"Ini ditulis tadi?"
"Malam! Nik tambah dua lagi!"
"Empat belas dan lima belas?"
"Iya!"
"Jangan berubah?"
"Jangan hilang lagi!"
"Mas?"
Terdiam. Kau anggukkan kepala, bersandar di kursi. Wajahmu kau alihkan. Tak lagi menatapku. Sejak pagi, udara cerah. Tidak siang itu. Kantin tak lagi ramai. Kembali kunyalakan rokokku. Kuikuti diammu. Kau tahu. Aku menunggu jawabmu.
"Nik gak mau, seperti dulu!"
Tetiba kau tundukkan kepala. Itu alarm bagiku. Kuraih buku besarmu. Kau terkejut. Kuambil pena. Perlahan kutulis dengan huruf kapital.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!