Mohon tunggu...
Sofie Marhamah
Sofie Marhamah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Ahok-Djarot Akan Kalah, KPU dan Bawaslu Mulai Jadi Bidikan

29 Maret 2017   13:25 Diperbarui: 29 Maret 2017   13:52 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak lama lagi warga DKI Jakarta kemungkinan besar akan memiliki pemimpin baru. Pasalnya, tingkat popularitas dan elektabilitas Anies-Sandi pada putaran kedua ini terus meroket, sedangkan situasi berbeda dialami pasangan calon Ahok-Djarot. Hal ini diungkapkan oleh beberapa lembaga survey yang berulangkali merilis hasil survey mereke tentang preferensi pilihan warga DKI Jakarta untuk Pilkada putaran kedua ini.

Mengetahui pasangan calonnya kemungkinan besar akan “keok” dalam putaran kedua ini, para pendukung dan tim sukses Ahok-Djarot mulain mencari target bidikan untuk disalahkan. Yang paling mungkin untuk dikambinghitamkan adalah lembaga-lembaga pelaksana dan pengawas Pilkada, yakni Komisi Pemilihan Umum dan Badang Pengawas Pemilu DKI Jakarta. Kedua lembaga ini adalah wasit dalam kompetisi Pilkada. Ibarat di sepak bola, pihak yang seringkali disalahkan karena kekalahan tim kesebelasan tertentu adalah wasit.

Mendelegitimasi keberadaan wasit adalah cara untuk setidaknya mengurangi rasa frustasi atau mengglorifkasi kekalahan mereka. Dan inilah yang dilakukan oleh para pendukun dan tim sukses Ahok-Djarot. Apa yang mereka lakukan adalah mendelegitimasi keberadaan KPU dan Bawaslu DKI. Mereka menyebarkan persepsi ke publik bahwa KPU dan Bawaslu, sebagai wasit, tidak berlaku netral. Mereka meragukan independensi KPU dan Bawaslu dalam proses Pilkada DKI Jakarta kali ini.

Upaya untuk mendelegitimasi KPU dan Bawaslu sudah sejak awal dilakukan oleh tim pemenangan maupun Ahok-Djarot sendiri. Masih segar diingatan kita bagaimana Ahok-Djarot dengan sengaja walk out dari acara plone penetapan pasangan calon yang diadakan oleh KPU DKI beberapa waktu yang lalu dengan alasan waktu pelaksanaan acara molor.  Ketua KPU DKI, Sumarno, kemudian menjadi bulan-bulanan para pendukung Ahok-Djarot karena dianggap tidak professional.

Padahal, apa yang dilakukan KPU dan Bawaslu hingga detik ini masih wajar dan tidak ada glagat untuk mencederai netralitas dan professionalitas mereka. Karena itu, mencari-cari kesalahan atau meragukan independensi penyelenggara dan pengawas Pilkada DKI yang dilakukan oleh tim sukses Ahok merupakan cara untuk mengglorifikasi kekalahan yang sudah di depan mata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun