Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Nyata Penjual Es Krim

31 Agustus 2017   07:16 Diperbarui: 31 Agustus 2017   08:33 2499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber : Istimewa)

Ini kisah nyata. Diceritakan oleh senior saya mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Dr. H. Saleh Partaonan Daulay, M.Ag, M.Hum, MA; Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI. Waktu itu ia masih mahasiswa UIN Ciputat. Suatu sore ketika ia sedang mengerjakan tugas kuliah bersama temannya. Mengerjakan paper yang akan dikumpulkan besok. Tiba-tiba saja sore itu cuaca buruk. Hujan dan badai menghantam kawasan Ciputat, tempat dimana bang Saleh dan temannya ngontrak. Hawa dingin pun menyengat dan menusuk sore itu kata bang Saleh. Namun bang Saleh dan temannya, terbawa asik mengerjakan tugas kuliahnya.

Di tengah cuaca yang kurang bersahabat itu, tiba-tiba seorang penjual es cream keliling melintasi kos-kosan tempat bang Saleh dan rekannya tinggal. Kata bang Saleh, penjual es cream itu payungnya baru saja terkoyak angin. Ia basah kuyup. Terlihat sangat kedinginan. Namun mungkin semangatnya mengais rejeki membumbung, gerobak yang didorongnyanya, terus melaju melintasi jalan.

Ketika berpapasan di kosan bang Saleh, penjual es cream itu dipanggilnya. "Mas sebentar." Melihat bang Saleh memanggil si penjual es cream, lantas ditimpali rekan sekosannya, "Le kamu mau makan es cream saat hujan-hujan dan dingin gini?" Dengan logat Batak nya yang kental, bang Saleh cuma jawab, "sudah, diam saja kau, nanti ku ceritakan." Bang Saleh membeli dua potong es cream lalu si penjual es cream itupun pergi. Diletakkannya dua potong es cream itu di dapur dan bang Saleh berkata pada temannya, "sudah, kau mau makan atau tidak terserah, tapi begini, aku mau cerita kenapa es cream tadi ku beli."

Lanjut bang Saleh "kau lihat penjual es cream itu, hujan, dingin dan badai, tapi ia punya semangat dan tak kenal lelah mendorong gerobaknya melintasi jalan. Mungkin pula orang itu belum makan siang. Tentu di balik gerobak itu, dia punya istri, dan anak yang mungkin saat ini lagi sekolah dan sulit membayar SPP. Maksud saya membeli es cream tadi, adalah untuk merawat harapan orang-orang kecil itu. Kau harus tahu, orang boleh saja hidup susah, tapi jangan sampai dia kehilangan harapan. Dengan membeli dua potong es cream tadi, saya cuma ingin merawat harapan orang itu, agar ia bangga pada dirinya, bahwa oh, ternyata hujan dan dingin gini, es cream saya masih laku juga.Saya mengawetkan harapan penjual es cream tadi."

Kisah nyata ini, sengaja saya ceritakan ulang, agar kita bisa merefleksikannya, bahwa betapa penting merawat harapan. Sekali lagi, orang boleh saja hidup susah, tapi jangan sampai ia kehilangan harapan. Harapan adalah elan vital kehidupannya. Dengan harapanlah seseorang memacuh hidupnya. Sejenak kita melongok ke luar dari balik tembok rumah yang megah dan dari balik jendela mobil mewah impor, betapa di luar sana, banyak orang-orang kecil yang memacuh hidup di jalan dengan peluh dan keringat yang ndres. Maka sejenak, berilah waktu sekedar merawat harapan orang-orang kecil itu. Wallahu'alam. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun