Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menjadikan Cashback ala Milenial untuk Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

1 Agustus 2019   07:07 Diperbarui: 1 Agustus 2019   07:23 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sistem pembayaran digital yang tren di kalangan generasi milenial. | Sumber Foto: www.nttdata.com

Jika kita ingin negara lepas atau jauh dari potensi terjadinya krisis ekonomi, maka pertanyaannya bukan apa yang telah negara lakukan atau BI kerjakan, tetapi apa yang telah saya perbuat?

Tidak muluk-muluk, yang saya lakukan sekarang adalah belajar mengelola pendapatan saya supaya tidak mengalami krisis. Jika BI menjaga stabilitas sistem keuangan kita dengan kebijakan makroprudensial, maka saya menjaga supaya keuangan saya tidak jebol dengan mikroprudensial.

Mikro karena skalanya kecil. Namun yang penting di sini adalah kata "prudent," yang berarti bijaksana, hati-hati, dan hemat. Jadi mengelola dan menggunakan uang, sekalipun uang pribadi dari keringat sendiri, harus bijaksana, hati-hati, dan hemat.

Berapun uang yang diterima, kalau tidak prudent maka hilang saja tanpa jejak. Dan hantu krisis keuangan tengah mengintai. Panduan yang saya pakai 40-30-20-10, seperti yang saya sebut. 

Ketika saya menerima gaji, 40% saya pakai untuk makan, bensin motor, tagihan listrik dan air, iuran kebersihan dan keamanan, pulsa dan paket data.  

Berikutnya 30% saya berikan ke isteri untuk cicilan rumah dan saat ini sedang mencicil handphone isteri. Lalu 20% dialokasikan ke asuransi kesehatan dan tabungan. 

Ada 1 rekening khusus tabungan yang tidak bisa diakses melalui ATM atau mobile banking. Prioritas tabungan itu adalah untuk dana darurat. 

Sekitar 10% terakhir untuk amal, yang salah satu bentuknya kolekte atau sumbangan ke gereja. Saya juga memasukkan di sini pulsa untuk orang tua, dan bentuk amal lainnya.  

Di luar 40-30-20-10, ada hal lain yang juga sangat penting tetapi tidak ada di ilmu ekonomi. Hal itu adalah "mensyukuri" apa yang kita dapat. Menurut saya, syukur adalah prasyarat sebelum menerapkan perencanaan keuangan, supaya hidup terasa ringan. Tanpa rasa syukur, berapapun yang kita dapat, akan berasa kurang sehingga hidup pun penuh beban.

Berdasarkan kriteria IDN Research Institute, saya masuk dalam golongan senior milenial. Walau berada di ujung usia milenial, tapi saya mencoba masuk ke konteks kekinian. Di situlah saya akui, godaan terbesar di zaman ini adalah gaya hidup konsumtif, seperti ngafe. Kedua, cenderung cashless. 

Terkait hal ini, saya belajar bagaimana bersikap prudent (bijaksana, hati-hati, hemat) sebagai usaha menjaga stabilitas sistem keuangan. Caranya memanfaatkan tren cashback. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun