Mohon tunggu...
Yogatama Yanuar
Yogatama Yanuar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

tertarik dengan Gerakan Koperasi. Suka Musik dan Visual Art. yogatama.yanuar@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Money

Manajemen Koperasi Aplikatif (Robby Tulus)

24 April 2013   20:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:39 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbasis Prinsip-Prinsip Perkoperasian

Robby Tulus

Ottawa, Canada

Manajemen koperasi merupakan kombinasi dari ide, proses, bahan baku, fasilitas, dan sumberdaya manusia untuk bisa memberikan kebutuhan pelayanan se-effektif mungkin kepada para anggota-pemiliknya.  Manajemen adalah elemen pengambilan keputusan di dalam koperasi.

Secara garis besar peranan manajemen adalah merancang dan menerapkan kebijakan operasional, memberikan pelayanan sebaik mungkin, memelihara kesehatan finansiil, dan memastikan effisiensi pelaksanaan untuk mencapai sasaran yang dituju. Koperasi yang sukses harus bisa lestari dalam arti bisnis dan ekonomis, sambil terus memelihara dan memajukan karakter dan fitur koperasinya. Koperasi bisa saja berhasil baik dalam bisnisnya, tapi lambat laun kehilangan karakter utamanya yaitu sebagai lembaga yang dikendalikan oleh anggota, yang melayani kebutuhan anggota, dan yang harus memberikan dividen atau margin netto kepada para anggotanya. Sebaliknya Koperasi bisa melayani anggota untuk sementara, namun gagal sebagai lembaga bisnis yang sehat.

Mengelola Koperasi adalah sulit dan penuh tantangan. Manajemen koperasi bukan sekedar mengelola sumberdaya dan kegiatan bisnisnya seperti bisnis lainnya di sektor swasta, namun harus juga menangani pelbagai masalah yang timbul akibat dari uniknya karakter perkoperasian.  Anggota Koperasi adalah pemilik, pengendali, pemodal dan sekaligus pengguna jasa koperasi.

Uniknya keanggotaan didalam kelembagaan koperasi sering menimbulkan kesenjangan antara peran dan tanggung jawab anggota disatu pihak, dan para anggota pengurus maupun staf manajemen di lain pihak. Sering kita dengar pertanyaan: “Apa bedanya mengelola lembaga koperasi dibandingkan tipe bisnis (perusahaan swasta) lainnya”? “Teknik pengambilan keputusan bisnisnya adalah sama/identik; hanya saja,karena  tujuan koperasi berbeda dengan perusahaan biasa, maka kesimpulan akhir yang diambil manajernya akan berbeda”.

Prinsip-prinsip dasar maupun tujuan yang ingin dicapai Koperasi menghadirkan premis dan alasan manajerial yang sangat berbeda. Premis/alasan ini dapat lebih mudah dimengerti melalui beberapa perspektif yang diperlukan seorang eksekutif yang akan menjadi manager Koperasi:

Menyesuaikan pengambilan keputusan bisnis dimana anggota adalah pemilik, pengendali, pemodal dan sekaligus pelanggan/pengguna jasa koperasi.

Dalam hal Koperasi Produsen (supply co-op), seorang manager yang sudah terbiasa dengan perusahaan berbasis pemilik saham (IOF-Investor-owned firm) akan terkejut bahwa teknik yang sangat berhasil di perusahaan swasta,yaitu untuk menciptakan produk yang paling memuaskan bagi para pelanggan demi meraih keuntungan besar, tidak berlaku di dalam Koperasi. Manager demikian harus menyesuaikan prioritas dan tujuan bisnis demi pelayanan yang paling baik bagi si pelanggan (yang juga adalah pemilik) di dalam Koperasi. Realisasi ini menunjukkan mengapa pelayanan dengan margin rendah harus tetap dipertahankan dan mengapa produk bermargin tinggi tidak perlu dipertimbangkan.

Manager Koperasi Pemasaran harus bisa memahami mengapa Koperasi diharuskan untuk menghimpun semua produk anggota dan mencarikan pasaran paling cocok bagi mereka. Manager tidak bisa bebas memilih produk yang bisa disuplai produsen mana saja dan lalu mencari pasar paling menguntungkan bagi mereka;

Dalam menghadapi isyu yang kompleks seperti halnya kesetaraan perlakuan bagi anggota sebagai pemilik-pelanggan, seorang manager IOF akan terkejut melihat bahwa distribusi  keuntungan netto kepada anggota adalah jauh lebih kompleks dari sekedar membagikan dividen dalam bursa modal di sektor swasta.

Lagipula, manager koperasi akan cepat menyadari bahwa untuk berhasil ia harus selalu melibatkan para anggotanya sebagai pemilik-pelanggan, dan bukan hanya sebagian kecil pemegang saham (besar) dalam hal perusahaan swasta, dalam rangka menciptakan kebijakan  dan tujuan bisnisnya. Seseorang yang ingin menjadi manager koperasi harus sejak awal menilai apakah gaya management, kinerja pribadinya, motivasi dan ambisinya memang cocok untuk menjadi manager koperasi yang siap untuk dikendalikan secara demokratis oleh para anggotanya yang menjadi pemilik dan pengguna jasa koperasi sekaligus

Di dalam koperasi, management harus menekankan secara khusus soal “hubungan dengan anggota” karena kepemilikan, kontrol dan penggunaan jasa merupakan fungsi keanggotaan. Peran ini menuntut adanya komunikasi dua arah terus menerus baik itu informasi kepada anggota dan informasi dari anggota.

Koperasi telah membuktikan bahwa lembaga ini bisa terus berkelanjutan karena prinsip prinsipnya juga senantiasa disesuaikan dengan perkembangan dan perubahan jaman, sehingga banyak hal seperti teknik transportasi, pendekatan pengembangan pedesaan, diversifikasi fungsional, integrasi horizontal maupun vertikal, PMA/joint ventures, aliansi strategis, dsb, terus dikembangkan atas dasar ketujuh prinsip yang disahkan dalam Kongres ICA tahun 1995.

Para petani di Amerika Utara dan Eropa juga menjadi semakin canggih dan maju, dan mereka mempunyai orientasi pasar yang sangat baik, sehingga untuk melayani para petani dibutuhkan ketrampilan eksekutif yang tajam dan unggul. Kebutuhan akan kepemimpinan demikian mengingatkan kita kembali pada akar sejarah koperasi itu sendiri (Rochdale, 1844).

Kepemimpinan koperasi tidak akan bisa berhasil kalau hanya pandai berfalsafah mengenai kesadaran sosial, atau dengan sekedar mempermasalahkan kelompok ekonomi yang satu terhadap yang lainnya. Keberhasilan pemimpin ditentukan oleh kepandaiannya mempergunakan instrumen perencanaan ekonomi yang canggih. Pemimpin harus bersedia untuk terus meningkatkan ketrampilan dalam hal mengelola aset, mengadakan riset tepat-guna, menggiatkan pengembangan eksekutif, menggelar hubungan dengan industri luar, dan menerapkan strategi pertumbuhan koperasi yang berkelanjutan, dan yang paling kritis adalah hubungan effektif dengan para anggota.

# Ditulis Oleh Robby Tulus, Saat Ini beliau adalah Chief Excekutif Advisor (CEA) untuk YAKA (Karl Albrectht Fondation) yang bergerak dalam Pengembangan Credit Union dan Koperasi Konsumen, Formation of socio-economic Cadres/Leader dan FacilitationConsultation on Co0Operative Development & Sicio_economic Issues.

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun