Mohon tunggu...
ANNISA PERMATA
ANNISA PERMATA Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Potensi Akuakultur dan Kendala yang Dihadapi Indonesia

26 Maret 2021   09:02 Diperbarui: 26 Maret 2021   09:12 4048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Indonesia merupakan negara kepulauan. Berdasarkan letak geografisnya, negara Indonesia terletak antara dua benua dan dua samudera. Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada yaitu sekitar 95.161 km dan luas wilayah laut sekitar 5,8 juta km2 yang mencakup wilayah teritorial 3,1 juta km2 serta Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 2,7 juta km2. Sebagai negara kepulauan,  Indonesia juga disebut sebagai negara maritim karena 2/3 dari wilayahnya merupakan lautan.

Sebagai negara maritim, banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai nelayan atau profesi lainnya yang berhubungan dengan kemaritiman. Maka dari itu, kegiatan perikanan pun sudah tidak asing lagi untuk di lakukan. Selain wilayah lautan, Indonesia juga memiliki wilayah daratan yang di dalamnya terdapat perairan daratan. Perairan daratan merupakan semua bentuk air yang terdapat di daratan. Sungai, waduk, danau, dan rawa termasuk ke dalam perairan daratan. Laut Indonesia dan perairan daratannya  dapat dimanfaatkan sebagai sistem akuakultur.

Apa sih Akuakultur itu?

Akuakultur merupakan cara pengelolaan atau cara memelihara organisme akuatik dalam lingkungan yang dikendalikan oleh manusia. Organisme akuatik tersebut tidak hanya berjenis ikan (pisces) saja, tetapi mollusca dan crustacea juga termasuk ke dalam organisme akuatik sesuai dengan definisi ikan menurut undang-undang. Menurut Undang-undang No.45 Tahun 2009 Pasal 1 menjelaskan definisi ikan bahwa "Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian siklus hidupnya berada di dalam perairan". Akuakultur juga biasa disebut dengan  fish farming.

Akuakultur ini tidak sama dengan hal nya perikanan tangkap. Akuakultur merupakan pembudidayaan organisme akuatik. Biasanya hasil akuakultur ini berperan penting dalam kebutuhan konsumsi masyarakat, produksi ikan hias, produksi bahan industri misalnya obat-obatan, kosmetik, kerajinan, dan sebagainya. Kenapa sih akuakultur ini harus dikembangkan? Akuakultur atau budidaya ini harus dikembangkan sebab produksi  perikanan tangkap sudah semakin sedikit karena pada perikanan tangkap banyak terjadi over fishing (kelebihan penangkapan) juga ada beberapa ekosistem yang rusak sehingga mempengaruhi pada perikanan tangkap.

Indonesia memiliki potensi akuakultur yang sangat besar baik itu di laut (marine) maupun perairan daratan (inland). Sebagai contoh komoditas marine culture di Indonesia yaitu rumput laut, lobster, udang, ikan kakap, bawal bintang, kerapu, abalone, dan ikan tuna. Penerapan marine culture biasanya dengan menggunakan karamba jaring apung (KJA), karamba tancap, rakit, dan kandang. Sedangkan komoditas inland culture contohnya yaitu ikan nila, bandeng, patin, kerapu, dan ikan mas. Yang termasuk pada inland culture yaitu budidaya air tawar dan air payau. Menurut data dari  Food and Agriculture Organization (2016), negara Indonesia menempati peringkat ke-2 dari 10 negara peringkat teratas produksi akuakultur setelah China pada tahun 2014 dengan total produksi akuakultur kurang lebih sebesar 14.330,9. Total produksi akuakultur tersebut merupakan hasil akumulasi dari inland aquaculture, marine aquaculture (coastal aquaculture), mollusca, crustacea, dan hewan akuatik lainnya serta tumbuhan air. Total produksi inland aquacultutre pada tahun 2014 kurang lebih sebanyak 2.857,6 sedangkan total produksi marine/coastal aquaculture pada tahun 2014 kurang lebih sebanyak  782,3. Meskipun negara Indonesia menempati pada peringkat kedua, tetapi jumlah total produksi akuakultur negara Indonesia sangat jauh berbeda dengan negara China dengan total produksi akuakultur negara China yaitu kurang lebih sebesar 58.795,3. Masih banyak kendala yang dapat mempengaruhi berjalannya kegiatan akuakultur di negara Indonesia.

Beberapa kendala yang dapat menghambat jalannya akuakultur di Indonesia ini diantaranya yaitu harga pakan yang tinggi, pengunaan benih yang berkualitas kurang di perhatikan, keterbatasan teknologi, sumber daya manusia pembudidaya organisme akuatik yang berkualitas masih terbatas, terjadinya penurunan kualitas perairan, dan sebagainya.

  • Harga Pakan Tinggi
    Harga pakan yang tinggi merupakan salah satu kendala yang dialami dalam bidang akuakultur. Sebagian besar bahan baku yang digunakan untuk pembuatan pakan masih mengimport atau masih didatangkan dari negara lain sehingga ongkos yang digunakan itu cukup besar maka harga pakan menjadi meningkat. Selain itu hal yang dapat menyebabkan harga pakan menjadi tinggi, yaitu industri yang menyediakan bahan baku pakan lokal yang berkualitas masih sangat terbatas.
  • Pengunaan Benih yang Berkualitas Kurang di Perhatikan
    Benih merupakan salah satu komponen penting yang berpengaruh terhadap pembudidayaan. Ciri-ciri benih yang baik yaitu sehat, tidak membawa penyakit atau parasit, responsif terhadap pakan, dan tidak cacat. Tetapi penggunaan benih yang bermutu kurang di perhatikan di Indonesia oleh si pembudidaya karena mereka berfikir hanya melakukan budidaya saja tanpa memperhatikan benih yang berkualitas. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya sumber daya manusia yang berkualitas dalam bidang akuakultur ini sedikit.
  • Keterbatasan Teknologi
    Kendala selanjutnya yaitu keterbatasannya dalam bidang teknologi. Umumnya teknologi yang digunakan itu masih sederhana yang mana pembudidaya belum mempersiapkan kolam secara optimal misalnya masih menggunakan kolam tanah juga pembudidaya memberikan pakan manual dengan takaran pakan yang tidak sesuai dengan jumlah ikan sehingga pemberian pakan bisa kurang atau berlebihan.
  • Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang Berkualitas
    Sumber daya manusia (SDM) pembudidaya organisme akuatik yang berkualitas masih terbatas termasuk pada kendala yang menghambat kegiatan akuakultur. Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) ini dikarenakan kurangnya ilmu yang didapatkan oleh si pembudidaya sehingga pergerakan yang akan dilakukan oleh si pembudidaya dalam melakukan kegiatan akuakultur itu terbatas.
  • Penururan Kualitas Perairan
    Penurunan kualitas perairan masih berkaitan dengan sumber daya manusia yang berkualitas pada bidang akuakultur terbatas. Penurunan kualitas air dapat mengganggu organisme akuatik yang dibudidayakan di dalam perairan tersebut misalnya ikan lebih mudah terkena penyakit yang dapat menyebabkan produktivitas budidayanya akan mengalami penurunan atau mungkin kegiatan budidayanya menjadi tidak menarik lagi. Penurunan kualitas perairan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya suhu air, pH, salinitas, oksigen terlarut (Disolved Oxygen), dan bahan organik maupun anorganik yang dapat mencemari perairan tersebut.

Dengan beberapa persoalan yang dapat menghambat keberlangsungan kegiatan akuakultur yang telah dipaparkan diatas, pemerintah seyogyanya mengkaji kembali aturan dan memberikan jawaban atas kendala yang di hadapi oleh akuakultur di negara Indonesia karena akuakultur ini merupakan hal yang penting bagi negara kita. Sedikitnya untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dalam bidang pembudidayaan ini bisa dilakukan dengan diadakannya dukungan layanan penyuluhan yang mana dapat berfungsi sebagai pemberi informasi ilmu terkait akuakultur, sebagai konselor agar masyarakat atau pembudidaya dapat berkonsultasi terkait kendala yang mereka hadapi, dan sebagai motivator sehingga mereka dapat terus semangat untuk mengembangkan akuakultur ini. 

Sumber:

http://poltekkp-bitung.ac.id/batampung/file/10-_status_sd_perikanan_56-66.pdf

https://www.bappenas.go.id/files/7614/4401/4206/Strategi_Pengelolaan_Perikanan_Berkelanjutan.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun