Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Manusia dan Alam

5 Maret 2019   13:44 Diperbarui: 5 Maret 2019   14:28 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia adalah satu-satunya mahluk yang memiliki upaya menjalani tugas sebagai khalifah di bumi. Alam dan manusia memiliki hubungan, di mana alam sangatlah penting bagi mereka. Alam memberikan kehidupan kepada mereka. Dari penjelasan itu, kita bisa menarik hikmah bahwa manusia harus menjaga alam karena ia seorang khalifah fil ardh.

Saya ingin sekali bertanya kepada alam, tetapi mereka tidak bisa berbicara. Kenapa mereka tidak ditakdirkan untuk berbicara? Apakah jika mereka berbicara akan merasakan apa yang dialami manusia? Apakah alam merasakan sakit hati atau sedih? Meskipun orang lain akan menganggap ini khayalan, hati saya mengatakan bahwa mereka berbicara hanya saja tidak dapat didengar oleh manusia.

Andai saja saya dapat mendengar suara mereka, mungkin saya akan menjadi orang pertama yang dapat mendengarkan keluh-kesahnya. Selama ini manusia sangat kejam terhadap mereka. Ditebang, dibakar, bahkan dirusak demi ego manusia sendiri. Saya sedih kenapa manusia yang melakukan hal itu tidak merasa kasihan dengan mereka. Padahal, di sekolah, mereka belajar ilmu yang pasti berkaitan dengan kehidupan alam. Kok mereka masih tega.

Alamlah yang memberikan banyak manfaat kepada kita. Memberikan oksigen agar kita tetap bernapas. Bahkan jika kita memerlukan kebutuhan pokok, mereka selalu membantu tanpa dendam, walaupun manusia "menyiksa" mereka  untuk melengkapi kebutuhan pokok.

Hari itu saya sangat terpikirkan oleh masalah manusia dengan alam hinga terbawa mimpi. Di mimpi itu, pohon dan tumbuhan dapat berbicara. Mereka menceritakan kehidupannya dan memohon agar manusia tidak menyakitinya. Jika manusia terus merusaknya, bumi ini akan hancur.

Betapa terkejutnya saya atas apa yang saya mimpikan. Sayapun mulai merenungkan bagaiman cara memberi tahu orang-orang agar tidak merusak pohon? Sedangkan jenjang pendidikan saya lebih rendah daripada para perusak itu. Apakah saya akan diserang balik oleh mereka? Tidak bisa dibayangkan jika harus menghadapi konflik.

Di dalam mimpi tersebut saya bertanya pada mereka, pohon-pohon yang tersakiti. "Tidak bisakah mereka muncul di mimpi orang lain, seperti mereka muncul dalam mimpi saya? Agar ada lebih banyak teman untuk membela mereka. Di mimpi itu juga saya melihat bahwa mereka benar-benar tersakiti. Dan kenapa mimpi itu sangatlah lama? Apakah bisa saya menyelamatkannya melalui mimpi?

Manusia harus belajar dari alam semesta. Karena alamlah yang memberi manusia sumber makanan dan kebutuhan lain. Mereka menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Akankah manusia yang ditunjuk sebagai khalifah melakukan fungsinya dengan baik? Mungkin lebih dari setengahnya mengacaukan alam.

Manusia akan disayangi oleh semesta bumi jika manusia melindungi dan merawatnya. Dengan sifat kasih sayang manusia, maka alam semesta akan terpelihara. Tidak akan terjadi pemusnahan hutan---lebih jauh lagi, tidak akan ada peperangan, penindasan dan pembunuhan. Sampai saat ini, semua kekejaman itu masih terjadi. Maknanya manusia belum memiliki kasih sayang dengan alam dan belum memiliki agenda untuk merawatnya.

Refrensi yang menunjukkan bahwa alam memang diciptakan untuk menunduk kepada manusia tidaklah adil menurut saya. Muncul pertanyaan kenapa alam harus menunduk kepada manusia? Apakah karena manusia ditunjuk sebagai khalifah? karena itulah manusia harus melihat kejadian alam semesta dengan menggunakan mata dan akal. Dengan melihat kejadian alam semesta manusia akan dapat melihat siapakah dirinya yang sebenarnya.

Kesimpulannya adalah Manusia harus belajar dari alam semesta. Dengan melihat dan mengenal alam semesta pastinya manusia dapat mengenal dirinya dan penciptanya. Alam mengikuti perintah penciptanya bukan sembarang alasan. Manusia diberi kuasa untuk menjaganya dan tidak berbuat sesuka hatinya. []

*Yolan Aprilia, siswi madrasah

Sayang ibu dan generasi masa depan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun