Mohon tunggu...
Yustinus Sapto Hardjanto
Yustinus Sapto Hardjanto Mohon Tunggu... lainnya -

Pekerja akar rumput, gemar menulis dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dengan kamera video. Pembelajar di Universitas Gang 11 (UNGGAS)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Katholik Apps

27 Maret 2013   13:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:08 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam belain angin yang similir dan dingin, saya berbicang dengan seorang Pastor Projo dari Keuskupan Agung Semarang. Kami berbincang tentang Sakramen Pengakuan Dosa yang makin lama makin tak poluler di kalangan umat Katholik. Mungkin umat dan pastor sekarang ini komunikasinya makin akrab sehingga malu kalau harus mengaku dosa pada pastor itu. Tapi tidak juga, toh mengaku dosa bisa dengan pastor yang lainnya, yang tak terlalu dikenal misalnya. Atau karena pastornya juga mulai malas, dulu waktu saya kecil, pastor selalu berada di bilik pengakuan 45 – 30 menit sebelum misa mulai, sekarang pastor datang ke sakristi, 5 menit sebelum misa. Ya, tapi mungkin pastor lama lama jenggah juga dalam bilik pengakuan, karena hanya berteman dengan nyamuk, sudah duduk bermenit-menit tak ada umat yang masuk bilik untuk mengaku dosa.

Membincangkan penyebab menurunnya animo umat Katholik untuk mengaku dosa, barangkali butuh waktu seharian dan salah-salah bakal bikin saya dan pastor itu bersitegang. Maka sambil bergurau saya mengusulkan bagaimana kalau dimulai saja model pengakuan dosa secara online. Pengakuan dosa dengan memanfaatkan chat room, pastor dan umat bisa saling berhubungan tanpa harus bertatap muka. Pastor tertawa mendengar usulan saya kemudian berkata “Ini bukan soal tata cara belaka, tapi juga ajaran iman dan teologi di belakang sakramen itu. Jadi tidak bisa begitu saja dirubah, meski mungkin saja perubahan sudah dirasa mendesak.”. Saya paham sedang untuk urusan duduk, berdiri dan berlutut dalam tata perayaan ekaristi (misa) banyak penjelasannya dan butuh sidang panjang dan pengesahan dari otoritas ajaran iman di Vatikan.

Perbincangan itu terjadi bertahun-tahun lalu, pada tempat yang dulu disebut sebagai “Lapparak” dalam bahasa Makassar yang artinya hanya tempat itulah yang datar. Dan tempat itu kini dikenal sebagai Malino, salah satu kelurahan di Kab. Gowa, 90 kilometer ke arah selatan dari Kota Makassar. Sejak jaman Belanda, Malino merupakan kawasan rekreasi dan peristirahatan, karena suasananya yang dikelilingi bebukitan dan lembah, dihiasai dengan hutan pinus serta tanaman hutan lainnya. Di tempat ini untuk pertama kalinya diadakan Pertemuan Jaringan Antar Iman se Indonesia, tak lama setelah Pertemuan Perdamaian Konflik Ambon yang digagas oleh Jusuf Kalla.

Siang ini (27 Maret 2013), saya menemukan sebagian dari apa yang saya bicarakan dengan Pastor di Malino. Belum seperti yang saya pikirkan waktu itu namun paling tidak telah muncul inisiatif dari selompok anak muda di salah satu paroki yang ada di Semarang untuk memulai mengembangkan dan menyediakan aplikasi untuk umat Katolik.

Sekumpulan anak-anak muda itu menamai kelompok yang bergerak dalam pengembangan aplikasi mobile dengan nama Decima Vita Maxima, yang oleh mereka diartikan sebagai Mereka yang terlibat di sini hendak membagikan sepersepuluh dari hidupnya secara maksimal. Saya sendiri tak begitu ingat apakah kalimat dalam bahasa Latin yang mereka susun itu benar tata bahasa dan juga artinya. Tapi tak pentinglah, toh anak-anak muda itu memang tak hidup dalam jaman ketika tata perayaan liturgi ekaristi berbahasa Latin.

Mereka telah mengembangkan beberapa aplikasi mobil yang bisa dicangkokkan ke Blckberry, Tablet Android dan Smartphone Android. Aplikasi itu bisa didownload di www.decima.us. Adapun aplikasi yang tersedia adalah Doa Katholik, Kompedium Katekismus, Doa Novena, Jalan Salib dan Pengakuan Dosa. Namun jangan salah sangka dulu, khususnya untuk aplikasi Pengakuan Dosa, ini bukan aplikasi online yang mengantikan bilik pengakuan dosa melainkan aplikasi untuk membantu menyiapkan dan melakukan pengakuan dosa secara lebih baik.

Aplikasi itu berbayar atau gratis?. Ya bayar lah, tidak ada makan siang yang gratis, begitu kata yang jamak diucapkan oleh polisi. Tapi jangan khawatir, para pengembang yang mengaku amatiran ini hanya ingin dibayar dengan doa-doa kita. Mereka memohon siapapun yang mendownload aplikasi ini untuk mengirimkan doa agar mereka bisa berkarya lebih baik, menyediakan apa yang menjadi kebutuhan umat dan semakin banyak orang yang mempunyai kemampuan untuk bergabung dan membantu mengembangkan aplikasi lain yang bermanfaat untuk umat Katholik. Bagi siapapun yang terpanggil untuk memberi dukungan silahkan menghubungi Decima di decima.us@gmail.com

Belum sebulan situs ini diluncurkan namun menurut pengelolanya telah ribuan kali download dilakukan dari BB sehingga membuat servernya ikut pusing. Review dan tanggapan dari pemakai juga banyak berdatangan. Dan pengelolanya juga mengakui bahwa aplikasi yang dikembangkan memang masih amatiran dan perlu untuk disempurnakan lebih lanjut. Mereka juga bersyukur bahwa banyak yang mengirimkan materi-materi untuk pengembangan aplikasi dan juga tawaran tenaga untuk membantu mewujudkan gagasan-gagasan baru.

Saya bersyukur, sebuah upaya yang hanya diawali oleh 2 orang ini kemudian bisa berkembang, kini mereka sudah berdelapan orang, dan semoga bisa terus berkembang ke depan, agar upaya anak-anak muda ini untuk bermakna dalam kehidupan imannya semakin membesar, menjadi sebuah orkestra yang indah, seindah kidung-kidung Paskah. Selamat memasuki Tri Hari Suci, Salam damai dan bahagia untuk kita semua.

Pondok Wiraguna, 27 Maret 2013

@yustinus_esha

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun