Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Minggu | Mengejar Berkat

30 September 2018   22:18 Diperbarui: 30 September 2018   22:41 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: running.competitor.com

Apabila merasakan kehidupan Anda berjalan dengan susah payah dan bahkan penuh penderitaan, bisa jadi yang terjadi adalah Anda melakukan kesalahan ketika memilih dan menetapkan sasaran atau target yang hendak dikejar.

Kesalahan fatal yang sering terjadi adalah yang dikejar bukan target yang sesungguhnya, tetapi mungkin hanya "bonus" atau "insentivenya" saja. Akibatnya adalah usaha dan perjuangan Anda seakan-akan sia-sia belaka.

Secara jujur harus dikaui bahwa setiap orang menerjemahkan target itu sebagai mencari berkat dalam hidup. Berkat yang datang dari Tuhan yang diyakini dan diimaninya. Berkat Tuhan itu diartikan secara "harafiah" dan "material" semata-mata. Yaitu harta, kekayaan, status, gelar. Sehingga, hal-hal yang sifatnya material inilah yang terus dikejar setiap saat dalam perjuangan hidup.

Kekecewaan yang dialami oleh banyak orang adalah ketika berkat material yang didapatkan ternyata belum memberikan kebahagiaan yang diharapkannya.  Banyak orang memiliki berkat material tetapi tidak menikmati kebahagiaan hidup yang sesungguhnya.

Penyebabnya adalah karena berkat harafiah-material itu sesungguhnya hanyalah bonus saja dan bukan sumber dari berkat yang hakiki dan sebenar-benarnya. Pesannya adalah kejarlah sumber dari berkat itu sendiri maka kebahagiaan akan menjadi milik yang dirindukan oleh setiap insan.

Kejarlah sumber berkat maka Anda akan hidup. Bukan saja hidup sesaat atau sementara tetapi hidup kekal, abadi dan selamanya. Karena disana aka ada sukacita, damai sejahtera dan kemerdekaan bagi jiwa yang dimiliki. Sebab, hakekat kemanusiaan yang dimiliki juga hakekat Sang Illahi yang diaminin, diyakini dan diimanin itu.

Banyak orang sebagai akibat ketidakfahaman tentang sumber berkat hidupnya, lalu menyepelekan Sang Sumber hidup itu. Tuhan yang diimaninnya tidak lagi mendapatkan tempat yang utuh didalam mengisi, menjalani dan menuntaskan kehidupannya. Akibatnya, perjalanan hidup berproses sebagai sesuatu yang semu, dan sia-sia belaka. Pada akhirnya, jiwa yang dimiliki akan merasakan kehampaan, kelaparan, dan kekosongan yang sungguh sangat menyiksa dan penuh pendiritaan.

Jangan remehkan Tuhan, jangan abaikan Sang Pencipta Langit, Bumi dan seluruh isinya. Dia yang memberikan kepada setiap insan, juga dia akan berhak mengambilnya dari setiap insan hidup itu. Karena Dialah pemilik kehidupan itu sendiri. Melawannya sama saja menghancurkan kehidupan yang dimiliki. Sebaliknya akan memberikan hidup yang penuh kepada setiap insan itu. Tuhanlah Sang sumber berkat sejati itu.

Seorang Nabi pernah berkata bahwa susah payahmu, jerih lelahmu, dan semua perjuanganmu tidak pernah akan menambah berkat kekayaanmu, karena hanya berkat dari Tuhanlah yang menjadikan Anda akan kaya raya dalam kelimpahan yang penuh.

Oleh karena itu, pesan spiritual dan semangat kerohaniannya adalah utamakan  dan kejarlah Tuhan dalam hidup Anda, maka damai sejahtera dan sukacita itu akan memenuhi dan meluapkan hidup Anda,  sebab Dialah yang menjadi "magnet" untuk menarik semu hal kehidupan itu datang pada Anda.

Selamat mengutamakan Tuhan dalam hidup Anda, maka semua yang lain akan dipenuhinya bagimu !

YupiterG, Minggu 30 September 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun