang ada dalam cerita. Namun, diperlukan pula peran orang tua untuk senantiasa mendampingi anak pada saat membaca cerita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun