Mohon tunggu...
yswitopr
yswitopr Mohon Tunggu... lainnya -

....yang gelisah karena sapaan Sang Cinta dan sedang dalam perjalanan mencari Sang Cinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Motret Tetesan Air

14 Maret 2012   01:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:05 1894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_166097" align="aligncenter" width="630" caption="bentuk yang tak terduga"][/caption]

Penasaran. Kata yang kemudian menggerakkanku untuk berani bereksperimen. Awalnya aku melihat sebuah foto tetesan air yang terlihat unik. Karena tertarik dan penasaran, aku browsing melihat foto-foto berkaitan dengan tetesan air. Luar biasa. Aku benar-benar dibuat kagum dengan foto-foto yang dihasilkan. Semakin terkagum-kagum, semakin aku ingin mencoba.

Jadilah aku mencari referensi dan tutorial untuk mewujudkan keinginanku itu. Tapi kok aku langsung puyeng. Dari tutorial yang ada, peralatan yang dibutuhkan kok susah. Untuk menghasilkan tetesan air yang ciamik harus didukung fasilitas yang memadai. Hmmm... Benarkah? Pertanyaan itulah yang menggelitikku untuk mencoba cara lain yang lebih sederhana.

Terus terang, aku tidak terpusat pada hasilnya, tetapi aku belajar dari prosesnya. Ketidakberdayaan memacuku untuk menjadi kreatif. Dari kereaktif menjadi kreatif. Hehhehee. Artinya, minimnya fasilitas tidak menghalangiku untuk terus mencoba dan bereksperimen. Soal hasil, hmmm... pasti jauh dari baik. Tapi aku suka dengan prosesnya. Inilah yang mendorongku untuk berbagi kisah dan catatan.

Inilah yang aku buat:

Pertama, peralatan kamera. Untuk motret tetesan air dibutuhkan speed yang tinggi untuk menangkap pergerakan tetesan air itu. Semakin tinggi, gerak air akan semakin dibekukan. Awalnya aku mencoba tanpa flash, maklum gak punya eksternal flash. Beberapa kali mencoba, kok gagal melulu. Hasilnya tidak seperti yang aku inginkan. Akhirnya aku memutuskan untuk menggunakan flash internal bawaan kamera. Shutter speed aku buat di 1/200 sec. Ternyata hasilnya lumayan.

Untuk menghasilkan fokus, saya menggunakan media lidi. Lidi saya tempatkan persis di titik jatuhnya air. Dengan menggunakan live view, aku mengukur ketajaman pada titik jatuhnya air. Aku pake ISO 100 dan 200. Mulai dari bukaan lebar sampai kecil aku coba. Hasilnya, semakin kecil bukaan semakin luas ketajamannya.

[caption id="attachment_166098" align="aligncenter" width="630" caption="tetesan air yang dicampur dengan tinta printer"]

1331687937114684735
1331687937114684735
[/caption]

Kedua, cahaya yang mencukupi. Untuk menghasilkan speed yang cukup, dibutuhkan cahaya yang cukup pula. Ini yang sempat membuat saya bingung. Gimana caranya sementara aku tidak memiliki peralatan memadai. Spontan aku tergerak untuk memanfaat sinar matahari. Bukankah sinar matahari akan membantu untuk menghasilkan speed yang tinggi? Setelah mencoba, mulai ada titik terang. Bisa. Kemudian saya bereksperimen dengan lampu. Karena di kamar hanya ada lampu TL, jadilah lampu itu aku pakai untuk uji coba. Aku hanya menggunakan satu lampu TL saja. Sebagai tambahan, aku nyalain dua buah lilin. Maksud hati untuk memberikan efek tambahan saja.

Ketiga, air. Karena aku ingin motret tetesan air, ya tentu saja butuh air. Hehehehee. Beberapa eksperimen aku lakukan. Awalnya, aku menggunakan air biasa. Tidak puas dengan karakter yang terbentuk, akhirnya saya mencoba sesuatu yang lain. Aku mencampur air denggan tinta printer. Aku mencoba warna merah dan biru. Ternyata hasilnya sedikit berbeda dibandingkan dengan air biasa. Aku semakin tertarik untuk mencoba media lain. Jadilah sirup menjadi sasaran percobaan. Dan efeknya sungguh luar biasa. Ada guratan-guratan unik yang muncul pada setiap tetesan. Guratan-guratan itu selalu berbeda pada setiap tetesannya.

[caption id="attachment_166099" align="aligncenter" width="630" caption="tetesan sirup"]

13316880021651029283
13316880021651029283
[/caption]

Untuk menghasilkan tetesan, aku memanfaatkan plastik bening. Plastik itu aku gantungkan pada sebilah bambu. Untuk menampung tetesan air itu, aku menggunakan mangkuk bening juga. Mangkuk itu aku isi dengan air juga. Awalnya air biasa. Kemudian aku bereksperimen lagi. Mangkok aku isi dengan campuran air dan tinta printer. Aku juga mencoba mencampur air dengan sirup. Segala kemungkinan aku coba dengan memanfaatkan apa yang ada.

Apa lagi ya yang kurang? Hmmm.. Oh iya, sebagai BG aku memasang kertas berbagai warna. Kadang aku memasang kertas warna kuning. Kadang menggunakan kertas warna putih. Untuk yang satu ini, aku tidak merasa kesulitan. Soalnya ada berbagai kertas warna yang aku punya.

[caption id="attachment_166100" align="aligncenter" width="630" caption="tetesan sirup, bawahnya air dicampur tetesan tinta"]

1331688053617754008
1331688053617754008
[/caption]

Belajar dari pengalaman bereksperimen itu, ada satu hal yang cukup menentukan. Soal bentuk tetesan air dan karakternya tentu tidak bisa kita setting. Sangat tergantung pada obyek yang kita pakai. Bagiku, yang sangat menentukan itu adalah timing yang tepat. Awal-awal mencoba, ada banyak foto yang sama sekali tidak ada tetesannya. Yang ada hanya riak atau gelombang yang timbul di permukaan air dalam mangkok. Tetapi itu tidak membuat saya patah semangat. Sekali muncul tetesan air, keinginan untuk mencoba semakin tinggi. Rasa penasaran mengalahkan segalanya.

[caption id="attachment_166102" align="aligncenter" width="630" caption="rasa penasaran mendorong untuk terus bereksperimen"]

13316881111096221304
13316881111096221304
[/caption]

Timing yang tepat akan menghasilkan karakter tetesan air. Hasilnya selalu berbeda. Dan itu yang membuat rasa penasaran. Ketika foto yang dihasilkan mendekati baik, rasanya demikian gembira. Tidak sampai lonjak-lonjak, apalagi guling-guling sih. hufftttt.. akhirnya aku berani membuat catatan pengalaman ini. Ada rasa takut dan malu. Ada rasa tidak percaya diri. Namun, pengalaman NGAMPRETS membuat saya berani. Bersama teman-teman kamprets, tidak ada yang merasa lebih. Semua didasari keinginan untuk belajar. Masing-masing anggota punya tikar sendiri-sendiri yang siap digelar. mimbar menjadi milik bersama. Siapa pun bisa berdiri di mimbar. Thanks to KAMPRETOS..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun