Mohon tunggu...
Lionel Messi
Lionel Messi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

pengamat tingkah laku binatang di indonesia dan pengamat lain2 | http://berita-kompas.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Karl Marx: Kompasiana Membuat Otak Saya Tumpul

7 Februari 2012   03:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:58 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya tidak ingin mengajak anda berdebat tentang teori materialisme dialektika-nya karlmarx yang mengajarkan kita untuk senantiasa berkonflik demi mencapai suatu kemajuan dan revolusi. Karena saya sendiri untuk sekian lama waktu percaya dan yakin bahwa ini ideology nyeleneh yang bikin Lenin, Hitler, mao tse tung sampai polpot keranjingan bikin “onar” di Negara masing-masing sampme jutaan nyawa mati sia2.

Setidaknya sebelum sebuah kejadian beberapa waktu lalu yang menempeleng kesdaran saya bahwa memang, jika tanpa konflik dimana kehidupan monoton tanpa tantangan, tanpa riak-riak perselisihan itu cenderung membuat otak manusia yang berada dalam komunitas seperti ini jadi tumpul, kehilangan daya kritis bahkan berkemungkinan tidak berfungsi dan mati total.

Kejadianya begini, ketika itu saya iseng berkomentar paada sebuah tulisan HL beberapa waktu yg lalu, lalu dua jam kemudia saya cek dashboard saya, dan terus terang ketika itu juga otak saya jadi tumpul dan tidak berfungsi setelah menyaksikan gempuran komentar yang isinya basa-basi dan omong kosong seperti, manstaf mbak/mas, tulisan kereeen, wah selamt ya HL, salam kenal, dan macam basa basi dan omong kosong lain yang tidak nyambung dengan isi tulisan..

disini terlihat tidak adanya konflik. Sehingga terasaseolah2 begitu damai, tentram, saling menghormati, saling memuja satu sama lain, saling menyanjung, dan saling mencitai. Tapi sebenarnya Ini gawat. Kenapa gawat? Karena memang gawat. Artinya begini, dengan metode budaya berkomentar yang tidak substansial dan tanpa sikap kritis begini secara tidak sadar akan menimbulkan multi efek negatif, yakni bagi si penulis yang tulisanya di komentari dan bagi si komentator yag memberikan komentar basabasi. Dan jika suatu kondisi tanpa konflik begini terus menerus terjadi akan berdampak pada tergerusnya daya kritis, daya analisa, bahkan daya intelejensia secara perlahan2.

Efek bagi si penulis biasanya setlah di komentari basa basi dan pujian omong kosong begini akan merasa di atas angin, melayang2, fly dan GR, sehingga merasa tulisannya sudha menjadi tulisan maestro tanpa cacat, padahal sebaliknya, hingga di kemudian hari dia akan kembali meneruskan kecacatanya tanpa rasa bersalah dengan harapan akan mendapat pujian yang sama. Smentara efek bagi si komentator tentu saja akan menjadi semakin munafik dan pintar menjilat, karena sbenarnya dia berkomenetar manis begitu ingin mendapat feed back, atau komentar balik yang isinya memuji tulisanya. Dan teruuuus saja begitu, hingga menjadi sebuah lingkar labirin kemunafikan dan kepura2an.

Lebih jauh, sikap seperti ini sebenarnya sangat berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Selama ini kita kerap bingung dan kebingungan kenapa bangasa indoneisa ini banyak di penuhi oleh pejabat munafik, budaya korupsi, menipu, menjilat, sogok menyogok? Karena memang ini berangkat dari hal kecil berupa kebiasaan2 sehari sehingga sangat sulit sekali di basmi dan di berantas. Salah satunya ya itu tadi, komentar ibu2 arisan begitu.

anda harus percaya hal itu, selama anda percaya dan sedemikian fobia bahwa bantingan andre taulani thd nunung dalam acara OVJ akan berdamak negatif pada masyarakat di luar sana hingga kemuidan ikut2an suka membanting, maka anda juga haruas percaya bahwa sikap munafik dan suka menjilat anda di sini(kompasiana) akan menghasilkan kehidupan yang tidak jauh berbeda dalam kehidupan anda di dunia nyata. Karena kedua hal tersebut berangkat dari case yang sejajar yakni media massa maya.

Maka mulai sekarang biasakanlah menciptakan konflik2 dengan sikap kritis, karena memang tidak ada satu hal pun dalam hidup ini yang tidak perlu di kritisi. Dan yang terpenting tidak perlu mengganggap kompasiana ini sebgai sebuah forum spiritual terhormat di mana and aharus tunduk sungkem pada kompasianer senior atau kompasianer yang tulisanya sering HL.

Oke, selamat menunaikan ibadah anda sehari2, mudah2 di terima disisinya. Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun