Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karoshi, Kelelahan Kerja dan Relasi Kinerja

1 Juli 2017   03:53 Diperbarui: 1 Juli 2017   04:00 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kajian atas produktifitas menarik untuk dipelajari dengan seksama, terutama ketika melibatkan manusia didalamnya. 

Dengan kompleksitas yang dimilikinya, manusia memang memiliki kemampuan sekaligus keterbatasan dalam dirinya.

Sebelumnya tersiar kabar tentang kematian dokter spesialis ditanah air akibat durasi waktu kerja yang panjang selama libur lebaran tahun ini.

Meski masih dalam tahap penyeledikan terkait penyebab kematiannya, namun hal tersebut mengindikasikan batas serta limit kemampuan tubuh dalam kondisi bekerja non-stop.

Perilaku bekerja hingga batas tertingginya ini banyak dipraktekan di negeri Sakura sebagai bentuk kerelaan untuk berkontribusi bagi kemajuan perusahaan.

Bahkan kebiasaan tersebut telah menjadi budaya dari pekerja negeri matahari terbit tersebut. Karoshi adalah kelelahan kerja karena overwork.

Spirit Karoshi dekat dengan prinsip Bushido yang menjadi panduan dari nilai moral Samurai, dengan menekankan kombinasi atas kesederhanaan, kesetiaan, dan kehormatan sampai mati.

Tetapi apakah overwork selaras dengan produktifitas? Akankah kelebihan waktu kerja menjadi bukti atas kemampuan berproduksi lebih?.

Manusia dan Bukan Mesin

Mekanisasi dan otomatisasi adalah metode alternatif dalam memastikan terjaganya produktifitas secara konstan, karena kapasitas kerja mesin terjaga dari waktu ke waktu.

Sementara manusia terkait dengan faktor-faktor lain, semisal stimulus eksternal seperti budaya atau remunerasi, maupun aspek internal berkenaan dengan motivasi dan perilaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun