Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Jangan Politisasi Mimbar Sholat Ied

24 Juni 2017   19:13 Diperbarui: 27 Juni 2017   11:50 2687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. Sumber Gambar: theindianexpress.com

Pemerintah melalui Kementerian Agama telah menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1438 Hijriah jatuh pada hari Minggu, 25 Juni 2017. Di tengah situasi politik dan sosial saat ini, ceramah di mimbar-mimbar sholat Idul Fitri hendaknya tidak dikotori dengan ujaran- kebencian, provokasi, apalagi membawa-bawa urusan politik.

Sebaliknya, sholat Ied dan perayaan Idul Fitri kali ini bisa menjadi momentum untuk memperkuat Ukhuwah Islamiyah, menjalin kembali tali silaturahim antar sesama Muslim dan saudara-saudara yang berbeda keyakinan. Keretakan sendi-sendi berbangsa dan bernegara sebagai imbas kontestasi politik, terutama Pilkada DKI Jakarta, sudah waktunya disambung kembali dalam suasana yang lebih kondusif. Ini adalah tugas para pemuka agama dan juga tokoh-tokoh lainnya.

Kita tidak menafikan ada sekelompok umat Islam yang merasa disudutkan dengan isu-isu yang memecah-belah, hingga dikriminalisasi oleh aparat penegak hukum. Tetapi memanfaatkan momentum keagamaan seperti sholat Ied, untuk menyerang pihak lain, tidaklah elok. Mengapa?

Idul Fitri adalah wujud kemenangan iman dan ilmu atas hawa nafsu selama mengarungi bulan Ramadhan. Perayaan Hari Raya Idul Fitri mestinya diisi dengan kegembiraan, meski tetap harus dalam batasan yang wajar. Diwajibkan bagi setiap Muslim untuk bergembira dan menggembirakan orang lain. Bahkan umat Muslim diwajibkan untuk membayar zakat fitrah di akhir puasa Ramadhan, karena selain untuk membersihkan jiwa dari dosa-dosanya, juga memberikan makan (kegembiraan) bagi fakir miskin.   

Idul Fitri juga hari di mana umat Muslim membuka pintu hati untuk meminta maaf atas kesalahan dan kehilafan diri serta memaafkan kesalahan dan kekhilafan orang lain. Meminta maaf dan memaafkan orang lain akan membersihkan jiwa dan pikiran kita.

Dalam konteks berbangsa, perayaan Idul Fitri juga menjadi refleksi sekaligus aktualisasi semangat kebersamaan dan toleransi sebagai anak bangsa yang hidup di tengah keragaman dan kebhinekaan agama, suku dan budaya. Alangkah indahnya manakala ketupat yang disajikan juga dinikmati oleh saudara-saudara kita yang berbeda agama. Alangkah syahdunya manakala takbir yang kita kumandangkan menyambut Hari Kemenangan  juga meneduhkan tetangga-tetangga kita yang berbeda keyakinan.

Sekali lagi kita berharap, para khatib sholat Ied dapat memberikan ceramah yang menyejukkan. Jangan politisasi mimbar sholat Ied karena justru akan menghilangkan makna hakiki perayaan Idul Fitri. Semoga Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1438 H menjadi landasan bagi kita semua untuk mempertebal keimanan dan ketaqwaan, menjadi anak bangsa yang lebih toleran dan dijauhkan dari sifat kufur dan dengki.     

 Allahu Akbar...Allahu Akbar....Allahu Akbar walillah ilham

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 H

Taqoballahu Minna wa Minkum

Mohon Maaf Lahir dan Batin

@yb   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun