Mohon tunggu...
heru suti
heru suti Mohon Tunggu... Administrasi - Merdeka

Menulis untuk menghasilkan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Bola

(Kekhawatiran) Tentang Aturan Tiga Pemain Muda di Liga 1

25 April 2017   09:12 Diperbarui: 27 April 2017   06:00 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PSSI menerapkan aturan setiap klub Liga 1 harus memainkan minimal 3 pemain under 23 dalam setiap laga Liga 1 dengan durasi minimal 45 menit.

Pertama, tentang strategi pelatih, dari beberapa laga yang sudah-sudah, para pelatih biasanya memasang ketiga pemain tersebut di awal babak kemudian menggantikannya dengan pemain senior di babak kedua. Jadi babak pertama, tema utamanya adalah “gugur kewajiban”, babak formalitas yang berfungsi menggugurkan kewajiban aturan pemain muda dan babak permainan sesungguhnya adalah babak kedua. Dampaknya ya ke kualitas pertandingan, karena strategi dan pemain yang ada kurang maksimal tentunya akan berpengaruh ke kualitas pertandingan (babak pertama. Yang dirugikan ya penontonlah. 

Ya, memang sih bisa juga dibuat pembenaran, demi kemajuan pemain muda gak papa kan ya penonton merelakan sedikit kualitas pertandingan menurun di babak pertama. Tapi ya, penonton mbeling macem saya kan juga bisa bilang: lha pemain senior semua aja kualitasnya pas-pasan, lha kok ini mesti pake pemain junior, tiga orang pula, banyak kan itu, lha kan chanel sebelah juga nyiarin bola, liga enggris malah..., misal gitu

Lalu kemudian, benarkah pewajiban tiga pemain u23 di setiap laga akan menambah kemajuan pemain muda tersebut. Bisa jadi sih, jam terbang nambah, pengalaman juga nambah. Tapi bisa juga ndak maksimal, soalnya pemain muda yang turun ke lapangan karena “memang pantas” dan karena “dipaksakan” jelas lain persoalannya. Bagi pemain yang “memang pantas” , ini tentu angin segar bagi perkembangan mental bermainnya, secara teknis dia sudah siap, tinggal dikasih banyak jam terbang dan pengalaman itu akan semakin membuatnya matang. 

Tapi bagi pemain yang “dipaksakan”, secara skil dan mental mereka sebenarnya belum siap, maka pengalaman awal mereka bermain di tingkat tinggi dengan menyandang beban berat bisa menjadi pengalaman traumatik . Istilah traumatik ini mungkin lebay atau berlebihan, tapi cukup mewakili untuk menggambarkan dengan belum siapnya mental tapi dipaksa bertanding dalam level tinggi, satu musim pula.

Belum lagi, pelatih yang dibikin pusing  jika pemain muda andalannya (yang “memang pantas” tadi) dipanggil timnas atau sedang cedera, maka dia akan mengambil stok pemain muda baru lagi, yang sebenarnya “belum pantas” tadi. Ya itu tadi, kalau mentalnya bagus ya okelah dipaksa main, tapi kalau mentalnya belum siap ya itu tadi, jadi kasihan menyandang beban berat saat belum siap. Ini jadi seperti cerita kupu-kupu yang mencoba keluar dari kepompong, yang karena susahnya proses keluar dari kepompong itu, lalu ada orang yang kasihan dan membantu si kupu-kupu itu, keluarlah kupu-kupu itu tapi baru terbang sebentar, mati dia kupu-kupu, karena sayap-sayapnya belum cukup kuat untuk terbang, karena kepompong sebenarnya adalah alat uji yang valid untuk bisa membuat kupu-kupu itu layak terbang.

Nek saya boleh usul ya, sebaiknya cukup satu pemain saja yang wajib main dari U23, kalau tiga kebanyakan, nanti potensi munculnya “pemain yang dipaksakan” jadi tambah banyak, soalnya satu musim itu lama...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun