Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jembatan Holtekamp, Infrastruktur yang Membanggakan itu Ada di Papua

5 Juni 2018   07:00 Diperbarui: 5 Juni 2018   10:37 6299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Holtekamp yang menghubungkan Hamadi (Distrik Jayapura Selatan) dengan Holtekamp (Distrik Muara Tami, Kota Jayapura) berada di atas laut Teluk Humbolt, Provinsi Papua. Foto Dok PPK Jembatan Holtekamp.

Di era saat ini, tidak boleh lagi ada yang berpikir bahwa Pemerintah Indonesia menganaktirikan wilayah timur dalam pembangunan. Jangan sampai ada negara tetangga yang masih punya anggapan bahwa Pulau Papua hanya diambil kekayaan alamnya tetapi masyarakatnya tidak diperhatikan.

Tanah Papua sekarang sudah jauh lebih maju. Infrastruktur telah dibangun secara masif, menyeluruh dan menyentuh banyak bidang. Bahkan, satu di antaranya menyedot perhatian internasional.

Infrastruktur yang dimaksud adalah Jembatan Holtekamp. Ada banyak keistimewaan jembatan yang terletak di Kota Jayapura, Provinsi Papua ini. Satu yang pertama adalah, soal metode pembangunannya yang dilakukan di dua tempat berbeda secara serentak. Pertama dibangun di Jayapura untuk konstruksi kaki jembatan, kedua di Surabaya untuk membangun bentang jembatan yakni di PT PAL.

"Memang ini bukan yang pertama di dunia, tetapi dari segi pengiriman bentang dari Surabaya ke Jayapura, ini adalah jarak terjauh yang pernah dilakukan di mana pun," kata Irfan Hidayat, Pejabat Pembuatan Komitmen Jembatan Holtekamp saat penulis menghubunginya melalui telepon, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, metode ini diputuskan karena ada beberapa pertimbangan. Pertama, ada keterbatasan alat di Jayapura. Kedua, jika dilakukan dengan metode yang biasa, yaitu dikerjakan per segmen, maka ada risiko kegagalan karena potensi gempa. Memang gempa yang biasanya terjadi tidak besar tetapi sering. Selain itu, pembangunan jembatan dengan bentang yang panjang memerlukan lahan yang luas. Konsekuensinya adalah lahan di sekitar pembangunan jembatan akan terdampak dan tentu kehilangan keasriannya.

Dengan membangun di 2 lokasi terpisah, lanjut Irfan, maka risiko kegagalan akibat gempa dapat dihindari. Selain itu, lingkungan alam tetap terjaga kelestariannya, kualitas baja yang dihasilkan sangat baik karena dikerjakan oleh PT. PAL yang terbiasa membuat kapal perang, dan terkahir dari segi waktu jauh lebih cepat. Ujungnya adalah biaya pembangunan jembatan bisa lebih murah dengan kualitas lebih baik.

Berkat inovasi anak negeri ini, Jembatan Holtekamp dapat menjadi rujukan untuk membangun jembatan lain di Indonesia. Khususnya, di daerah yang memiliki tantangan serupa dengan Jayapura. Tidak harus menunggu lama, nyatanya metode ini sudah diterapkan pada pembangunan Jembatan Kali Kuto di ruas Tol Batang-Semarang, Jawa Tengah.

Jembatan dengan desain yang indah ini, perakitannya akan dilakukan di tiga tempat berbeda, yakni di Serang, Tangerang, dan Pasuruan. Jembatan sepanjang 100 meter tersebut terdiri dari 6 jalur, tiga jalur arah kiri dan tiga jalur arah kanan. Pinggir jembatan akan diberi tali penyangga dari kawat besar.

Jembatan Holtekamp sangat unik karena bentang jembatan dibuat di Surabaya. Karena pengirimannya yang jauh, maka proyek ini diganjar rekor MURI sebagai
Jembatan Holtekamp sangat unik karena bentang jembatan dibuat di Surabaya. Karena pengirimannya yang jauh, maka proyek ini diganjar rekor MURI sebagai
Spesifikasi jembatan
Jembatan Holtekamp memiliki panjang 1.328 m, terdiri dari panjang jembatan utama 433 m, dan jembatan pendekat sepanjang 895 m. Untuk aksesnya dibangun 400 m jalan ke jembatan pendekat arah Hamadi dan 7.410 m arah Holtekamp.

Jembatan ini terdiri dari dua bentang utama dengan pelengkung baja. Masing-masing panjang bentangan 150 m, tinggi 20 m, dan berat 2.000 ton. Konstruksi baja itu dibuat secara utuh di PT PAL Indonesia, di Surabaya. Pengiriman bentang utama pertama dilakukan pada 3 Desember 2017, dilepas oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dan tiba tanggal 21 Desember 2017. Sedangkan bentang kedua dikirim tanggal 17 Desember 2017 dan tiba tanggal 2 Januari 2018.

Kedua bentang dikirim dengan menggunakan kapal dan menempuh perjalanan sejauh 3.200 km. Tantangan utama dalam lifting kedua bentang, selain beban adalah kondisi cuaca, arus air, dan angin. 

Rute yang diambil saat pengiriman adalah menyisir perairan dekat pantai, dari Selat Madura ke Jeneponto di Sulawesi Selatan, mendekati Pulau Selayar, Baubau di Sulawesi Tenggara, melintasi Laut Banda menyebrang ke Pulau Buru. Setelah itu, kapal menuju ke Sorong dan tiba di tujuan akhir Jayapura. Atas capaian tersebut, Museum Rekor-Dunia Indonesia atau MURI memberikan penghargaan rekor MURI sebagai "Pengiriman Rangka Jembatan Baja Terberat (2.200 ton) dan Terpanjang (112 meter) melalui jarak tempuh 3.200 Km di Indonesia."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun