Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Membandingkan Cara Pemimpin Melihat Kemanusiaan Pasca Rusuh 21-22 Mei

25 Mei 2019   07:00 Diperbarui: 25 Mei 2019   07:08 1764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta, Jumat (24/5/2019) sore, menerima dua pedagang kelontong yang menjadi korban rusuh 22 Mei 2019 lalu | Kompas.com

Kerusuhan 21-22 Mei 2019 telah lewat. Namun narasi yang dihembuskan oleh banyak pihak di media dan media sosial tak berhenti sampai sekarang. Satu peristiwa yang sama, dimaknai berbeda tergantung siapa yang dia bela dan apa yang diyakininya (paling) benar. Namun demikian, apapun yang mereka narasikan atau yakini, obyeknya sama yakni manusia.

Saya ingin mengajak bahwa kemanusiaan tidak boleh dipermainkan, diperdagangkan, atau bahkan dikorbankan demi kepentingan-kepentingan politik. Semua agama meyakini bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling mulia. Tidak ada ciptaan lain yang melebihi manusia.

Dalam konteks politik, manusia juga medapatkan tempat terhormat. Aristoteles menyebut manusia sebagai zoon poticon, yakni hewan (zoon) yang bermasyarakat (politicon). Dengan istilah ini, Aristoteles berpendapat bahwa manusia secara kodrati hidup sosial, berinteraksi dengan orang lain.

Interaksi ini diperlukan untuk mewujudkan tujuan hidup manusia yakni hidup makmur dan bahagia. Inilah tujuan berpolitik yang dikemukakan oleh Plato. 

Untuk itu, baik Aristoteles maupun Plato sepakat, supaya manusia dalam suatu sistem masyarakat/ negara mencapai kemakmuran dan kebahagian maka yang diusahakan adalah menegakkan aturan bersama dan meminimalisir konflik.

Huru-hara yang terjadi 21-22 Mei 2019 lalu, melibatkan manusia yang menghirup udara dan menginjak tanah yang sama, yakni Ibu Pertiwi. Ada manusia yang disebut aparat keamanan yakni TNI dan Polri, ada manusia yang berdemo, ada yang rusuh, ada yang usahanya tidak jalan bahkan dijarah, ada yang minta ijin tidak kerja, ada yang ngomel karena jalan diputar-putar, dan ada yang secara tidak langsung menjadi kompor. Semua itu manusia!

Pasca kerusuhan, atas nama kemanusiaan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sigap menangani para korban. Walau baru muncul 22 Mei 2019, ia tak segan mendatangi para korban meninggal dan luka di rumah sakit. Bahkan membantu mengangkat keranda korban yang meninggal.

Gerak Anies pun mendapat apresiasi dari Ujang Komarudin, pengamat sosial politik sekaligus dosen Universitas Al Azhar Indonesia. "Sebagai gubernur, Anies harus peduli. Patut diapresiasi Anies sangat responsif membantu korban kerusuhan," katanya sebagaimana diwartakan VIVA, Rabu, 22 Mei 2019.

Menurutnya, cara Anies seperti takziah hingga membesuk korban meninggal dan luka-luka memberikan contoh bahwa tugas pemimpin itu melayani masyarakat. Setidaknya berdasarkan data teraknir, ada 8 orang meninggal dan 737 orang mengalami luka-luka. 

Apa yang dilakukan Anies berlandaskan pada kemanusiaan. Namun demikian, masih ada manusia lain yang terlibat dan terdampak pada 21-22 Mei 2019 itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun