Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

(Maybe) This Year Is (Still Not) Our Year

23 Januari 2017   13:58 Diperbarui: 23 Januari 2017   14:07 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

This year is our year! Atau, "This year is ours! (Tahun ini giliran kita). Itulah kalimat bernada optimis, yang biasa digaungkan fans Liverpool, jika Si Merah mampu bersaing di papan atas EPL. Tapi, sejak terakhir kali juara liga tahun 1990, optimisme ini selalu berujung kekecewaan. Liverpool selalu gagal maning, gagal maning, (gagal lagi, gagal lagi) tiap musimnya. Sehingga, kalimat itu berubah, menjadi bahan olokan fans klub rival, dan optimisme bercampur kekuatiran, bagi Kopites (fans Liverpool), termasuk Saya sendiri.

Pada pekan-pekan awal EPL musim 2016/2017 ini, optimisme itu kembali muncul, seiring performa oke Liverpool awal musim ini. Mereka mampu mengalahkan Chelsea, dan Arsenal, di Stamford Bridge, dan Emirates. Taktik gegenpressing Klopp, sepertinya berjalan dengan baik di lapangan. Di bursa transfer, Klopp juga mampu bergerak efektif, dengan merekrut pemain, dan staf pelatih sesuai kebutuhan tim. Pemain-pemain, yang digaet Klopp adalah; Loris Karius (kiper, asal Jerman), Joel Matip (bek, Kamerun), Ragnar Klavan (bek, Estonia), Georginio Wijnaldum (gelandang, Belanda), dan Sadio Mane (penyerang, Senegal). Sedangkan, staf pelatih yang dibawa Klopp ke Anfield adalah Peter Kornmeyer (pelatih fisik, asal Jerman), dan Mona Nemmer (ahli nutrisi, Jerman). Keduanya sama-sama digaet Klopp, dari klub Bayern Muenchen (Jerman). Di sisi lain, Klopp melepas Martin Skrtel (bek, Slovakia), dan Christian Benteke (penyerang, Belgia).

Aktivitas transfer Klopp menunjukkan, bagaimana pandangan, dan rencananya musim ini; membangun sebuah tim yang dapat menyerang, atau bertahan sama baiknya, dalam permainan tempo tinggi di dalam lapangan, dilengkapi dengan dukungan aspek nutrisi, dan menu latihan fisik di area latihan, yang sesuai dengan tuntutan "Sepakbola Heavy Metal" Klopp. Sebuah rencana simpel, tapi menyeluruh.

Tapi, rencana itu berubah, setelah Karius mengalami cedera retak tangan, pada laga pramusim. Mau tak mau, Klopp kembali memasang Mignolet di bawah mistar. Hasilnya, sektor kiper Liverpool menjadi titik lemah, seperti musim lalu. Ketika Karius pulih, Mignolet pun digeser ke bangku cadangan. Sayang, performa Karius ternyata masih labil. 6 kali kebobolan dalam 2 laga (saat kalah 3-4 dari Bournemouth, dan imbang 2-2 melawan West Ham), membuatnya harus "turun kelas" menjadi kiper spesialis ajang Piala FA dan Piala Liga. Kembalinya Mignolet, sempat memberi keyakinan, terutama saat kiper asal Belgia ini mampu tampil bagus, saat Si Merah menghadapi Duo Manchester. Bahkan, saat Liverpool menahan United 1-1 di Old Trafford, Mignolet terpilih sebagai Man of The Match. Sayangnya, ia kembali inkonsisten saat melawan Swansea di Anfield (Sabtu 21/1). Akibatnya, Liverpool kalah 2-3, dan merosot ke posisi 4 klasemen sementara.

Rencana Klopp juga terganggu, di sektor depan, dan belakang. Di depan, absennya Sadio Mane, karena harus memperkuat timnas Senegal di Piala Afrika, belum mampu digantikan pemain lain. Mane sendiri, dipastikan akan absen lebih lama, menyusul lolosnya timnas Senegal ke perempatfinal. Di belakang, absennya Joel Matip karena cedera engkel, yang disambung dengan larangan bermain oleh FIFA, akibat belum adanya kejelasan status, setelah dirinya menolak membela timnas Kamerun, di Piala Afrika 2017, menyisakan lubang di lini belakang. Matip sendiri, baru bisa bermain, saat melawan Swansea (21/1). Itu pun hanya sebagai pemain pengganti. Karena, ia baru dibebaskan FIFA, dari larangan bermain, sehari sebelumnya.

Melihat performa Si Merah belakangan ini, ditambah dengan konsistensi Chelsea, juara liga adalah target muskil. Mau tak mau, Klopp, harus merevisi target. Paling tidak, lolos ke Liga Champions (4 besar klasemen), dan meraih trofi di Piala Liga atau Piala FA, bukanlah hal buruk. Klopp juga harus mulai membenahi taktik dan mental bermain tim. Taktik gegenpressing-nya, perlu sedikit dimodifikasi, supaya dapat tetap ampuh, meski dalam jadwal padat.

Dari segi mental bermain, Klopp perlu berbenah, agar Liverpool dapat menghadapi klub papan tengah/bawah, sebaik mereka menghadapi klub papan atas. Selain itu, Klopp harus mulai mencoba, membuat rencana cadangan, untuk taktik, dan kebijakan transfer. Supaya, ketika rencana utama, tak berjalan sesuai rencana, performa tim tetap baik, berkat adanya rencana cadangan. Jika taktik, dan mentalitas tim sudah dibenahi, trofi juara bukan lagi sebuah mimpi.

Bisa Liverpool?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun