Mohon tunggu...
Nature Pilihan

Air, Sumber Kehidupan Tanaman (Syarat Tumbuh Tanaman, Bagian 3)

1 Maret 2017   12:55 Diperbarui: 5 Juni 2019   20:04 4159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Air merupakan salah satu kebutuhan primer tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya.  Kandungan air di dalam jaringan tanaman sayuran berkisar antara 70 – 90 %.  Dalam proses fotosintesa di dalam daun, air merupakan salah satu molekul yang muntlak diperlukan untuk menghasilkan karbohidrat.  Karena air merupakan salah satu sumber unsur hidrogen (H), dan salah satu sumber unsur oksigen (O), dua diantara unsur-unsur penting yang dibutuhkan tanaman.

Pada siang hari yang cerah akan terjadi proses transpirasi, yaitu penguapan air melalui permukaan daun dan bagian tanaman yang lain.  Dengan adanya laju transpirasi ini, maka secara otomatis akan diperoleh tenaga hisap air melalui saluran pengangkut di dalam jaringan tanaman yang berujung di ujung-ujung akar rambut.  Air yang terhisap atau terserap oleh akar rambut tersebut merupakan larutan air tanah yang mengandung unsur hara atau zat makanan tanaman.  Dengan kata lain, dalam proses penyerapan air tersebut akan terserap juga zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. 

Fenomena tersebut yang menyebabkan lebih cepatnya pertumbuhan dan perkembangan satu jenis tanaman yang sama jika ditanam pada musim kemarau (dengan penyinaran matahari penuh) bila dibandingkan dengan jika ditanam pada musim hujan (dengan penyinaran matahari rendah).  Laju transpirasi pada musim kemarau lebih tinggi daripada musim hujan, sehingga tenaga hisap air tanah (mengandung unsur hara tanaman) lebih besar pada musim kemarau.  Sebagai contoh kasus, umur panen tomat akan lebih cepat pada musim kemarau dibandingkan dengan musim hujan, meskipun ditanam pada tempat dan ketinggian yang sama.  Demikian juga tanaman sayuran lainnya.

Jika kandungan air di dalam tanah kurang (kekeringan), maka besarnya laju serapan air oleh perakaran terhadap besarnya laju transpirasi melalui permukaan daun adalah negatif.  Pada kondisi seperti ini tanaman akan menunjukkan gejala layu.  Apabila segera dilakukan penyiraman air, maka tanaman akan kembali segar.  Sebaliknya jika kondisi layu tersebut dibiarkan berhari-hari tanpa tindakan penyiraman air, maka tanaman akan menunjukkan gejala layu permanen yang berakibat mati, meskipun dilakukan penyiraman air sebanyak-banyaknya.

Air di dalam tanah juga mempengaruhi aktifitas mikroba tanah dalam proses biokimia maupun perombakan bahan-bahan organik di dalam tanah.  Jika kandungan air tanah kurang (kekeringan), maka aktifitas mikroba tanah akan menurun, bahkan bisa mati.  Akibatnya akan mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah tersebut.

Demikian besarnya kegunaan air bagi tanaman.  Oleh karena itu ketersediaan air yang mencukupi menjadi syarat muntlak dalam proses penanaman sayuran.  Sebagai gambaran, kebutuhan air untuk penyiraman pada musim kemarau (tidak ada hujan) adalah berkisar antara 10.000 – 15.000 liter per 10.000 m² (1 hektar) lahan per hari. 

Besarnya kebutuhan air sangat tergantung pada tekstur dan struktur tanah, kandungan bahan organik tanah dan jenis tanamannya.  Sebagai contoh, tanah dengan sifat sangat gembur (lempung berpasir) dengan kandungan bahan organik yang rendah akan memerlukan air lebih banyak daripada tanah dengan sifat agak gembur (lempung) dengan kandungan bahan organik yang tinggi.  Tinggi rendahnya kandungan bahan organik bisa dilihat dari warna tanahnya.  Semakin gelap warna suatu tanah biasanya kandungan bahan organiknya semakin tinggi.  Tanaman berdaun lebar akan membutuhkan air lebih banyak daripada tanaman berdaun sempit.  Sebagai contoh, tanaman mentimun membutuhkan air lebih banyak daripada tanaman cabai jika keduanya ditanam pada lahan dengan sifat tanah dan kondisi cuaca yang sama.

Contoh kasus, misalkan ada lahan seluas 10 hektar yang direncakan untuk penanaman beberapa jenis sayuran pada musim kemarau.  Agar pengelolaan lahan tersebut berjalan dengan baik, maka harus tersedia air minimal 100.000 liter per hari, atau sumber air dengan debit minimal 1,2 liter per detik.  Jika faktanya hanya terdapat sumber air dengan debit 0,6 liter per detik, maka sangat dianjurkan untuk mengelola hanya maksimal 5 hektar saja dari keseluruhan lahan.  Lahan lainnya yang 5 hektar sebaiknya diberakan dahulu untuk menunggu penanaman pada musim hujan.  Hal ini dilakukan agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman berjalan dengan optimal dan dari aspek bisnis menjadi lebih ekonomis.  

Kondisi lingkungan dalam hal ini terkait dengan penyinaran matahari dan endemi hama dan penyakit tanaman.  Sebagian besar tanaman sayuran menghendaki penyinaran matahari secara penuh.  Adanya tajuk pohon tinggi dan rimbun maupun bangunan tinggi tentunya akan menghalangi sebagian sinar matahari yang diperlukan oleh tanaman dalam proses fotosintesa.

Jika memaksakan bertanam sayuran di lahan yang banyak naungan, maka dampak lainnya adalah sirkulasi udara tidak bisa lancar.  Akibat yang paling mungkin terjadi antara lain pertumbuhan tanaman menjadi lambat, vigor tanaman lemah, internode (panjang ruas batang) memanjang karena etiolasi (kurang sinar), umur panen mundur, produksi menjadi rendah, rentan terhadap serangan penyakit, dan sebagainya.  Tetapi khusus untuk sayuran daun (contohnya bayam, kangkung dan caisim) yang ditanam di daerah yang suhu udaranya tinggi dan kelembaban udaranya rendah, sedikit naungan diperlukan untuk mengurangi laju transpirasinya.  Sehingga vigor tanaman bisa besar dan segar dengan sukulensi (kandungan air tanaman) yang masih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun