Mohon tunggu...
Yudi Irawan
Yudi Irawan Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan Seorang Penulis

Seseorang yang baru saja belajar menulis di usia senja :-)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Catatan 42 Hari Seorang Haji Mandiri (Mina Hari 35)

12 Februari 2020   16:17 Diperbarui: 12 Februari 2020   16:17 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selasa, 13 Agustus 2019 atau bertepatan dengan tanggal 12 Zulhijjah 1440H.

Nafar Awal.

Ini adalah hari terakhir dari prosesi lempar jumroh bagi jamaah yang tidak mengambil Nafar Tsani (prosesi hari ini dikenal dengan nama Nafar Awal). Dan kebanyakan jamaah Indonesia, termasuk jamaah dari rombongan kami, ini juga merupakan hari terakhir mereka berada di Mina, dimana nanti setelah lempar jumroh, mereka akan kembali ke hotel masing-masing. Tapi tidak bagi kami yang mengambil program Nafar Tsani, karena kami masih harus menginap satu malam lagi untuk nantinya di esok hari melakukan sekali lagi proses lempar jumroh sebelum pulang kembali ke hotel.

Rombongan kami mulai melangkahkan kaki bersama-sama menuju Jamarot selepas sholat Dzuhur. Entah kenapa ada rasa haru dalam diri saya ketika melalui terowongan Mina kali ini. Selain kembali bersama-sama berjalan beriringan dengan "keluarga" dalam satu rombongan yang sudah semakin kuat ikatan persaudaraannya, saya merasa sudah semakin dengan dengan akhir-akhir ibadah haji.

Jika ini nanti Insya Allah bisa kami lalui, maka secara rangkaian wajib haji, sudah hampir semuanya rangkaian haji yang besar yang sudah kami lakukan, terlepas nanti ada yang mengambil Nafar Tsani atau tidak. Dan jika berhitung pada hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijjah, maka inipun bisa dikatakan kalau prosesi kami hampir sempurna. Tinggal melakukan dua hal: Thowaf Ifadhoh plus tahalul dan Thowaf Wada. Subhanallah... inilah yang membuat saya begitu terharu.

Dalam perjalanan kami menuju lokasi lempar jumroh, mata saya tidak lepas dari pemandangan dimana saya melihat Pak Nawar dan istri (yang merupakan salah satu dari orang tua atau sesepuh di rombongan kami) senantiasa bergandengan tangan menyusuri jalan terowongan itu. Masya Allah...  Terlihat mesra sekali dan juga terlihat saling menjaga satu sama lain. Belum lagi tidak tampak kelelahan pada wajah mereka. Entah kenapa ini saya ceritakan, tapi bagi saya sendiri, ini menjadi pelajaran bahwa cinta kasih karena Allah itu akan terus ada dan kita rasakan bahkan sampai di usia senja. Semoga Allah memberikan kami semua usia panjang yang sehat dan barokah agar bisa seperti Pak Nawar dan Bu Fatimah, Aamiin ya Allah, Aamiin...


Dan akhirnya, Alhamdulillah, selesai sudah kami lakukan lempar Jumroh hari ini. Dan seterusnya kami semua kembali ke tenda Mina. Singkatnya, begitu sampai kembali di tenda, rombongan kami segera mengemas barangnya dan bersiap-siap untuk menuju tempat penjemputan untuk nantinya diberangkatkan dengan bus menuju Misfalah. Semua ketua regu saat itu saling bahu membahu untuk membantu persiapan pulang itu.

Untuk diketahui saja ya, jangan heran kalau nantinya akan banyak yang akan dibawa pulang karena selama di Mina, yang namanya makanan, minuman dan buah selalu diberikan oleh pihak pengelola Maktab. Jadi bawaan jamaah bukannya berkurang malah bisa jadi bertambah lho, hehehe... Dan sekali lagi -tanpa bermaksud membanggakan rombongan kami- saya lihat kekompakan yang begitu kuat diantara kami semua untuk membantu persiapan kepulangan tersebut. Termasuk juga kami-kami yang nantinya ikut Nafar Tsani atau masih menginap satu malam lagi.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Setelah semuanya selesai, Hanung yang juga baru akan pulang ke-esokan hari, turut berkoordinasi dengan pihak Maktab untuk mencari tahu bus nomor berapa yang nanti akan mengangkut rombongan kami pulang. Termasuk jam berapa bus akan tiba. Ini dilakukan agar rombongan tidak terlalu lama menunggu di luar. Jadi semua jamaah masih bisa bersantai sambil menunggu informasi bus yang nantinya sudah siap untuk berangkat.

Alhamdulillah, singkat cerita (biar cepat maksudnya, hehehe...) semua rombongan akhirnya bisa menaiki bus dan langsung berangkat menuju pulang. Tinggallah saya, Hanung, Didik, Sonni dan Prapto (beserta istri masing-masing) Plus pak Andi yang masih berada di tenda. Ditambah ada lagi dari rombongan lain, yaitu Pak Kris, Pak Kusnadi dan istri, serta Ibu Umi Kalsum yang juga bergabung dengan kami dalam satu tenda itu.

Ada kejadian yang cukup mengejutkan dimana tenda yang ada di depan tenda kami (masih ingat cerita dimana saya hampir tersulut emosinya dengan jamaah yang ada di tenda depan?) ternyata dimasuki orang tidak dikenal. Salah satu orang jamaah yang ada di tenda depan itu mengadu ke kami kalau tendanya diacak-acak orang. Saya sempat melihat kedalam tenda itu, dan benar saja seisi tas yang ada disana berantakan dan barang-barangnya tercecer diluar. Saya sendiri sempat menegur salah seorang petugas catering disana karena curiga. Tapi saya tidak bisa membuktikan apa-apa. Sementara itu kami juga meminta jamaah yang ada ditenda depan untuk segera melapor ke petugas Maktab, dan kami menjaga tenda mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun