Lokasinya yang masuk dalam daerah administrasi Jawa Timur, diapit 2 gunung. Adalah, Gunung Klotok dan Gunung Maskumambang.
Luas wilayahnya mencapai 63,4 kilometer persegi. Wilayah itu sempat dikuasai oleh seorang raja bernama Sri Samarawijaya pada abad ke 11. Kekuasaanya bertahan cukup lama. Namun, pada akhirnya kerajaan itu tumbang oleh invasi VOC (Perusahaan dagang asal Belanda yang diberi hak monopoli di Indonesia oleh parlemen-nya).
Sebelumnya, atau pada abad ke 12, sebagian wilayahnya pernah dirampas oleh Ken Arok. Di wilayah rampasan itu, kemudian Ken Arok mendirikan sebuah kerajaan. Di kemudian masa, oleh cucunya yang bernama Jaya Wisnuwardhana, kerjaan Ken Arok dinamai Singhasari atau Singasari atawa Singosari.
Ya (bagi yang benar tebakannya), wilayah yang diapit Gunung Klotok dan Gunung Maskumambang seluas 63,4 kilometer persegi, itu adalah Kota Kediri. Kota ini digolongkan sebagai kota yang paling menggiurkan untuk berbisnis dan investasi. Itu ditandai dengan keberhasilan Kediri mendudukkan diri pada peringkat teratas pada ajang Indonesia Most Recommended City for Investment pada tahun 2010 versi SWA dan Business Digest.
Sebuah kota yang juga terkenal kepelosok nusantara lantaran bertengger sebuah perusahaan rokok besar. Perusahaan yang mengolah tembakau itu adalah salah satu raksasa perusahaan rokok di Indonesia. Perusahaan itu menamai diri Gudang Garam.
Tak sedikit pula masyarakat nusantara yang mengidentifikasikan Kota Kediri dengan Kota "Gudang Garam". Sayangnya, julukan kota kretek kadung melekat pada Kabupaten Kudus, asal perusahaan rokok Djarum. Jika tidak, mungkin Kediri juga layak mendapat julukan itu.
Perekonomian bertumbuh. Simbol-simbol kapital bertengger kokoh di sekitaran pusat kota. Restoran cepat saji hingga mall berderet genit menawarkan gaya glamor. Burger, pizza, bukan sajian kuliner yang langka. Di abad ke 20 sajian kuliner khas eropa itu sudah menginvasi wilayah Sri Samarawijaya.
Pun demikian, sepertinya masyarakat di wilayah yang terbelah Sungai Brantas ini tak lantas lupa dengan jati diri kulinernya. Itu dapat dibuktikan oleh masih banyaknya sejumlah toko yang menjajakan menu khas Kediri, yang konon warisan nenek moyang mereka.
Jika bertandang ke Kota Kediri dan punya jadwal wisata kuliner, jejakan kaki ke Jalan Yos Sudarso. Bukan hanya satu, di sepanjang jalan itu berderet toko yang mengkhususkan diri menjual bebagai panganan yang diklaim khas Kota Kediri.
Dari sederet warisan kuliner yang dijajakan, ada tiga di antaranya yang paling berkilau. Yaitu, tahu takwa, stik tahu dan getuk pisang.
Entah kenapa komoditas yang diolah dari kedelai yang dilumatkan ini disebut tahu takwa. Konon, disebut demikian lantaran banyak santri yang menimba ilmu agama Islam di kota "Gudang Garam" itu.