Mohon tunggu...
Trisno  Mais
Trisno Mais Mohon Tunggu... Penulis - Skeptis terhadap kekuasaan

Warga Negara Indonesia (WNI)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Media Sebagai Alat Politik?

28 Agustus 2017   00:18 Diperbarui: 28 Agustus 2017   01:00 2781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Media Sebagai Alat Politik?

Oleh : Trisno Mais, SAP

KEBEBASAN yang diberikan negara melalui UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, telah menempatan pers sebagai kekuatan keempat dalam tatanan bernegera di Indonesia. Media atau pers telah berperan sebagai pelopor kemajuan teknologi dan pembangunan. Pers sudah menjadi bagian dari proses edukasi pada masyarakat dan penyebar pesan-pesan pemerintah pada masyarakat.

Dengan hadirnya media massa di Indonesia sebenarnya sungguh gemilang, karena merupakan bagian utuh dari perjuangan bangsa ini. Reputasi media saat itu disanjung layaknya 'tuhan'. Namun saat ini, tak bisa disangkal bahwa publik seakan 'muak' dengan andil media yang telah keluar dari naturnya.

Menurut McQuail dalam bukunya Mass Communication Theories (2000: 66) terdapat enam perspektif dalam hal melihat peran media. Berikut penjelasannya:

Melihat media massa sebagai window on event and experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Atau media merupakan sarana informasi untuk mengetahui berbagai peristiwa.

Media juga sering dianggap sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang merefleksikan apa adanya. Karenanya para pengelola media sering merasa tidak "bersalah" jika isi media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak suka. Padahal sesungguhnya, angle, arah dan framing dari isi yang dianggap sebagai cermin realitas tersebut diputuskan oleh para profesional media, dan khalayak tidak sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka inginkan.

Memandang media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih isu, informasi atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Disini khalayak "dipilihkan" oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian.

Media massa seringkali pula dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternatif yang beragam.

Melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin terjadinya tanggapan dan umpan balik.

Media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun