Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jalan-jalan Asyik dan Ngopi Cantik Tanpa Takut Masuk Angin

14 Agustus 2018   19:54 Diperbarui: 14 Agustus 2018   20:00 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nemu bangunan tua di Kota Lama Semarang (dok.yayat)

Dari beberapa daerah yang pernah saya kunjungi, saya tak pernah bosan menyambangi Jogja. Entah sudah berapa kali saya ke Jogja.. udah nggak terhitung. Kampung saya memang di Jogja, namun seringnya saya ke Jogja juga bukan buat urusan pulang kampung. Tapi untuk urusan pekerjaan.. sembari pulang kampung juga sih hehehe.

Ada 2 hal yang saya lakukan jika saya ke Jogja yaitu menyambangi lokasi wisata dan cari tempat ngopi. Jalan-jalan tetap saya lakukan meski saya datang untuk urusan pekerjaan. Waktu luang yang mepet membuat saya harus menggunakan waktu luang dengan efektif. Saya nggak harus mampir di semua lokasi wisata mengingat pekerjaan saya kadang demikian padat. Datang ke 1 atau 2 lokasi wisata aja udah bikin saya happy.

Pemilihan lokasi wisata yang saya datangi biasanya berdasarkan pertimbangan dekatnya lokasi wisata tersebut dengan hotel tempat saya menginap. Jadi saya bisa perhitungkan waktu buat jalan-jalan.. misalnya 3 atau 4 jam. Meski cuman sebentar tapi saya cukup menikmati waktu luang saya di lokasi wisata itu karena sebenarnya, untuk menikmati suasana sebuah wisata, nggak perlu waktu lama. Kita hanya perlu fokus dengan tujuan. Nggak usah mampir ke tempat lain kecuali waktu jalan-jalan kita ke lokasi wisata yang sudah kita rencanakan selesai lebih cepat.

gerbang tua di Mesjid Kotagede Mataram Jogja (dok.yayat)
gerbang tua di Mesjid Kotagede Mataram Jogja (dok.yayat)
Supaya waktu jalan-jalan lebih efektif, biasanya saya searching dulu mengenai lokasi yang ingin saya datangi. Ketika saya datang ke Mesjid Kotagede Mataram Jogja misalnya, saya searching dulu apa aja lokasi wisata yang ada di dekat Mesjid Kotagede Mataram. Jadi misal kunjungan saya ke Mesjid tertua di Jogja itu selesai lebih cepat, saya bisa sekalian mampir ke tempat itu. Jalan-jalan efektif gitu.

Itu soal jalan-jalan. Sekarang soal ngopi. Saya memang penyuka kopi. Negara kita kaya dengan berbagai macam jenis kopi dan saya sangat bersyukur karenanya. Banyaknya daerah penghasil kopi di negara kita membuat saya tak punya kopi favorit. Buat saya semua kopi enak asal diracik oleh orang yang tepat. Jenis kopi yang sama tapi diracik oleh orang yang berbeda bisa bikin citarasanya beda.

Saking seringnya saya ke Jogja, saya punya beberapat tempat ngopi favorit yang di kota ini. Saya mendatangi sebuah tempat ngopi bukan karena rekomendasi teman, karena saya lebih suka merasakannya sendiri. Kadang orang bilang kopinya enak tapi ternyata di lidah saya nggak cocok. Atau karena kopi di tempat itu enak maka pikiran saya akan bilang kopinya enak walau sebenernya tidak. Jadi mending eksplorasi sendiri deh.

yap.. karena kopi kami berteman (dok.yayat)
yap.. karena kopi kami berteman (dok.yayat)
Di Jogja, selain racikan kopinya enak-enak, ada kelebihan lain yang bikin saya makin cinta ngopi di Jogja yaitu harganya murah. Secangkir Affogato.. yaitu es krim vanila yang disiram Espresso harganya hanya 18 ribu rupiah. Segelas cold brew harganya 12 ribu rupiah. Mau kopi tradisional? Segelas kopi klotok bisa kita nikmati dengan harga lima ribu rupiah saja. Murah gila kan. Gimana saya nggak kesengsem ngopi di Jogja coba.

Keasyikan jalan-jalan dan ngopi di Jogja kadang bikin saya lupa diri. Begitu istirahat di kamar hotel baru terasa deh kaki pegel, badan capek dan perut rasanya nggak enak banget. Dinginnya AC di hotel bikin penderitaan saya makin bertambah. Aslinya saya nggak betah ada di ruangan AC. Badan yang nggak enak bisa bikin tidur saya nggak nyenyak dan ini bahaya karena esok paginya saya masih harus mengurus pekerjaan di mana fisik saya nggak boleh lemah karena kurang tidur.

Tolak Angin yang wajib dibawa kemana-mana (dok.yayat)
Tolak Angin yang wajib dibawa kemana-mana (dok.yayat)
Untungnya kemana-mana saya selalu bawa teman setia. Si kuning imut yang selalu ada di tas saya kemanapun saya pergi.. dia lah si Tolak Angin dari Sidomuncul. Tolak Angin udah digunakan di keluarga saya secara turun temurun. Orang tua saya selalu minum jamu Tolak Angin kalo masuk angin. Dulu bentuk jamunya masih bubuk. Orang tua saya mencampurnya dengan madu sebelum diminum.

Seiring perkembangan jaman, Tolak Angin sekarang ada dalam bentuk cair yang praktis dibawa kemana-mana. Masuk kantong bisaaa.. masuk dompet juga bisa. Kalo mau minum, tinggal sobek bungkusnya dan langsung minum deh. Tolak Angin cair ini udah ada campuran madunya jadi khasiatnya jadi bertambah.

Affogato yang murahnya kebangetan
Affogato yang murahnya kebangetan
Dari jaman masih bubuk sampai bentuk cair begini kandungan Tolak Angin cair masih sama yaitu terbuat dari bahan-bahan alami seperti adas, kayu ules, daun cengkeh, jahe, daun mint dan madu. Resep ini dipake sejak tahun 1930 sampe sekarang. Cuman cara pengolahannya aja yang beda. Jaman yang makin modern membuat Tolak Angin diolah dengan cara yang modern di pabrik modern dan melalui quality control yang ketat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun