Mohon tunggu...
Yasintus Ariman
Yasintus Ariman Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu ingin berbagi

Aktif di dua Blog Pribadi: gurukatolik.my.id dan recehan.my.id

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kekalahan Itu Harus Diakui

24 Mei 2019   13:11 Diperbarui: 24 Mei 2019   13:21 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tulisan ini tidak lebih sebagai celoteh murahan. Meski demikian, inilah cara saya untuk meluapkan perasaan yang tertambat dalam dada. Sejujurnya saya termasuk salah satu dari 44, 50 % suara yang memilih Pasangan Prabowo-Sandi dalam pesta demokrasi kemarin. Saya juga secara sukarela mempromosikan keunggulan Prabowo-Sandi di media ini mapun di lingkungan tempat saya berada. Tidak sedikit yang mengkritik pilihan saya dengan menyampaikan argumen yang semuanya bisa dipertanggungjawabkan.

Saya menyadari jika pilihan saya bakalan kalah telak dari calon petahana. Namun saya masih pada pendirian bahwa pilihan saya tetaplah yang terbaik. Alam demokrasi di wilayah saya memang sangat kondusif untuk memungkinkan munculnya perbedaan. Meskipun beda, persaudaraan dan kerukunan tetap dijunjung tinggi.

Seperti yang sudah saya prediksikan dan saya sadari sendiri jika calon yang saya jagokan kalah telak dalam pesta demokrasi. Dan, demikianlah adanya. Apakah saya marah, jengkel serta tidak mempercayai proses yang ada? Jawabannya sama sekali tidak. saya tidak marah walaupun kadang guyonan teman selingkungan kerja membuat telinga panas dan muka memerah.  Ya, begitulah warna warni hidup berdemokrasi. Sikap sportivitas dan menghargai perbedaan senantiasa diagungkan.

Mengamati dinamika politik di tingkat pusat, dengan aneka manufer politik yang dipasarkan ke masyarakat, telah membelah nilai persaudaraan dan kebersamaan untuk membangun negeri. Kekalahan memang menyakitkan, apalagi jika hal itu dialami terus-menerus dalam periode tertentu. Ungkapan klise yang pas untuk situasi seperti ini adalah "kekalahan adalah kemenangan yang tertunda". 

Tetapi jika kalah mulu, alangkah eloknya merenungi diri guna menemukan ketenangan batin dan melihat kenyataan secara jerni serta bijak. Kedewasaan hidup berdemokrasi diuji dalam keadaan seperti ini. Melihat kenyataan yang terjadi, ada kekecawaan yang muncul dari dalam diri tatkala yang dijunjung selama kampanye ternyata enggan menunjukkan kedewaan hidup berdemokrasi. 

Aneka bentuk klaim kemenangan sebelum ada pengumuman resmi dari KPU menjadi salah satu ketidakdewasaan itu. Sebab klaim tersebut hemat saya tak lebih sebagai upaya provokasi untuk tidak menghargai sekaligus tidak mempercayai proses yang ada di negeri ini. Hasilnya sudah bisa dilihat selauruh rakyat. Peristiwa 22 Mei kelabu menjadi saksi dari ketidakdewasaan itu. 

Tetapi syukurlah TNI, POLRI bekerja cerdas dan bijak, serta seluruh rakyat tidak mudah tersulut amarahnya. Sebab jika tidak, sudah bisa dibayangkan apa yang bakal terjadi. Dan untuk saat ini bukan cuma kemenangan yang harus dirayakan tetapi kekalahan juga harus disyukuri. Caranya? Tentu bukan dengan cara menyulut atau memancing amarah para pendukung, tetapi mengakuinya dengan lapang dada. 

Bagi saya sebagai pendukung pasangan Prabowo sandi pada masa kampanye, kekalahan bukan untuk diratapi dalam budaya demokrasi pancasila. Sebab demokrasi yang berasas pancasila lebih menjujung tinggi kebersamaan dan persaudaraan. Calon yang menang dalam pilpres sudah pasti bukan hanya mejadi presiden bagi yang memilihnya. Tetapi, mereka akan menjadi presiden untuk seluruh rakyat Indonesia, mulai dari yang memilih, yang tidak memilih mapun mereka yang memilih untuk golput. Singkatnya kemenangan yang ada merupakan kemenangan untuk semua. Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun