Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Melihat Kehidupan lewat Sepak Bola

31 Agustus 2019   23:07 Diperbarui: 31 Agustus 2019   23:29 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Detik.com

Jika kita hanya sekilas membaca judul di atas, mungkin Anda akan merasa judul ini "lebay", karena sepak bola hanyalah sebuah olahraga, sama sekali tak sebanding dengan kehidupan (secara umum) yang sungguh kompleks. Hanya saja, sepakbola justru menjadi satu olahraga yang mampu menjadi gambaran sederhana kehidupan, khususnya dalam konteks peran.

Mengapa bisa begitu?

Bicara soal sepak bola, kebanyakan orang cenderung gemar "menempatkan" posisi di lini serang (gelandang serang dan penyerang) sebagai peran "protagonis", karena mereka selalu berusaha menyerang dan mencetak gol sebanyak-banyaknya.

Perspektif ini muncul karena "mencetak gol" dianggap sebagai bagian paling penting dan menyenangkan di olahraga satu ini.

Tak heran, banyak orang berlomba-lomba memperebutkan tempat utama di area ini, meski peluangnya relatif terbatas. Tentunya ini wajar, karena perspektif "peran protagonis" di posisi menyerang membuat pemain yang memilih posisi ini akan berada di "jalan terang".

Maklum, posisi lini serang tak pernah luput dari "spotlight". Akan ada banyak puja-puji bermunculan, jika satu gol berhasil dicetak, apalagi jika gol itu adalah gol kemenangan.

Untuk kasus ini, sosok Eder menjadi contoh menarik. Pada turnamen Euro 2016, ia hanya penyerang pelapis dalam tim yang diperkuat Cristiano Ronaldo. Tapi, ia langsung naik kelas menjadi legenda Timnas Portugal, berkat gol tunggal kemenangan yang dicetaknya ke gawang Timnas Prancis di final.

Alhasil, posisi di lini pertahanan (gelandang bertahan, bek, dan kiper) mendapat cap sebagai "peran antagonis", karena mereka lebih banyak bertugas sebagai "pencegah" terciptanya gol. Ironisnya, jika mereka bermain bagus, mereka akan lebih banyak mendapat kejengkelan (khususnya dari pihak suporter lawan atau para pemuja sepak bola menyerang).

Padahal, mereka hanya berusaha untuk main sebaik mungkin demi tim. Seperti halnya pemain menyerang, pemain bertahan juga selalu berusaha untuk main sebaik mungkin. Meskipun, segudang aksi penyelamatan, tekel bersih atau blok sukses yang mereka lakukan, bisa langsung terhapus oleh satu kesalahan yang dilakukan, sekalipun itu sama sekali tak disengaja. 

Untuk kasus ini, kita tentu ingat pada sosok Loris Karius. Dalam perjalanan Liverpool menuju final Liga Champions musim 2017/2018, ia membuat sejumlah penyelamatan krusial plus clean-sheet. Tapi, sepasang blunder fatal yang dibuatnya di laga puncak membuatnya jadi pesakitan. Ia dianggap sebagai biang kerok kekalahan 1-3 Liverpool atas Real Madrid saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun