Para pendukung kedua pasangan calon gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta pastinya serius mantengintelevise tadi malam. Pasalnya, ada acara yang cukup menarik dan tak boleh dilewatkan terutama oleh para pendukung pasangan calon dan para pemerhati Pilkada DKI Jakarta. Tadi malam, Metro TV melalui program andalannya, Mata Nadjwa, mendahului debat resmi yang akan diadakan KPU DKI Jakarta, dengan terlebih dahulu mengundang kedua calon gubenur yang tengah bertarung, Basuki Tjahaya Purnala (Ahok) dan Anies-Baswedan.
Dalam acara  debat tersebut terjadi adu gagasan antara kedua pasangan calon, dan berlangsung cukup sengit. Adu gagasan memang menjadi kemewahan tersendiri dalam Pilkada DKI Jakarta karena di daerah-daerah lain, gambaran seperti ini masih sangat nihil. Melalui debat dan adu argument mengenai Jakarta yang lebih baik semalam, kita dapat mengetahui mana di antara kedua pasangan calon yang layak menjadi pemimpin warga DKI Jakarta.
Dari debat semalam, terlihat Ahok keteteran mengimbangi gempuran pertanyaan dari moderator, Mata Nadjwa, dan debat dari lawannya Anies Baswedan. Bahkan, Ahok terlihat mati kutu ketika Anies Baswedan menunjukkan data yang berbentuk angka maupun kenyataan dilapangan. Misalnya, mengenai jumlah anak putus sekolah atau diluar sekolah formal di Jakarta Utara di mana Ahok tinggal. Ahok seakan tidak bisa berkata-kata karena data itu menunjukkan secara gamblang bahwa di kawasan tempat tinggalnya sendiri, jumlah anak yang putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan di sekolah formal julmlahnya hampir 40%.
Penyebutan data tersebut diberikan oleh Anies Baswedan suapaya Ahok memahami betul kondisi masyarakat sehingga kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan seimbang dengan kebutuhan masyarakat. Perdebatan di aspek ini memang cukup sengit, antara kebijakan KJP ala Ahok-Djarot dan KJP Plus ala Anies-Sandi. Bagi Anies-Sandi peruntukan KJP tidak hanya untuk anak sekolah, tapi juga untuk anak-anak yang tidak bisa sekolah di Jakarta karena jumlahnya juga sangat besar. Artinya, target bantuan negara mengenai pendidikan tidak melulu menyasar lembaga pendidikan resmi, tapi secara holistic menyasar masyarakat secara keseluruhan, dan termasuk yang tidak memiliki kemewahan untuk mengikuti pendidikan formal, yang sekali lagi, jumlahnya juga sangat banyak.