Mohon tunggu...
Yuliana Jafar
Yuliana Jafar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Integrasi Sains dan Islam; Wajah Baru Pendidikan

18 Mei 2017   09:41 Diperbarui: 18 Mei 2017   10:09 1100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pendidikan adalah pintu gerbang menuju masyarakat dengan peradaban baru yang lebih maju. Seperti cita-cita luhur negara indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,  memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang,berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Cita-cita ini tidak akan tercapai jika pendidikan belum berperan sesuai dengan fungsinya. Fungsi pendidikan adalah mencerdaskan bangsa baik dari segi soft kill, hardskill, jasmani dan rohani dengan output berupa tercapainya kehidupan makmur  sejahtera sehingga melahirkan peradaban manusia lebih maju dibandingkan sebelumnya.

Lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia sangat beragam, meliputi pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal yang semuanya memiliki tujuan sama yaitu untuk mencerdaskan peserta didiknya. Perbedaannya terletak pada  bahan pembelajaran yang diajarkan di masing-masing lembaga tersebut. Secara umum, ada dua pokok kajian yang diajarkan yaitu ilmu agama dan ilmu umum. Ilmu agama yang dimaksud disini adalah ilmu agama islam yang biasanya diajarkan dalam lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Departemen Agama. Sedangkan ilmu umum diajarkan dalam lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Departemen pendidikan.

Lembaga pendidikan agama lebih menekankan pada pengajaran tentang agama  dan mengesampingkan ilmu umum. Walaupun Ilmu sains dan sosial tetap diajarkan dalam lembaga ini, tetapi dengan porsi yang lebih sedikit. Terkadang proses pembelajarannya juga kurang maksimal dikarenakan fasilitas yang kurang memadai. Sedangkan pada lembaga pendidikan di bawah Departemen Pendidikan lebih menekankan pada pengajaran tentang ilmu umum saja. Kalaupun diajarkan tentang agama dalam lingkungan pendidikan umum, itu hanyalah dasar-dasar (doktrin) ilmu agama yang kaku dan tidak dihubungkan dengan konsep keilmuan umum baik ilmu sosial maupun ilmu sains. Sehingga dalam realitanya, ilmu agama dan ilmu umum berjalan sendiri-sendiri.  Pemisahan kedua ilmu ini memberikan kesan adanya dikotomi keilmuan. Pemisahan berbeda dengan pengelompokan atau pengklasifikasian. Pemisahan ini berarti membuat dua objek tidak saling berkaitan dan terkadang membuat masyarakat menganggap salah satu lebih tinggi kedudukannya dibandingkan yang lain.

Pemisahan kedua ilmu ini bermula dari paradigma masyarakat muslim tentang pemahaman terhadap ilmu agama dan ilmu umum yang dalam bahasan kali ini adalah ilmu sains serta hubungannya dengan pendidikan. Berkenaan cara pandang masyarakat muslim terhadap ilmu dan pendidikan, sebagian dari mereka menganggap bahwa hanya ilmu agama yang patut untuk dipelajari sedangkan ilmu umum tidak perlu dipelajari karena kehidupan di dunia hanyalah untuk menyongsong kehidupan di akhirat. Pandangan seperti ini menghasilkan generasi-generasi yang tidak memiliki daya saing dikancah internasional. Padahal jika ditelaah lebih lanjut, untuk mendapatkan kehidupan baik di akhirat, maka kita harus memiliki kehidupan baik di dunia. Sehingga ilmu-ilmu tentang dunia juga harus dipelajari.

Sebagian dari masyarakat muslim lainnya menganggap bahwa ilmu yang patut untuk dipelajari adalah ilmu sains karena dianggap kesempatan kerja akan lebih banyak dibandingkan dengan ilmu agama yang orientasinya hanyalah kehidupan akhirat. Pandangan seperti ini menghasilkan ilmuwan-ilmuwan yang tidak mengindahkan etika dalam mengembangkan sains. Misalnya saja cloning pada manusia akan sah-sah saja jika itu tidak mempedulikan ajaran agama. Contoh lainnya, tidak diragukan lagi bahwa para pejabat pemerintahan adalah orang-orang yang memiliki intelektualitas lebih tinggi dibandingkan masyarakat pada umumnya tetapi masih banyak dari mereka yang melakukan tindakan korupsi. Hal ini bisa disebabkan karena ajaran agama yang mengandung etika-etika bermasyarakat dianggap tidak terlalu penting untuk dipelajari.

Sistem pendidikan yang juga menjadi penyebab dikotomi keilmuan sudah semestinya diubah. Pendidikan seharusnya dapat menjawab tantangan zaman dengan memberikan skill dan pengetahuan sesuai kebutuhan masyarakat. Di masa mewabahnya globalisasi seperti sekarang ini dibutuhkan generasi yang memiliki kemampuan bersaing dalam  kancah internasional dengan dibekali pengetahuan agama sebagai kontrol atas segala tindakannya. Oleh karena itu, dibutuhkan rekonstruksi sistem pendidikan yang mendukung integrasi interkoneksi agama dan sains. Lembaga pendidikan harus memadukan antara pembelajaran sains dan pembelajaran islam. Dalam pembelajaran sains, hendaknya guru menyampaikan konsep sains dihubungkan dengan islam. Begitu pula dalam pembelajaran ajaran islam, hendaknya ajaran-ajaran islam disampaikan dalam pembelajaran yang mendukung integrasi sains dan agama islam.

Kehidupan manusia yang sangat kompleks memerlukan berbagai disiplin ilmu untuk memahaminya dan menyelesaikan persoalan di dalamnya. Solusi yang tepat adalah harus adanya pemahaman yang menyeluruh terhadap berbagai disiplin ilmu melalui integrasi interkoneksi keilmuan, dalam hal ini ilmu agama dan ilmu sains. Integrasi interkoneksi islam dan sains adalah upaya untuk mempersatukan ilmu sains dan ilmu agama. Saat mempelajari objek kajian dalam sains, maka hendaknya objek tersebut dikaji pula menggunakan sudut pandang agama. Misalnya untuk pelajaran kimia SMA kelas XII tentang senyawa alkohol, maka guru bisa menjelaskan secara singkat penggunaan alkohol dalam kehidupan sehari-hari dihubungkan dengan hukum islam tentang penggunaaan alkohol sebagai campuran minuman, parfum dan lain-lain.

Konsep atom dengan kompleksitas strukturnya dalam ordinat-ordinat  juga dapat membawa kita pada rasa kagum terhadap kekuasaan Allah. Dia telah menciptakan segala sesuatu dengan kadar, struktur dan konsep yang sempurna. Ketidakmampuan kita melihat struktur atom secara langsung atau menggunakan alat yang canggih sekalipun menyadarkan kita bahwa kemampuan manusia itu sangat terbatas. Kita dapat mengenali sifat-sifat Tuhan dengan mempelajari  ciptaan-Nya. Penyampaian konsep atom yang dihubungkan dengan ketauhidan akan menambah keimanan seseorang. 

Indikator keberhasilan pembelajaran ini adalah jika kita bisa berkata “aku menemukan Tuhan dalam kimia..” setelah pembelajaran ini selesai. Keberhasilan pembelajaran fisika yang dihubungkan dengan konsep ketuhanan juga memiliki indikator yang sama dengan ilmu kimia yaitu setelah kita dapat berkata,”aku menemukan Tuhan dalam Fisika…”. Pembelajaran seperti inilah yang sangat dibutuhkan untuk menjadikan peserta didik sebagai pribadi yang unggul dalam kepribadian dan intelektual.

Penyampaian doktrin-doktrin/ajaran islam sebisa mungkin juga dihubungkan dengan sains. Ajaran islam berisi tentang wahyu-wahyu Tuhan yang berguna sebagai pedoman hidup manusia di dunia. Walaupun tidak semua ajaran islam bisa ditafsirkan oleh akal, tetapi ada hal-hal yang memungkinkan pengkajian ajaran tersebut melalui analisa-analisa yang rasional. Misalnya saja pengharaman minuman-minuman beralkohol jika di analisa menggunakan sains, maka hal ini sangatlah masuk akal karena minuman ini dapat memabukkan dan menghilangkan kesadaran sejenak. Yang perlu ditekankan dalam pembelajaran ajaran islam terintegrasi sains adalah penanaman pada peserta didik bahwa islam sangat mendorong perkembangan sains.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun