Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kesombongan dan Prestasi Politik Melahirkan Petaka Sosial dan Ekonomi

24 Juli 2016   07:47 Diperbarui: 24 Juli 2016   09:08 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap orang yang dengan mudah meraih sebuah prestasi seringkali bangga dengan kemampuan dirinya sendiri. Begitu juga dengan pengusaha yang sukses meraih banyak keuntungan finansial yang fenomenal jika juga bangga dengan apa yang diperolehnya. Poitisi dan penguasa, seperti; Presiden, Perdana menteri, atau seorang Raja ketika berhasil, dengan beragam prestasinya, merasa bangga, sombong atas capainya itu.  Dia merasa apa yang telah diperolehnya merupakan hasil kerja keras dengan system yang telah dibentuk selama ini. 

Prestasi dan keberhasilan itu, membuat dirinya bangga, dan kebanggaan itu seringkali melahirkan kesombongan yang luar biasa. Ketahuilah kesombongan itu seringkali melahirkan bencana politik yang tak berkesudahan. Sombong (takabbur) hanya milik Allah SWT. Tidak ada satu-pun mahluk baik yang tinggal di di muki bumi, atau di langit, yang diperbolehkan sombong kecuali Allah SWT. Dalam hadis Qudsi, Allah SWT berfirman “kesombongan itu adalah jubahku kebesaran-Ku, dan kebesaran itu adalah busana-Ku, maka barangsiapa mengambil salah satunya dari-Ku, Aku akan melemparkan orang itu ke neraka”. (HR. Ibnu Majah).  

Rupanya, di antara Makhluk Allah SWT yang berani melakukan “kesombongan” adalah Iblis. Pernyataan Iblis yang paling menarik yang diabadikan di dalam Al-Quran adalah “saya lebih baik dari Adam”. Iblis merasa dirinya tercipta dari Api, sementara Adam dari tanah, sehingga tidak pantas bersujud kepada Adam, walaupun itu perintah Allah SWT.

 Itulah namanya “sombong”. Sebuah Negara dan pemerintahan, ketika telah mencapai puncak kejayaan dalam, biasanya seorang pemimpin akan bangga dan sombong dengan segala prestasinya. Kadangkala, dia lupa bahwa tanpa Allah SWT, tidak akan bisa memperoleh kekuasaan, dan tidak akan bisa prestasi.  KH Muhammad Tholhah Hasan pernah mengatakan “jangan bertanya berapa lama menjadi pejabat Negara, tetapi berapa banyak kebijakan yang manfaat bagi umat yang telah dilakukan”. Biasanya, seorang Presiden atau Raja, seringkali berlama-lama di dalam menggenggam kekuasaannya.

Kadang, tidak memberikan kesempatan kepada yang lain, walaupun system yang di anutnya demokrasi.  Begitu lama menjadi seorang politisi, sampai kemudian terpilih menjadi Presiden, seringkali merasa dirinya yang paling hebat dan berkuasa. Padahal, cukup banyak rakyat menderita karena ulahnya. Setiap orang yang mendukung, sudah pasti mencintainya, dan akan terus mempertahankan. Turkey, salah satu Negara yang sukses di dalam membangun Negara.

 Erdogan adalah salah satu Presiden yang berhasil di antara presiden yang lain. Bahkan di anggab, mampu membawa Turkey pada masa kejayaan yang pernah diraihnya pada masa Ustmani. Begitulah keyakinan sebagian dari masyarakat dan pendukung Erdogan dimana saja berada, termasuk di Indonesia.  Pasca kudeta yang konon berhasil di gagalkan, sang Presiden dengan segala kekuasaannya, meminta rakyat yang mendukungnya turun Jalan untuk melawan. Dia berkuasa sepenuhnya tanpa batas, pendukugnya-pun turun jalan dan mendukungnya tanpa henti hingga kini. 

Presiden berhak menangkap, memecat, menutup sekolah-sekolah yang di anggab membahayakan dirinya. Bahkan, bisa saja seorang Presiden mengeluarkan aturan menghukum mati siapa-pun yang bisa menghalangi pemerintahannya. Teringat pada Raja Firaun, dia pernah membunuh setiap anak laki-laki yang terlahir, karena takut dengan kekuasaan dan politik yang terjadi di dalam pemerintahannya. Politik itu kadang memang sangat kejam, sombong dan arogan. Demi merebut sebuah kekuasaan, apa-pun akan dilakukan, walaupun kadang memakan darah sesama anak bangsa, dan sesama umat beragama. Mereka seringkali bersembunyi di balik Al-Quran dan sunnah Rosulullah SAW. 

Saat menyerang lawan-lawan politiknya, tidak sedikit menggunakan dalil-dalil Al-Quran dan hadis Rosulullah SAW, agar semakin meyakinkan pada pendukungnya.  Tidak perduli agama dan keyakinan, juga tidak perduli orang yang dihadapi siapa. Keluarga dan anak cucu Rosulullah SAW, bertahun-tahun menderita, bersembunyi, karena Kekhalifahan Muawiyah mengancam dan tidak memberikan sedikitpun hak politiknya. Bahkan, tidak sedikit yang terbunuh dengan cara yang tidak sewajarnya.

Dalam urusan politik dan kekuasaan, tidak perduli juga yang dihadapi itu guru dan ulama yang selama ini mengajarkan. Ali Ibn Abi Thalib ra, sahabat, menantu, dan juga anak angkat Rosulullah SAW. Ali Ibn Thalib ra, seorang Khalifah yang sah, dan tidak pernah absen di dalam mendampingi Rosulullah SAW di dalam berjihad melawan musuh-musuh Allah SWT. Ternyata harus terbunuh dengan keji oleh seorang lelaki penghafal Al-Quran, karena masalah politik juga. Alasannya sederhana “Ali Ibn Abi Thalib tidak menggunakan hukum Allah, tetapi menggunakan hukum produk manusia”.

Usman Ibn Affan juga demikian. Abdullah Ibn Zubair, dipenggal kepalanya dan digantung di atas Baitullah karena melawan pemerintahan Yazid Ibn Muawiyah, juga karena masalah politik dan kekuasaan. Ketika membincangkan politik dan kekuasaan, dimana seorang pemimpin dengan segudang prestasi seringkali terjebak pada perasaan bangga diri dan sombong. Justru, ketika dipuncak prestasi itulah, seringkali manusia lalai, dan menjadi awal dari sebuah kehancuran kekuasaanya.  

Khalifah Abbasiyah yang di pimpin Al-Mu’tasim waktu itu, diruntuhkan oleh Gengis Khan, bukan karena lemah ekonomi dan pertahanannya. Justru pada masa itu termasuk masa kejayaannya. Rupanya, ketika puncak kejayaan, dengan segudang prestasi, justru menjadi lalai dan lemah. Puncak kejayaan itu adalah awal dari sebuah kehancuran. Begitulah teory Ibn Khaldun. Bangsa Arab dan sekitarnya, saat ini telah mencapai pada puncak kejayaan ekonomi dan prestasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun