Mohon tunggu...
Irpan Supu
Irpan Supu Mohon Tunggu... Administrasi - penulis yang malas

kebahagiaan itu ada di rumah, ketika dirumah kau tak bahagia, itu tanda kau pribadi yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Politik Jalan Tengah Jokowi dan SBY

12 November 2018   14:12 Diperbarui: 12 November 2018   14:36 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Istilah jalan tengah secara subtansial dipraktekkan dalam kehidupan politik indonesia sejak perumusan dasar negara pada tahun 1945, hingga saat ini. 

"Jalan tengah" adalah arus pikir yang pada satu sisi menempatkan agama(islam) masuk dalam ruang negara namun tidak menjadikan agama sebagai simbol formal identidas kenegaraan, dan disisi yang lain mengakomodir kelompok kelompok minoritas dan nasionalis (istilah lain menyebutnya nasionalis sekuler) menjadi bagian pula dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

Partai Demokrat menyebutnya dengan istilah nasionalis religius, Soekarno menyebutnya Nasakom, orde baru menyebutnya demokrasi pancasila, dll. Memang eksistensi kelompok politik islam adalah sebuah keniscayaan dalam ruang politik indonesia. Begitu pula eksistensi kelompok nasionalis, dua bandul politik yang terus bercengkerama dalam ribut ribut politik tanah air sejak  73 tahun lalu. 

Jika dua kelompok ini tidak mencapai titik temu maka  suhu politik akan labil hingga dapat membuat guncangan yang maha dahsyat. sebagai contoh perdebatan pada sidang konstituante tahun 1950 -1959, atau saat awal awal orde baru. 

Era pasca orba juga demikian, bagaimana megawati yang sadar diri membutuhkan kelompok islam harus menggaet Hasyim musyadi sebagai representasi Islam untum mendampinginya sebagai pasangan capres pemilu 2004. sayang mega hasyim kalah oleh SBY JK. saat SBY pemimpin 10 tahun relatis stabilitas politik tanah air terjaga dari politik identitas, krn SBY mengakomodir seluruh kekuatan politik islam baik itu yang berwujud partai politik maupun kelompok masyarakat sipil seperti NU dan Muhammadiyah. SBY juga terkesan "sangat demokratis" terhadap kelompok politik ekstim seterti HTI dan FPI. banyak aksi FPI yang sebatas hanya disesalkan oleh SBY.

Giliran Jokowi sebagai presiden, nampak pendekatan politiknya berbeda terhadap dua aliran politik tanah air ini, tanpa tedeng aling aling Melalui Cahyo Kumolo dan Yasonna laoly, dua kader tulan PDI perjuangan, Jokowi langsung membubarkan HTI serta menyerang habis habisan FPI, hingga menyebabkan FPI tiarap dan bahkan HRS sebagai aktor utama FPI lari ke arab saudi.  

Empat tahun terakhir FPI yang terkenal dengan razia THM, kini diam seribu bahasa. Namun pengusungan ahok sebagai calon gubernur DKI menjadi bumerang sekaligus pil Pahit bagi Jokowi dan PDI perjuangan, sederhananya Ahok yang non muslim menjadi penyempurna kebercian rakyat jakarta terhadap gaca pribadinya yang ceplas ceplos. hingga muncullah aksi 411 dan 212 yang buat jokowi dan PDI perjuangan kalang kabut. 

Ini tergambar dari safari politik jokowi ke seluruh ormas islam selang aksi tersebut. sebenarnya jokowi juga mengakomodir kelompok masyarakat islam yang termanifestasi pada NU dan Muhammadiyah, tapi itu tidak cukup. hingga akhirnya dalam penentuan calon wapres pendampingnya trauma aksi 212 masih terngiang di dalam diri jokowi dan PDI perjuangan, hingga harus memilih kyai sepuh maruf amin. untuk menutupi lubang besar dimata publik bahwa ia dekat dengan kalangan islam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun