Mohon tunggu...
Akhmad Faishal
Akhmad Faishal Mohon Tunggu... Administrasi - Suka nonton Film (Streaming)

Seorang pembaca buku sastra (dan suasana sekitar) yang masih amatiran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sikap Primitif di Era Modern

22 Juli 2017   09:18 Diperbarui: 22 Juli 2017   09:27 3475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak ada yang tidak berubah di dunia ini, yang tidak berubah ialah perubahan itu sendiri. Adanya perubahan, membuat kita merasa bahwa kita tidak akan baik-baik saja apabila tetap seperti ini, paling tidak ada sesuatu yang perlu untuk menyegarkan pikiran. Jika kita tetap pada situasi seperti ini, maka yang ada di depan hanyalah kondisi yang bisa dikatakan hidup segan mati tak mau. Oleh sebab itu, manusia merupakan makhluk yang selalu berkembang tidak hanya dari bidang biologis melainkan dari ekonomis, lebih-lebih ilmu pengetahuan dan teknologi.

Melihat ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini, penulis tidak akan mengatakan tradisional merupakan sesuatu yang kuno dan terbelakang. Tradisional dapat dikatakan sebagai kebudayaan, berasal dari cipta, rasa dan karya yang dibuat oleh para leluhur. Koenjtaraningrat dalam pengertian tentang kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar (1985). Sungguh suatu pengertian yang mendalam, hasilnya dapat dilihat yakni, Megalithikum, seperti, menhir, dolmen, kebudayaan basco hoa binh, sa huyn kalanay, a bris sous roche (lukisan gua).

Lalu bagaimana dengan primitif? Menurut penulis primitif merupakan cara lama yang tidak relevan digunakan pada masa kini. Dahulu, untuk mengungkapkan perasaan atau cinta, kebanyakan laki-laki mengirimkan surat kepada perempuan yang menjadi kekasihnya. Di masa kini, cara tersebut hanya dipakai oleh sedikit orang, sekarang saatnya untuk menggunakan cara modern yakni, dengan cara mengungkapkannya langsung.

Memang ada orang-orang yang ingin berubah, namun banyak juga yang tidak. Jika tetap menggunakan cara primitif di tengah kehidupan modern seperti sekarang, maka yang terjadi adalah persis yang dikatakan Alvin Toffler dalam teori gelombangnya, setiap benturan antara gelombang itu akan menimbulkan krisis yang tidak kecil (Pardoyo, 1996). Artinya, dapat dibayangkan jika ke depan kita tidak hanya membahas tentang perasaan dan surat melainkan sesuatu yang lebih besar dan berdampak pada mayoritas masyarakat.

 Dalam ekonomi atau cara untuk bertahan hidup, pada era Paleolitikum, manusia purba (Megantropus Paleojavanicus) pada dua juta tahun lalu menggunakan cara primitif dalam mencari makan, yakni berburu. Mereka, selain ketika lapar, mereka berburu, ketika hujan mereka berteduh, dan berlangsung sampai memasuki era Mesolitikhum, terbentuklah suatu kelompok, semi nomaden, Kkjokkenmoddinger dan a bris sous roche merupakan buktinya. Manusia purba lalu sedikit demi sedikit meninggalkan cara-cara primitif menuju cara-cara modern yakni membuat peternakan, pertanian, irigasi, mereka tidak perlu lagi berburu melainkan membuat cara yang lebih mudah untuk mendapatkan makanan.

Kegiatan tersebut berlangsung terus-menerus hingga sampai pada james watt menemukan mesin uap yang efisien (hemat), lahirlah revolusi Industri. Jauh sebelum itu, para pedagang eropa menggunakan kapal untuk berlayar mendapatkan rempah-rempah, terkadang cara mereka kasar namun tetap menggunakan akal (modern) bagaimana memberdayakan penduduk yang menjadi pekerja di tanah jajahan. Akhirnya cara-cara lama menggunakan otot berubah menjadi cara yang menggunakan otak dan akal, kreatifitas pun melahirkan bagaimana cara berkomunikasi, cara membuat sesuatu dan puncaknya bagaimana mengelola dan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Oleh sebab itu, aneh apabila kita disediakan teknologi, namun masih tetap bersikeras menggunakan cara primitif (konvensional). Di agama islam ada ungkapan, untuk menjadi lebih baik daripada sebelumnya, "barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin, maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia terlaknat".

Pitirim A. Sorokin berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan adanya suatu keenerungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial tidak akan berhasil dengan baik (Soekanto, Soerjono. 2014 : 261). Sekarang, banyak berita dan informasi di sekitar tentang ojek yang semula caranya primitif telah dirubah cara menaikkan pendapatan dan penumpang oleh grab, uber dan go-jek, namun ternyata masih saja ada yang bertahan dengan cara primitif (konvensional).

Hasilnya, mereka yang primitif bertindak dengan aturan-aturan seperti, tidak boleh taksi online masuk ke Bandara, tidak boleh taksi online menjemput taksi online di Mall. Banyak pengemudi taksi online yang kedapatan melanggar aturan tersebut di hina, dipukuli atau bahkan di keroyok bareng-bareng oleh para kelompok pengemudi taksi konvensional. Perubahan sosial dapat mengakibatkan konflik, apalagi tipe perubahan yang dilakukan go-jek cs merupakan tipe yang cepat (revolusi) karena perubahannya langsung menyentuh sendi pokok kehidupan.

Cara-cara mereka untuk menyelesaikan konflik atau perkara ini juga dengan primitif atau main kasar. Mereka tidak mengutamakan kepentingan yang besar, karena merasa nyaman dan aman dengan keadaan yang biasa dan tetap seperti ini. Agar konflik ini tidak meruncing dan dapat memutus tali persaudaraan, mereka seharusnya juga ikut bergabung dengan ketiga layanan antar jemput online tersebut, banyak driver yang merasakan manfaatnya.

Lihat, ada yang keluar negeri, ada yang pendapatannya biasa-biasa saja berubah jadi luar biasa, dan masih banyak yang lain. Mereka yang ikut arus perubahan akan mendapatkan manfaatnya juga, daripada mereka yang tetap menggunakan cara-cara primitif seperti menunggu atau memanggil-manggil penumpang. Dengan teknologi, kita sudah dapat menyiapkan satu kendaraan, satu driver untuk siap mengantar kemana yang kita tuju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun