Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jejak Kemasyuran Indonesia dalam Fort San Pedro di Filipina

29 Agustus 2017   07:28 Diperbarui: 7 Maret 2020   23:26 3943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fort San Pedro di Filipina (dokumentasi pribadi)

Tidak ada catatan pasti kapan Fort San Pedro mulai didirikan. Berdasarkan catatan yang ada di benteng, struktur asli Fort San Pedro dibangun Legazpi pada 8 Mei 1565, sebelas hari setelah ia mendarat di Cebu. Bangunan masih sederhana dengan berbahan kayu, tetapi sudah berbentuk segitiga seperti saat ini. Nama benteng San Pedro, tampaknya diambil dari salah satu kapal Legazpi. Ada 4 kapal di bawah komandonya, yakni San Pedro, San Pablo, San Juan, dan San Lucas.

45 tahun setelahnya, Spanyol mendirikan benteng di Tidore bernama Santiago Caballeros de los de la de isla Tidore atau sekarang dikenal Benteng Tahula. Benteng ini dibangun 1610 dan selesai pada 1615 saat Gubernur Spanyol Don Jeronimo de Silva (1612-1617). Benteng yang berfungsi sebagai pertahanan dari Portugis ini menjadi basis militer Spanyol hingga tahun 1662.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Rentang waktu yang tidak lama antara Benteng San Pedro dan Benteng Tahula menjadi catatan khusus bagi saya, bagaimana Indonesia sejak dari dulu menjadi persimpangan perdagangan dunia. Kenapa bukan Filipina, karena Indonesialah yang diincar oleh Bangsa Eropa yang mereka sebut Spice Islands atau kepulauan yang kaya rempah-rempah.  Perjalanan melengenda Magellan yang menemukan Filipina ternyata ada cerita Indonesia di baliknya. Simbol yang dipake adalah benteng. Benteng yang bisu itu, baik San Pedro maupun Tahula menjadi duta kemasyuran Tanah Air yang menyedot perhatian banyak bangsa. Selain Spanyol, ada Portugis, Inggris dan Belanda.

Perkembangan San Pedro

Pasca Legazpi, benteng mengalami perubahan dan perkembangan. Struktur benteng yang ada saat ini adalah struktur sejak 1738.  Pada tahun 1898, era Spanyol berakhir di Kepulauan Filipina. Benteng kemudian diserahkan kepada kaum revolusioner Cebuano, penduduk Cebu.

Dari tahun 1937 sampai 1941 benteng digunakan untuk sekolah. Kemudian, selama Perang Dunia II, 1942 sampai 1945, benteng dipakai oleh tentara Jepang utuk berlindung. Ketika pertempuran pembebasan Cebu dari Jepang, benteng tersebut berfungsi sebagai rumah sakit darurat bagi orang-orang yang terluka.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Dari tahun 1946 sampai 1950, Fort San Pedro menjadi kamp tentara. Setelah tahun 1950, Cebu Garden Club mengambil alih dan memperbaiki bagian dalamnya serta mengubahnya menjadi taman.

Di dalam benteng terdapat beberapa bagian, struktur atau bagian yang terbesar disebut dengan Cuerpo de Guardia. Di sana menjadi tempat tinggal para prajurit. Tidak jauh dari Cuerpo de Guardia terdapat bangunan lain yang dipakai untuk Letnan yang disebut Vivienda del Teniente (rumah letnan). Ada juga sebuah gudang yang pada zaman dahulu dipakai untuk menyimpan senjata dan amunisi.

Fort San Pedro yang berbentuk segitiga itu, dua sisinya menghadap ke laut sedangkan sisi yang lain menghadap ke daratan. Sisi yang menghadap ke laut dijaga dengan meriam. Ada tiga benteng di tiap sisi benteng yang diberi nama La Concepcion (barat daya), Ignacio de Loyola (tenggara), dan San Miguel (timur laut). Empat belas meriam ditempatkan di sekeliling benteng yang kesemuanya masih ada sampai sekarang. Untuk mengembalikan bentuk asli dari Fort San Pedro, pemerintah kota Cebu melakukan upaya perbaikan dan dilakukan oleh seorang arsitek yang bernama Leonardo Conception.

Vivienda del Teniente atau Rumah Letnan
Vivienda del Teniente atau Rumah Letnan
Saat ini Fort San Pedro menjadi satu tempat wisata yang menarik bagi para wisatawan. Bentuk dan sejarahnya membuat destinasi wisata ini dinyatakan sebagai aset berharga. Anda bisa menggunakan pemandangan dan desain yang unik dari benteng ini untuk melakukan foto pre wedding. Harga tiket masuk sebesar 30 Peso atau sekitar Rp 9.000 (April 2017) dan benteng ini buka setiap hari mulai pukul 09.00 sampai 17.00.

Lokasi Fort San Pedro berada di kota Cebu tepatnya di jalan A. Pigafetta. Di dalamnya bisa ditemui jejak sejarah Fort San Pedro, Sejarah Cebu dan Sejarah Filina, berbagai artefak Spanyol yang terpelihara dengan baik seperti dokumen Spanyol, lukisan dan pahatan. Di bagian luar benteng terdapat patung Legazpi dan Antonio Pigafetta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun