Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ihwal Klaim Tingkat Kemiskinan Terendah Sepanjang Sejarah

20 Juli 2018   00:37 Diperbarui: 20 Juli 2018   08:40 2935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto: detik.com)

Kepala BPS (Badan Pusat Statistik), Suhariyanto mengatakan tingkat kemiskinan per Maret 2018 turun hingga 9,82 persen. Dengan demikian, jumlah penduduk miskin berjumlah 25,93 juta orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2017, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan mencapai 26,58 juta orang.     

Suhariyanto menjelaskan, tahun ini, penduduk di bawah garis kemiskinan turun hingga 633,2 ribu orang. Jumlah penduduk miskin di perkotaan turun sebanyak 128,2 ribu orang. Sementara di daerah perdesaan turun 505 ribu orang.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menanggapi pengumuman BPS tersebut dengan berbesar hati.  "The first time in the history of Indonesia, tingkat kemiskinannya di bawah 10 persen," kata Sri Mulyani di acara peringatan 10 tahun Adaro masuk Bursa Efek Indonesia, Senin, 16 Juli 2018, di Hotel Ritz-Carlton Ballroom, Pacific Place.

Tak lama berselang, berbagai kritik bermunculan. Seperti biasa, indikator yang digunakan BPS pun kembali dipertanyakan karena dianggap tidak bisa menggambarkan aspek hidup layak yang sebenarnya untuk warga agar bisa dikategorikan tidak miskin.

Direktur Eksekutif Perkumpulan Prakarsa, Ah Maftuchan mengkritik data BPS karena masih melihat kemiskinan dari kacamata ekonomi saja, yakni dari sisi pengeluaran per kapita sehingga cenderung tak holistik.

Kritik lebih keras, salah satunya disampaikan oleh ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira. Dengan berbagai argumentasinya, Bhima menyimpulkan bahwa penurunan tingkat kemiskinan yang disebut-sebut sebagai prestasi oleh pemerintah adalah semu.

Seolah tak mau ketinggalan, para netizen juga turut memberikan komentar. Banyak diantaranya yang mempertanyakan garis kemiskinan yang digunakan sebagai dasar survei BPS. Pada Maret 2018, BPS menggunakan standar garis kemiskinan Rp 401.220 per bulan atau naik 3,63 persen dibanding pada September 2017 sebesar Rp 387.160. Adapun pada Maret 2017, standar garis kemiskinan yang digunakan adalah sebesar Rp 374.478 per bulan.

Standar garis kemiskinan yang hanya Rp 400 ribu itu kemudian dianggap tidak masuk akal karena kebutuhan umum manusia untuk hidup normal jauh melebihi angka tersebut.

Berbagai kritikan/masukan yang disampaikan warga, tentu harus didalami lebih lanjut oleh pemerintah. Dengan demikian, pemerintah tidak terlalu terlena apalagi jumawa dengan data-data statistik yang seolah-olah menunjukkan bahwa pemerintah sudah berhasil menjalankan tugasnya.

Menurut saya sederhana saja, katakanlah tingkat kemiskinan satu digit yang ditorehkan tahun ini memang merupakan prestasi, namun tetap saja bahwa angka 26,58 juta orang miskin di Indonesia masih terlalu banyak jumlahnya di negeri yang gemah ripah loh jinawi ini.

Angka kemiskinan tersebut juga masih bisa bertambah karena sebagaimana diakui oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas, Bambang Brodjonegoro, jumlah penduduk yang masuk kategori rentan miskin pun cukup besar jumlahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun