Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menengok Rumah Hobbit di Seribu Batu Songgo Langit

11 Oktober 2017   19:04 Diperbarui: 14 Oktober 2017   04:10 4556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbang Seribu Batu Songgo Langit (dok.yayat)

Jalan-jalannya udah lama, tepatnya saat liburan Lebaran pada bulan Juni lalu. Seperti kebiasaan tahun-tahun sebelumnya, saya mudik ke Jogja menengok ayah saya sekalian menyegarkan diri dari pekatnya debu jalan Jakarta. Jalan ke lokasi wisata di Jogja termasuk agenda wajib saat saya dan keluarga mudik. Untungnya anak-anak saya setuju untuk datang ke lokasi wisata yang penuh dengan pohon hijau dan bukan ke pusat perbelanjaan.

Seribu Batu Songgo Langit, begitu tempat wisata ini disebut. Lokasinya ada di desa Sukarame Mangunan Kecamatan Dlingo Bantul Jogjakarta. Seribu Batu Songgo Langit letaknya berdekatan dengan Hutan Pinus Mangunan dan Kebun Buah Mangunan. Kalau Hutan Pinus Mangunan lokasi nya naik ke atas, Seribu Batu Songgo Langit letaknya masih di bawah dan untuk mencapainya tak perlu melalui jalan menanjak seperti ke Hutan Pinus Mangunan.

rumah hobbit lagi (dok.yayat)
rumah hobbit lagi (dok.yayat)
Saya berusaha tidak kaget ketika membayar tiket masuk. Kenapa? Karena untuk menikmati teduhnya pepohonan di Seribu Batu Songgo Langit, kita hanya membayar sebesar dua ribu rupiah.. iya cuma dua ribu. Harga itu ditambah harga parkir 2000 untuk motor dan 5000 untuk mobil tanpa hitungan berapa jam kita parkir. Murah? Jangan kaget. Di Jogja ini biasa.

Setelah membayar tiket kami berjalan di jembatan kayu menuju ke tengah-tengah pepohonan. Jajaran pohon pinus menyambut kami. Matahari yang memancar panas tak terasa karena terhalang teduhnya daun-daun. Deretan rumah kayu adalah tujuan pertama kami. Malam sebelumnya hujan deras melanda Jogja. Bahkan rintik hujan masuk turun saat kami berangkat setelah subuh.

buang mantan pada tempatnya (dok.yayat)
buang mantan pada tempatnya (dok.yayat)
Deretan rumah kayu yang berjajar nampak lembab. Tanah basah bekas hujan semalam tapi aman dilewati. Rumah kayu ini dibuat dari akar dengan tambahan kayu. Unik dan sangat instagramable, menyebut istilah jaman now untuk tempat-tempat yang potonya bagus banget dipajang di instagram. Lokasi ini belum ramai didatangi pengunjung karena hari masih pagi. Kalau sudah siang tempat ini akan penuh pengunjung, kata gadis penyobek tiket di pintu depan tadi.

Puas berfoto, kami berjalan lebih jauh menuju spot berikutnya, yaitu spot yang menjadi jualan utama lokasi wisata ini, rumah Hobbit. Ngetopnya film Lord of the Ring menginspirasi pengelola Seribu Batu Songgo langit untuk membuat tiruan rumah Hobbit di sini. Pada akhirnya adanya rumah Hobbit memang menarik pengunjung untuk datang. Cukup kreatif. Tak banyak rumah Hobbit yang dibangun, hanya 3 kalau tak salah. Meski sedikit, rumah Hobbit sudah cukup membuat anak-anak yang datang ke sini senang.

narsis di rumah hobbit (dok.yayat)
narsis di rumah hobbit (dok.yayat)
Rumah Hobbit ini dibangun dengan sederhana. Nggak lengkap dengan perabotan di dalamnya karena tujuannya ya buat foto-foto dari bagian luar. Nggak sama persis juga dengan rumah Hobbit dalam film-film namun untuk sarana berfoto, rumah Hobbit ini sudah lebih dari cukup. Toh pengunjung juga cuma butuh foto buat kenang-kenangan lalu dipasang di instagram dan facebook bukan buat tidur di dalamnya.

Karena ada di perbukitan maka lokasi wisata ini areanya naik turun. Yang bosan menikmati kehijauan bisa naik flying fox yang disediakan di sini. Jika lelah berjalan kaki, kita bisa istirahat di warung-warung yang ada di lokasi wisata. Warung-warung ini tertata letaknya jadi tak bikin kumuh area wisata. 

Jangan takut harga makanan akan dikemplang seperti layaknya lokasi wisata di Jakarta. Harga makanan di warung-warung ini sama dengan harga makanan di pinggiran jalan Jogja. Kalau Anda ke sini, pesanlah wedang uwuh dan minum sambil memandang jajaran pinus. Anda akan bersyukur dengan nikmatnya hidup.

alone (dok.yayat)
alone (dok.yayat)
Bila Anda merasa tak cukup menikmati view Seribu Batu Songgo Langit dari bawah, naiklah ke gardu pandang. Yap.. ada gardu pandang yang dibangun oleh pengelola agar kita bisa menikmati pemandangan dari atas. Naik ke Gardu Pandang kita melalui tangga sederhana yang terbuat dari kayu. Cukup kuat kok. Dasar Gardu Pandang lebih luas dari Gardu Pandang di Hutan Pinus Mangunan. Namun di Hutan Pinus Mangunan letak gardunya lebih tinggi.

Di bagian lain ada jembatan yang lagi-lagi terbuat dari kayu. Saya menunggu di ujung jembatan sebelum menyeberang karena dari arah berlawanan sepasang pengantin sedang berjalan di jembatan kayu. Lokasi ini memang sering menjadi tempat calon pengantin berfoto untuk pre-wedding. Si pengantin wanita mengangkat bagian bawah gaun pengantinnya yang seperti baju Cinderella itu. Sementara pengantin lelaki menggandengnya. Romantis. Di belakang pasangan ini ada beberapa orang yang membawa kamera dan perlengkapan foto.

jembatan jomblo (dok.yayat)
jembatan jomblo (dok.yayat)
Saya menyeberangi jembatan kayu sambil tersenyum. Senyum karena melihat sepasang pengantin yang berbahagia dan senyum karena plang kayu di atas jembatan.. plang kayu bertuliskan "Jembatan Jomblo". Lalu... apakah benar batu di sini ada seribu makanya di sebut Seribu Batu Songgo Langit? Saya nggak iseng menghitung juga kali tapi memang banyak batu-batu besar bertebaran di area wisata dan batu-batu ini menjadi spot foto yang bagus juga.

Tak terasa hari beranjak siang dan pengunjung makin ramai datang, saya dan keluarga beranjak pergi dari tempat asri ini menuju tujuan berikutnya. Saya akan datang lagi tahun depan... minum wedang uwuh sambil memandang jajaran pinus yang pasti sabar menunggu saya datang.

kudu move on (dok.yayat)
kudu move on (dok.yayat)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun