Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Metamorfosis Permadi di Antara Dua Aliran Politik

10 Mei 2019   15:11 Diperbarui: 10 Mei 2019   15:36 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permadi. Foto: KOMPAS.com

Nama politisi gaek Permadi, SH menyeruak di tengah keriuhan isu penolakan hasil Pilpres 2019. Dengan suara lantang, Permadi menyimpulkan tidak ada cara lain untuk menghentikan kecurangan kecuali revolusi. Ajakan Permadi disahuti takbir dari peserta pertemuan yang diduga juga dihadiri sejumlah mahasiswa.

Akibat seruan tersebut, Permadi dilaporkan oleh Fajri Safi'i ke Polda Metro Jaya, Ternyata menurut Fajri, pihak kepolisian sudah membuat laporan model A, laporan yang didasari oleh anggota Polri yang mengalami, mengetahui, atau menemukan langsung peristiwa tersebut.

Permadi tidak membantah seruan revolusi dalam video yang beredar dan mengatakan kesiapannya untuk mengikuti proses hukum.
Menarik untuk mencermati perubahan sikap politik Permadi. Seperti diketahui, Permadi merupakan politisi yang gandrung dengan pemikiran Presiden RI Soekarno. Bahkan Permadi pernah mengklaim sebagai penyambung lidah Bung Karno.

Permadi juga dikenal sebagai kader PDI Perjuangan dan sempat beberapa periode menjadi anggota Fraksi PDIP di DPR. Namun terhitung sejak 25 Januari 2009, Permadi mundur dari DPR dan PDIP untuk kemudian bergabung dengan Partai Gerindra, pimpinan Prabowo Subianto yang saat itu masih medioker dengan perolehan 4,46% suara di Pemilu 2009. Kepindahan Permadi ke Gerindra tidak terlalu mengejutkan, terlebih karena masih sama-sama beraliran nasionalis.

Sejak itu nama Permadi seakan tenggelam. Permadi tidak lagi menjadi rujukan berita media massa. Sebagai nasionalis tulen, Permadi seperti "disimpan" ketika Gerindra mulai dekat dengan PKS. Pasalnya, dalam berbagai kesempatan Permadi pernah menolak politik berasaskan agama sebagaimana umumnya politikus berhaluan nasionalis.

Maka cukup mengherankan ketika sekarang Permadi justru "bergaul" dengan tokoh-tokoh yang mendukung masuknya agama ke dalam politik. Permadi tampak enjoy ketika seruan revolusinya disahuti takbir.

Akankah Permadi akan bernasib sama dengan para penyeru revolusi, people power, jihad dan lain-lain seperti Eggi Sudjana yang kini berstatus tersangka?

Menarik diikuti. Apakah ini berarti sudah mulai terbentuk aliansi nasionalis -- agama di kubu oposisi? Terlalu dini menyimpulkan demikian. Sebab meski transformasi politik bukan sesuatu yang diharamkan, tetapi kita curiga, Permadi tidak sedang "hijrah" melainkan hanya memanfaatkan momen dan ghirah perlawanan yang tengah menyelimuti kubu Prabowo - Sandiaga Uno karena jika melihat hasil hitung Pilpres 2019 yang tengah dilakukan KPU, kemungkinan besar pasangan Joko Widodo -- Ma'ruf Amin yang akan ditetapkan sebagai pemenang.

Salam @yb

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun