Mohon tunggu...
Safrin Octora
Safrin Octora Mohon Tunggu... Dosen - Staf pengajar di salah satu perguruan tinggi di Medan. Berminat pada industri periklanan dan pemasaran,serta public speaking dan komunikasi

Staf pengajar di salah satu perguruan tinggi di Medan. Berminat pada industri periklanan dan pemasaran,serta public speaking.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hidup Sehat bagi Penderita Diabetes

25 Februari 2020   16:30 Diperbarui: 25 Februari 2020   16:35 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pagi tadi saya jumpa dengan kawan lama, sesama kuliah. Sebenarnya kami bukan satu angkatan. Dia lebih dahulu setahun kuliah dari saya. Namun entah kenapa, kami sering kuliah bersama. Akibatnya dia lebih akrab dengan angkatan kami, meskipun tidak luput juga berkawan dengan angkatannya. Dia telah purna bakti setahun yang lalu dari sebuah instansi pemerintah dari salah satu kabupaten di Sumatera Utara. Namun sepintas kelihatan sehat.

Namun penglihatan saya itu ternyata keliru. Tiba-tiba dia bercerita. Sabtu yang lalu dia merasakan tidak enak badan berkepanjangan. Oleh tenaga medis yang datang memeriksa, dia dinyatakan memiliki kandungan gula darah yang "high". Tidak dijelaskan berapa persis angka gula darah. Cuma dinyatakan "high" dan diberikan obat.

Saya lalu nyeletuk dengan santai, "ach diabet, ngapain takut". Dia melihat saya dengan serius. Seakan-akan kaget dengan pernyataan saya yang santai itu tentang salah satu  penyakit yang banyak ditakuti orang itu dan banyak diidap orang Indonesia.

Untuk membuat dia mengurangi rasa takut, saya mengatakan bahwa saya adalah pengidap diabetes, sama seperti dia.

"Bahkan sudah lama saya menderita diabetes. Sejak tahun 2002", kata saya berusaha untuk menyamakan persepsi dengan kawan tersebut. Kajian-kajian komunikasi selalu mengatakan agar kita menyamakan "frame of reference & field of experience" dengan lawan kita berkomunikasi, agar proses komunikasi berjalan dengan baik dan berkesinambungan.

Pernyataan kajian-kajian komunikasi itu ternyata tidak salah sama sekali. Kawan saya itu memandang saya dengan serius dan mengajukan kata tanya, "oh ya", tanyanya. Iya, jawab saya singkat. Ini ceritanya, lanjut saya.

&&&

Peristiwa itu terjadi pada 2003,  tepat 17 tahun yang lalu ketika saya menjadi Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi USU. Dinamika kerja waktu itu cukup ketat dan keras. Dekan Fisip waktu itu selalu menekankan kepada ketua-ketua jurusan agar mencoba untuk melakukan akreditasi terhadap jurusan masing-masing. Karena akreditasi merupakan tolok ukur keberhasilan sebuah jurusan dalam proses belajar mengajar.

Dorongan dekan itu memacu saya untuk berbuat terbaik. Sehingga datang pagi dan pulang malam (biasanya habis maghrib) adalah bagian dari dinamika kerja. Untuk mendukung dinamika kerja itu, saya selalu makan tepat waktu dengan porsi yang lumayan banyak plus ditambah dengan asupan teh manis. Namun semua itu tidak sesuai dengan kondisi tubuh. Sehingga suatu hari ketika demam, saya berkunjung ke seorang dokter. Dia meminta saya untuk test darah, untuk mengetahui jumlah gula darah. Biasanya gula darah normal berkisar 140 untuk orang yang sehat.

Namun sore itu gula darah saya mencapai angka 250 melalui test pack yang dilakukan. Itu artinya saya mengidap diabetes. Terus terang saya kaget sekali. Umurnya saya waktu itu masih 41 tahun. Cukup muda untuk seorang penderita diabetes. Oleh dokter tersebut saya diberikan semangat untuk bisa menikmati kondisi ini. Diabetes yang saya idap adalah diabetes type dua, kata si dokter, ketika saya mengatakan bahwa bapak ibu saya masih sehat-sehat dan tidak ada menderita diabetes satu orang pun. Lalu si dokter menyarakan saya untuk olahraga, minimal 30 menit setiap hari.

Oh ya diabetes itu ada dua jenis. Pertama type 1. Jenis ini biasa diakibatkan oleh proses keturunan. Seorang ibu yang menderita diabetes bisa menyebabkan anaknya yang sedang dikandung akan menderita diabetes juga. Sedangkan diabetes tipe 2, adalah seseorang yang mengidap diabetes karena gaya hidup. Artinya seseorang yang suka makan berlebihan, kurang olahraga, suka mengkonsumsi minuman ringan berlebih, gampang terkena diabetes. Dan itu adalah saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun