Mohon tunggu...
Zulfika Satria Kusharsanto
Zulfika Satria Kusharsanto Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Kebijakan Riset dan Inovasi

Lulusan Urban and Economic Geography, Utrecht University. Selalu mencari cara agar bermanfaat untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Hidup Bersama Petani (Bermobil) di Kitakata, Jepang

8 Desember 2014   22:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:46 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_381465" align="aligncenter" width="500" caption="Bibit Padi di Green House"][/caption] Sebagai negara yang penduduknya sama-sama “makan nasi”, Jepang masih memiliki wilayah perdesaan yang berbasis pertanian. Beruntung saya memiliki kesempatan melakukan homestay di perdesaan Jepang, tepatnya di Kitakata dan merasakan nuansa perdesaan di negara maju tersebut. Kitakata merupakan kota kecil di Prefektur Fukushima (3 jam dengan kereta Shinkansen dari Tokyo). Andaikan saya boleh menyamakan dengan sistem penamaan administrasi Indonesia, sebenarnya lebih tepat menyebutnya sebagai Kabupaten Kitakata. Sejatinya kota ini secara guna lahan lebih banyak termanfaatkan sebagai pertanian. Terdapat 4 distrik yang bernuansa perdesaan yaitu Takasato, Yamato, Shiokawa, dan Atsushiokano. [caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Lansekap Kitakata: Ladang dan Pohon Sakura"]

Lansekap Kitakata: Ladang dan Pohon SakuraSebagai negara yang penduduknya sama-sama “makan nasi”, Jepang masih memiliki wilayah perdesaan yang berbasis pertanian.
Lansekap Kitakata: Ladang dan Pohon SakuraSebagai negara yang penduduknya sama-sama “makan nasi”, Jepang masih memiliki wilayah perdesaan yang berbasis pertanian.
[/caption] Kehidupan Pertanian di Jepang kawasan perdesaan di Kitakata seperti di Indonesia yaitu mayoritas guna lahannya adalah ladang pertanian. Pemerintah setempat kemudian dengan kreatif memadukan kondisi ini sebagai sebuah paket wisata bernama Kitakata Green Tourism. Di sini para turis diajak untuk tinggal bersama penduduk lokal (homestay) untuk kemudian beraktivitas sehari-hari seperti bercocok tanam, membuat makanan tradisional, berternak, dan lain-lain. Selama di Kitakata, saya berkesempatan tinggal di rumah Keluarga Yamasho di Distrik Takasato yang mata pencahariannya sebagai petani. Tinggal bersama petani di Jepang merupakan pengalaman yang sangat menyenangkan. Jangan salah, pekerjaan petani di Jepang bukanlah pekerjaan dengan level ekonomi menengah ke bawah. Sebagai petani, keluarga yang saya tinggali memilki rumah sekaligus penginapan di area kavlingnya. Bahkan beliau juga punya beberapa mobil dan perahu mesin. Dalam bekerja sehari-hari, sepanjang pengamatan saya, para petani selalu menggunakan teknologi modern seperti traktor mesin, sepeda listrik, dan rumah kaca. Teknologi yang sebenarnya kita sendiri sudah punya. Namun bedanya, teknologi-teknologi tersebut sudah menjadi standar dalam bertani di Jepang.

[caption id="" align="aligncenter" width="484" caption="Rumah sekaligus penginapan Host Family kami (yang petani tadi) "][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="504" caption=" Membajak tanah untuk menaman kentang."][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="Boat Mesin ini milik Host Family kami yang Petani lo :)"][/caption] Rumah kaca (green house) di kawasan pertanian menjadi pemandangan yang umum di sini karena cuaca Jepang yang tidak terpapar sinar matahari sepanjang tahun. Di dalam rumah kaca tersebut ditanam banyak komoditas pertanian seperti kentang, bayam, selada, dll. Yang menarik, padi di sini tidak ditanam di sawah, tetapi di kotak-kotak pot persegi di dalam rumah kaca tersebut seperti hidroponik. Oleh karena homestay berarti melakukan aktivitas seperti penduduk lokal, kami pun diajak membangun rumah kaca waktu itu. Seru sekali karena ternyata membuatnya manual menggunakan tangan dan palu besar. Selama homestay Ibu angkat saya selalu memasakkan saya dan kawan saya sayur-sayuran yang dipanen langsung dari ladang. Ini yang menjadi kenikmatan selama saya homestay karena bisa menikmati sayur-sayuran organik langsung dari tempat menanamnya. [caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="Sayuran di makanan ini dipetik langsung dari ladang, tapi sushinya beli hehe"][/caption] Wisata Sejarah “Kura” Pemerintah Kota Kitakata sangat menjunjung tinggi peninggalan sejarah di kota kecil tersebut. Penduduk lokal menyebutnya dengan nama “Kura”. Sudah sejak lama Kitakata berkembang sebagai basis pertanian di Jepang. Bangunan kura dijadikan gudang oleh para petani dan pedagang untuk menyimpan hasil panen tersebut. Oleh karena itu, gudang-gudang tua tersebut banyak tersebar di penjuru wilayah Kitakata. Saat ini Kitakata memiliki 2600 Kura bersejarah yang sudah dilestarikan menjadi cagar budaya. Saking banyaknya, Kitakata dijuluki Kura-no-Machi atau Kota Gudang (The town of storehouses). [caption id="" align="aligncenter" width="324" caption="Kura, Gudang Bersejarah yang Dilestarikan"][/caption] Kura yang tersebar dan telah dipreservasi tersebut kini menjadi objek wisata menarik di Kitakata. Terdapat salah Kura yang memiliki area cukup luas yang bernuansa Jepang masa lampau untuk melestarikan sejarah Kura di sana yang bernama Kitakata Kura-no-Sato. Di kawasan seluas 4.500 m2 ini terdapat berbagai macam jenis Kura. Para turis diberikan tantangan untuk berjalan-jalan mengelilingi kota sambil menemukan Kura yang tersebar bahkan “nyempil” di berbagai sudut. Arsitektur bangunan yang khas menjadikan Kura merupakan objek yang menarik untuk ditelusuri. Wajib Menikmati Sakura dan Onsen Saat berkunjung ke Jepang di bulan April, jangan pernah lewatkan untuk menikmati Bunga Sakura. Di Kitakata kita bisa menikmatinya di koridor Nicchu. Koridor unik ini ditumbuhi deretan Pohon Sakura di sepanjang kanan-kiri jalan. Dulunya, koridor Nicchu merupakan jalur rel kereta yang dinonaktifkan sejak 1983. Koridor ini bebas kendaraan bermotor alias berfungsi sebagai pedestrian way. Jadi siapkan stamina untuk berjalan kaki sepanjang 3 km dan berfoto-foto bersama bunga khas Jepang ini. Selain di kawasan ini, Sakura bisa juga dinikmati hampir di seluruh penjuru Kitakata. Saat saya di Distrik Takasato, saya sempat menikmati indahnya Sakura di atas perbukitan. [caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Deretan Pohon Sakura di Koridor Nicchu"][/caption] Selain Sakura, sisi khas Jepang lainnya adalah onsen alias pemandian umum air panas. Di Kitakata, saya mencoba di Atsushio Onsen Yamagata Ya. Tantangan untuk berendam di onsen ini selain suhu airnya yang sangat panas, semua yang masuk diwajibkan telanjang bulat (biasanya laki-laki dan perempuan dipisah). Awalnya malu, tetapi ternyata segarnya air panas onsen mebuat saya lupa akan hal itu. Lebih asik lagi kalau mengajak teman karena bisa berendam sambil ngobrol-ngobrol. Sebelum masuk ke rendaman air panas, semua pengunjung diwajibkan mandi sampai bersih terlebih dahulu. Aka-beko, mainan khas Di Kitakata yang berada di wilayah Prefektur Fukushima terdapat oleh-oleh yang khas yaitu mainan Aka-beko. Asal mula Aka-beko merupakan sapi merah di dataran Aizu yang dipercaya dapat mengusir wabah penyakir menular. Ciri khasnya biasanya kepala Aka-beko dapat bergoyang-goyang. Banyak yang menjual souvenir ini berupa gantungan kunci, sumpit, pajangan meja, hingga magnet kulkas. Harga gantungan kunci kecil biasanya ¥150 dan magnet kulkas ¥450. [caption id="" align="aligncenter" width="438" caption="Aka-beko, oleh-oleh khas di Prefektur Fukushima (wiki)"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun