Mohon tunggu...
Politik

Ramadhan Membentuk Kepribadian Pemimpin

27 Juni 2017   16:12 Diperbarui: 27 Juni 2017   16:21 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seruan berpuasa di dalam Al-Qur'an dimulai dengan panggilan khusus kepada orang-orang beriman,yaitu "Yaa ayyuhalladziina aamanu..." Panggilan khusus ini menunjukkan kedekatan dan kecintaan kepada kita sebagai orang-orang beriman. Ketika kita dipanggil secara khusus oleh Allah SWT dengan sebutan langsung, maka kita yang diseru akan merasakan getaran cinta dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Getaran cinta, rasa kedekatan, keintiman itu yang kemudian membuat kita mudah menerima isi seruan yang disampaikan setelahnya. Siap melaksanakan beban-beban yang terkandung di dalam seruan Allah. Inilah antara lain suasana jiwa yang penting kita hidupkan saat mendengar perintah melaksanakan puasa Ramadan sebagaimana Allah berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (QS 2:183).

Di sinilah, ibadah puasa Ramadan disyariatkan oleh Allah SWT kepada kita sebagai upaya membentuk karakter Muslim yang kuat secara ruhani, sehingga mampu memikul tugas-tugas sebagai khalifatullah atau khalifah Allah SWT di muka bumi. Setidaknya, ada empat target yang harus kita capai dalam menjalankan ibadah Ramadhan ini, khususnya dalam konteks mengemban amanah perjuangan menyebarkan dan menegakkan nilai-nilai kebenaran Islam yang kita yakini sebagai pedoman hidup ini.

Target pertama, quwwatul 'aqidah atau memperkuat aqidah di dalam hati. Puasa menjadikan hati kita lebih dekat kepada Allah SWT, lebih tunduk, lebih peduli, lebih sensitif, lebih lembut, lebih takut kepada Allah SWT dan sifat-sifat mulia lainnya. Itulah taqwa. Pesan lahir taqwa adalah membangkitkan kesadaran dalam hati sehingga kita mau menunaikan kewajiban, mau lebih menjaga hati agar tidak dirusak oleh hal-hal yang merusak kedekatan dan ketundukan kepada Allah, dan semakin memiliki sensitifitas getaran hati terhadap perbuatan dosa. 

Orang yang bertakwa adalah cermin kekuatan aqidahnya. Artinya, kekuatan aqidah kita akan seiring sejalan dengan kualitas ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dan melalui puasa, aqidah kita harus lebih kuat dan dari kekuatan aqidah atau keyakinan kita itulah, maka ketaqwaan kita pun akan menjelma menjadi lebih sempurna. Dan ketika itulah, seorang manusia menjadi makhluk yang mulia di sisi Allah.

Target kedua adalah, taqwiyatus Shilah billah atau Memperkuat hubungan dengan Allah SWT. Salah satu nilai dalam puasa yang pasti terbentuk bagi orang yang berpuasa adalah, puasa mendidik orang untuk lebih dekat dan lebih kuat hubungannya dengan Allah SWT. Puasa pada dasarnya adalah ibadah hati, di mana setiap orang tidak akan menjalani perintah berpuasa sebagaimana yang diatur di dalam ajaran agama, kecuali bila hati nya memiliki hubungan dan keyakinan dengan Allah SWT sebagai Rabbnya. 

Karenanya, ketika prilaku yang di luar Ramadan atau di luar puasa halal, seperti makan, minum dan berhubungan dengan suami atau istri, tapi itu tidak dilakukan di siang bulan Ramadan atau di saat berpuasa. Hal ini bisa dilakukan selama satu bulan penuh, pasti semata karena ada nilai dan kedudukan Allah SWT yang kuat di dalam hati orang yang berpuasa. Kita menjadi lebih tunduk kepada Allah SWT meskipun sebenarnya hal itu bisa dilakukan. Jadi, puasa ini pasti menjadi pertanda hubungan yang baik kepada Allah Swt yang menjelma dalam bentuk kepatuhan kepada-Nya.

Target ketiga adalah, memperkuat hubungan dengan sesama manusia, atau taqwiyatus shilah bainan naas. Puasa Ramadan adalah ibadah yang dilakukan oleh kaum muslimin secara serentak di seluruh dunia. Kita merasakan satu hal yang sama, yakni lapar dan haus dan sama-sama berjuang untuk mampu menahan dan mengendalikan diri dari melakukan sesuatu yang tidak dibenarkan oleh Allah Swt, meskipun peluang untuk itu sangat besar. Nilai keserentakan bisa menghasilkan kebersamaan dan hubungan yang baik dengan sesama muslim. Semangat kebersamaan merupakan modal yang sangat berharga bagi upaya perjuangan di jalan Allah Swt, apalagi Dia amat mencintai orang yang berjuang secara bersama-sama dengan kerjasama yang baik, 

Keserentakan dalam melakukan ibadah Ramadan, juga melahirkan makna kekompakan antar sesama kaum Muslimin. Kekompakan dalam menyikapi suatu pilihan. Kekompakan dalam menghadapi suatu masalah. Kekompakan dalam mengatasi problematika hidup. Termasuk kekompakan dalam membuat pilihan-pilihan sosial dan politik. Inilah ruh kebersamaan yang lahir dalam ibadah puasa di bulan Ramadhan. Tidak mudah dicerai berai, tidak gampang difitnah dan diadu domba. Kita merasakan hal yang sama, menjalankan ketaatan kepada Allah SWT. Dan apapun yang menghalangi ketaatan dan ketundukan pada Allah SWT, kita sama-sama merasakannya sebagai sesuatu yang harus dihindari.

Target keempat, adalah quwwatuts tsabaat atau memperkokoh jiwa ketabahan. Dalam hidup ini, Dalam kekuatan konsitensi dan ketabahan adalah sesuatu yang harus kita miliki. Ketabahan tidak muncul dengan sendirinya, dan karenanya setiap kita harus mendapat pemahaman dan melakukan latihan agar kita memiliki ketabahan itu. Puasa di bulan Ramadhan adalah sarana pelatihan ketabahan yang luar biasa. Kita menjadi lebih berdaya tahan dalam mempertahankan nilai-nilai kebenaran yang datang dari Allah Swt, meskipun dalam kondisi yang sulit seperti haus dan lapar.

Keempat target yang penting kita capai dalam bulan Ramadan ini, akan mencetak kita semua sebagai pribadi-pribadi pemimpin yang berhasil dalam menjalankan kepemimpinannya. Kepemimpinan dalam lingkup keluarga, masyarakat, atau negara, harus memiliki empat target yang harus dicapai dalam bulan Ramadan ini. Keyakinan yang kuat kepada Allah SWT, hubungan yang kuat kepada Allah SWT, hubungan yang kuat dengan sesama, dan mental yang kuat dalam membela kebenaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun