Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menjadikan Cashback ala Milenial untuk Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

1 Agustus 2019   07:07 Diperbarui: 1 Agustus 2019   07:23 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sistem pembayaran digital yang tren di kalangan generasi milenial. | Sumber Foto: www.nttdata.com

Tiap kali menerima gaji, kita langsung potong sebagian kecil untuk anggaran jajan atau ngafe. Misalnya tiap bulan kita menghabiskan Rp500ribu untuk jajan. Uang itu kita jadikan dalam bentuk digital, entah di Gopay, Ovo Cash, Link Aja, atau yang lainnya. 

Tetapi, kita tidak setorkan Rp500rb, tapi Rp450rb saja setelah dipotong 10%, yang adalah asumsi potensi cahsback terkecil. Jadi uang jajan kita tetap Rp500ribu, bisa tetap gaya tetapi hemat! 

Tapi catat ya, ini hanya untuk kita yang pasti jajan. Kalau tidak pernah atau jarang jajan, maka jangan pernah menggunakan cashback atau promo, karena ini godaan untuk menciptakan kebutuhan baru.

Saya sendiri berani memotong jatah jajan sampai 30%. Artinya, kalau jajan saya sebulan Rp500ribu, maka uang gaji yang saya setorkan ke vendor uang digital Rp350ribu saja. 

Sisa Rp150ribunya saya tetap berasumsi dapat cashback dari tempat jajan sebesar 10%, sisanya saya dapatkan dari cashback pembayaran rutin. Seperti cashback dari membayar TV kabel, tagihan listrik, air, telepon pasca bayar, dan tagihan lainnya. 

Dengan jalan ini, pengeluaran terbesar saya, yakni 40% untuk kebutuhan bulanan, bisa "dimanfaatkan" untuk mensubsidi jajan saya yang bisa dikatakan "pemborosan bulanan." Inilah cara saya berpartisipasi menjaga stabilitas sistem keuangan.

Akhirnya saya mau katakan, pemerintah sudah susah payah membangun pondasi ekonomi melalui infrastruktur, sudah menjaga ekonomi tetap stabil dan terus tumbuh melalui makroprudensial sekalipun harus berhutang untuk pembangunan, semuanya seakan memberikan karpet merah bagi kaum milenial guna mewujudkan negara indonesia yang maju.  

Tentu, cita-cita menjadi negara maju tidak datang begitu saja. Generasi milenial tidak otomatis berhasil menjadikan Indonesia disegani di hadapan negara lain saat bonus demografi itu datang. Kita harus sama-sama menyadari bahwa kita adalah pelaku utama dalam menentukan arah masa depan negara kita. 

Ada banyak cara yang dilakukan, namun satu yang sederhana adalah mempraktikkan mikroprudensial di kehidupan kita atau keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun