Mohon tunggu...
Zaenal Abidin el-Jambey
Zaenal Abidin el-Jambey Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Orang Biasa yang ingin terus berkarya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Keteladanan dari Pak Menteri Pendidikan

15 Mei 2016   16:17 Diperbarui: 15 Mei 2016   16:22 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di tengah persepsi negatif kepada pejabat di negeri ini. Setetesembun seolah Allah teteskan untuk menyegarkan dahaga kejujuran di negeri ini.Ya, publik dibuat heboh dengan tidak lulusnya putra menteri Pendidikan PakAnies Baswedan dalam ujian SNMPTN tahun 2016 ini. Sebagian orang mungkin akanmenganggap itu sebagai hal yang memalukan, anaknya menteri kok ndak lulus. 

Kokya ndak nitip saja ke panitia seleksi agar diluluskan. Kalau saya ya tinggilnitip saja ke panitia, beres. Ya seperti inilah memang mental kebanyakan orangdi negeri ini. Apalagi mereka yang punya uang, akses dan jabatan tinggi. Bagimereka lulus atau mendapatkan jabatan dengan menyuap atau menggunakanjalan-jalan yang tidak terpuji lebih “mulia” dari pada menggunakan jalur“kejujuran” namun gagal memperoleh tujuannya.  

Kita patut bersyukur kepada Allah swt., masih diberikan sosok pejabatpublik di negeri ini yang menjunjung nilai-nilai kejujuran. Bukan tambahmenghina dan merendahkan hanya gara-gara tidak lulus SNMPTN. Masih ingat dibenak kita sekitar dua tahun lalu, ketika putri Pak Joko Widodo, PresidenRepublik Indonesia, juga gagal saat ikut tes CPNS. Publik heboh dan menyerangPak Jokowi seraya menyebutnya presiden plonga-plongo, tidak kompeten, presidenpayah dan aneka hinaan yang sementinya tidak layak untuk dialamatkan kepadaseorang presiden. 

Apa sih sulitnya bagi Pak Anies Baswedan untuk meloloskanputrinya agar bisa masuk ke perguruan tinggi negeri. Kalau lewat tes mudah sajabagi Pak Anies untuk nitip putranya, atau kalaupun tanpa tes juga mudah sajabagi beliau untuk memasukkan putranya ke Perguruan Tinggi Negeri favorit. Tapisemua itu tidak dilakukan oleh beliau. Mengapa? Karena beliau sadar caraseperti itu adalah cara yang salah. Bukannya menyelamatkan anak, tapi justrumenjerumuskan anak untuk menjadi pecundang. Seperti halnya Pak Anis, apasusahnya bagi seorang Presiden orang nomor satu di negeri ini untuk meloloskananaknya saat tes CPNS? Tapi Pak Jokowi tidak melakukan itu. 

Di Surabaya langkah serupa juga dilakukan oleh kepala DinasPendidikan Surabaya, Pak Ichsan. Saat sang putera tidak lolos seleksi masuk diSMP favorit di Surabaya, beliau juga tidak menggunakan kekuasaan ataujabatannya sebagai alat untuk meloloskan anaknya agar bisa sekolah di SMPfavorit. Sementara di lain pihak, orang-orang berduit mulai pejabat sampaipengusaha, beramai-ramai minta bantuan Pak Ichsan agar anaknya bisa masuk disekolah favorit. Permintaan itupun ditolak mentah-mentah oleh beliau. 

Inilah yang harus terus membuat kita optimis, bahwa bangsa iniakan menjadi bangsa yang baik. di tengah bom bardir informasi dengan anekacitra negatif tentang bangsa ini, optimisme harus terus kita pelihara. Percayalahmasih banyak orang baik di negeri ini. Masih banyak mereka yang menjunjungtinggi nilai keadilan dan kejujuran. 

Kita patut berterimakasih kepada menteri pendidikan atau kepadaPresiden dengan teladan ini. Kegagalan itu menjadi bukti bahwa seleksi-seleksiujian yang berlangsung dilaksanakan secara terbuka, kredibel, dan profesional.Di tengah jabatan dan kekuasaan dalam genggamannya, proses itu berlangsungobjektif. 

Padahal bisa saja beliau-beliau itu menggunakan kekuasaan untukmembantu anak-anaknya. Ini juga menjadi pelajaran bagi masyarakat di negeriini, siapapun dia mulai anak presiden sampai rakyat jelata, bahwa keadilan dankejujuran harus benar-benar ditempatkan di atas segalanya. Kalau ingin lulus yabelajar dengan sungguh-sungguh. Bukan dengan sogok menyogok dan cara-cara yangtidak dibenarkan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun