Mohon tunggu...
Yudi Herry Prasetya
Yudi Herry Prasetya Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pengajar Kitab kitab karya ulama Salaf di perkampungan

Kepala Peningkatan Kualitas Guru Berpengalaman dalam Community Development sebagai Manajer Area di YEH Indonesia Pernah Menjadi Dosen AMIK Wahana Mandiri, dan STIE PELITA BANGSA Penyuka Diskusi Ilmu-ilmu Sosial, Politik, Ekonomi, Hukum dan Agama Tinggal di Tangerang WA (only) : 0813-1014-7891 https://twitter.com/yudi_abuzahra http://ask.fm/yudi_abuzahra https://www.facebook.com/Abuzahra.ibnu.Machtum https://www.instagram.com/yudi_abuzahra/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Damailah Saudaraku

5 Juni 2017   10:38 Diperbarui: 5 Juni 2017   10:51 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat situasi negeri ini pada saat ini sungguh terasa menyakitkan hati. Bagaimana tidak ? anak bangsa terpecah-pecah karena pilihan politik dan keyakinan yang berbeda membuat masyarakat menjadi terkotak-kotak..

Perbedaan memang tidak mungkin disatukan, tetapi dalam perbedaan seyogyanya ada saling menghargai pilihan yang berbeda. Dahulu kita juga bisa melihat bagaimana Soekarno sering berbeda pendapat dengan M. Hatta, Agus Salim, M. Natsir dan tokoh-tokoh pejuang yang lain, tetapi bila telah disepakati bersama secara musyawarah maka mereka menaatinya dan tidak mengajak pengikut di bawahnya untuk menentangnya.

Sumber tercantum pada gambar
Sumber tercantum pada gambar
Awal terjadinya Perbedaan

Kalau ditarik ke  belakang sekitar tiga tahun yang lalu, dalam Pemilihan Umum 2014, maka terlihat bahwa PDIP adalah pemenang PEMILU 2014 yang pada akhirnya Menyokong Joko Widodo yang pada saat itu menjadi Gubernur DKI Jakarta untuk maju dalam pemilihan Presiden tahun 2014.

detik.com
detik.com
Dari data tampak bahwa dalam pemilihan anggota Parlemen dan Pemilihan Presiden 2014, walaupun PDIP adalah pemenang PEMILU tapi suaranya tidak begitu signifikan dalam parlemen, begitu pula dalam Pemilihan Presiden, suara Jokowi juga tidak menang mutlak bahkan ada isu yang beredar (walaupun tidak dapat dibuktikan) adanya penggelembungan suara untuk Joko Widodo.

Masalahnya adalah generasi Muslim Mileneal banyak yang percaya bahwa Joko Widodo melakukan kecurangan dalam Pemilihan Umum 2014 bahkan banyak kalangan tokoh-tokoh Islam yang meyakini hal ini dan sering menceritakan dalam ceramah-ceramahnya.

Seperti api dalam sekam, kebencian ini tumbuh secara perlahan, apalagi walaupun Joko Widodo adalah seorang Muslim tetapi banyak yang meyakini dengan ideologi Marhaenisme yang dianut nya, maka banyak kalangan yang menyatakan pembelaan kepada Muslim akan berkurang.

ahok-baru-5934c2b83297733d19266d09.jpg
ahok-baru-5934c2b83297733d19266d09.jpg
Kalahnya Prabowo Subianto

Naiknya Joko Widodo menjadi Presiden Republik Indonesia mengalahkan Prabowo Subianto menjadikan Basuki Cahaya Purnama atau Ahok naik menjadi Gubernur DKI. Sebenarnya banyak perubahan yang dilakukan pada masa Gubernur di jabat oleh Ahok dan tidak ada satu pun masyarakat Jakarta yang tidak mengakuinya. Tetapi mereka justru mempermasalahkan agama yang dianutnya yang berbeda dengan mayoritas pemeluk agama di negeri ini. Kecurigaan beberapa golongan Muslim pun terjadi. Seperti isu adanya Kristenisasi, adanya program yang terselubung sampai adanya isu dijadikannya proyek pulau reklamasi sebagai Singapura baru. 

Parahnya lagi, media sosial pun ikut menyebarkannya secara massif bahkan beberapa ceramah bernada provokatif pun ikut memanaskan suasana. Apalagi selalu didengungkan pernyataan bahwa  " Boleh nya  bersikap Suuzhon (buruk sangka) kepada Non Muslim" dan bersikap "Khusnuszhon (berbaik sangka) kepada Sesama Muslim".

Suasana pun bertambah panas, sampai diadakannya PILKADA DKI Jakarta yang akhirnya terpilih Gubernur baru yakni Anis Baswedan. Masyarakat yang memenangkan Anis Baswedan menginginkan agar beliau segera dilantik tanpa harus menunggu bulan Oktober 2017 agar segera menggantikan Ahok. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun