Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anies Baswedan, antara Wibisana dan Prabu Salya

24 Juni 2017   22:02 Diperbarui: 24 Juni 2017   22:31 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam dua epos besar pewayangan, yakni Ramayana, dan Mahabharata, kita mengenal dua tokoh "kutu loncat", yakni Wibisana (Ramayana), dan Prabu Salya (Mahabharata). Kedua tokoh ini berpindah kubu, dengan arah yang berbeda. Wibisana berpindah kubu, dari kubu Rahwana (pihak antagonis) ke kubu Sri Rama (protagonis). Sedangkan, Prabu Salya berpindah kubu, dari kubu Pandawa (protagonis), ke kubu Kurawa (antagonis).

Dalam epos Ramayana, Wibisana merupakan adik bungsu Rahwana, Raja Alengka. Meski kakaknya adalah seorang raksasa yang cerdas, sakti, tapi kejam, Wibisana adalah seorang yang berwajah tampan, cerdas, dan baik hati. Kelebihan ini, membuat Rahwana menjadikannya penasehat kerajaan, dan membantu Ditya Prahasta, Patih (setara Perdana Menteri di zaman sekarang) Kerajaan Alengka, dalam menjalankan roda pemerintahan. Bisa dibilang, Wibisana adalah seorang Menteri di Alengka.

Dalam kesehariannya, Wibisana kerap berseberangan dengan Rahwana yang tiranikal dan gila perang. Tapi, Rahwana enggan berbuat kejam pada adiknya ini. Karena, ia membutuhkan kecerdasan Wibisana, dalam menjalankan roda pemerintahan. Selain itu, setiap kali keduanya berseberangan, Patih Prahasta, yang juga paman mereka, selalu bisa menengahi. Sehingga, konflik keduanya cepat mereda.

Tapi, pada saat Rahwana menculik Dewi Sinta, istri Sri Rama, perpecahan antarkeduanya tak terbendung lagi. Karena terang-terangan menentang, Wibisana pun diusir Rahwana, dan ia 'menyeberang' ke kubu Sri Rama, musuh Rahwana. Oleh Sri Rama, Wibisana lalu dijadikan penasehat utama (ahli strategi). Karena, ia memahami betul kelemahan-kelemahan musuh, dan menguasai medan tempur dengan baik.

Hasilnya, Sri Rama dapat mengalahkan Rahwana, beserta seluruh pasukannya, dan merebut kembali Dewi Sinta. Sedangkan, tahta Kerajaan Alengka yang kosong sepeninggal Rahwana, diambil alih oleh Wibisana atas restu Sri Rama.

Sedangkan, dalam epos Mahabharata, Prabu Salya adalah Raja Mandaraka. Ia adalah kakak dari Dewi Madrim, ibu si kembar Nakula-Sadewa, yang merupakan Pandawa nomor empat, dan nomor lima. Selain itu, Prabu Salya adalah ayah dari Dewi Banowati, istri Prabu Duryudana, Raja "de jure" Astina, yang adalah Kurawa tertua.

Pada prosesnya, Prabu Salya cenderung memihak Pandawa, daripada Kurawa. Tapi, menjelang Perang Bharatayuda, ia justru berada di pihak Kurawa, akibat terkena tipu daya Sengkuni, Patih Astina yang juga paman para Kurawa. Tipu daya ini dilancarkan Sengkuni, bersama para Kurawa, karena Prabu Salya mempunyai pengalaman bertempur, dan kesaktian yang mumpuni. Sehingga, akan sangat berbahaya jika memihak kubu Pandawa.

Pada Perang Bharatayuda, Prabu Salya bertempur dengan perasaan terpaksa. Karena, hati nuraninya memberontak. Pemberontakan batin ini menampakkan wujudnya, dalam lakon "Karna Tanding". Saat itu, Prabu Salya, yang bertugas menjadi kusir Adipati Karna, sang senapati kubu Kurawa, dengan sengaja memacu kereta kudanya, setiap kali Adipati Karna hendak membidik Arjuna, sang panengah, sekaligus senapati kubu Pandawa. Akibatnya, bidikan Adipati Karna selalu meleset. Di akhir pertarungan, Adipati Karna gugur, akibat terkena panah Pasupati milik Arjuna. Sedangkan, Prabu Salya sendiri akhirnya gugur di tangan Yudhistira, si Pandawa tertua.

Dalam konteks politik nasional saat ini, kita menemukan perpaduan dari sosok Wibisana, dan Prabu Salya, dalam diri Anies Baswedan, Gubernur Jakarta terpilih periode 2017-2022. Pada awalnya, eks Rektor Universitas Paramadina ini, adalah anggota tim sukses kampanye, dan ketua tim transisi Jokowi, saat pilpres 2014. Berkat pengalamannya di bidang pendidikan, Anies lalu dijadikan Menteri Pendidikan, setelah Jokowi, sang protagonis, memenangi pilpres 2014. Tapi, ia lalu di-reshuffle oleh Presiden Jokowi, dan kembali menjadi akademisi.

Menjelang pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, Anies tiba-tiba muncul sebagai kandidat Gubernur, berpasangan dengan Sandiaga Uno sebagai wakilnya, dengan dukungan Prabowo Subianto, sang antagonis dalam pilpres 2014 lalu. Pada akhirnya, Anies memenangkan kursi DKI 1, dalam pilkada bernuansa pilpres khas ibukota.

Bagi kubu Jokowi, manuver 'menyeberang' Anies ini mirip kisah Prabu Salya. Karena, ia kini menyeberang ke kubu oposisi. Bedanya, Anies melakukan manuver ini secara sukarela, bukan terpaksa seperti Prabu Salya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun