Mohon tunggu...
Ima Hardiman
Ima Hardiman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

perempuan biasa. penikmat perjalanan dan pencinta keindahan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pak Jero Wacik, Tengoklah Pak Ali di Desa Sawai

13 Juli 2011   16:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:42 2455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini secara tak sengaja saya memencet remote ke saluran TVRI. Saya terkejut melihat wajah yang pernah saya kenal. Muhamad Ali! Lelaki hitam kekar itu, raut wajah keras itu, adalah warga sebuah desa terpencil di Maluku yang saya temui saat melakukan perjalanan jurnalistik akhir tahun lalu. Pak Ali panggilannya, adalah pemilik Penginapan Lisar Bahari. Penginapan yang pernah dimuat buku panduan wisata internasional Lonely Planet ini, satu-satunya di Desa Sawai, di ujung utara Pulau Seram. Meski berupa rumah kayu terapung yang sangat sederhana, tapi selalu fully booked oleh tamu bule. Tak terhitung jumlah tamu bule yang pernah menginap di penginapan Pak Ali. Rata-rata tamu menghabiskan waktu minimal satu minggu, dengan tarif per orang Rp200.000 sudah termasuk makan 3 kali. [caption id="attachment_122540" align="alignnone" width="330" caption="Pak Ali dan saya, di depan penginapan miliknya, 2010. Foto:JP."]

13105734572015738016
13105734572015738016
[/caption] Ali yang tidak lulus SD, tidak bisa SMS, tidak mengenal internet apalagi facebook, adalah motor penggerak dan pahlawan wisata Desa Sawai. Awalnya di tahun 1996, Ali merasa terpanggil untuk memajukan kehidupan di desanya setelah menonton TVRI. Waktu itu sebuah tayangan TVRI menayangkan program wisata panorama bawah laut dan trekking ke hutan di Bali yang sangat diminati turis asing. Ali menjadi penasaran, padahal Desa Sawai potensi alamnya lebih indah. Laut lepasnya, terumbu karang, ikan warna warni di pantai, hutan yang masih lestari, aneka satwa liar, pepohonan tinggi berusia ratusan tahun yang tingginya mencapai 50 meter. Ali meyakini, keindahan Sawai yang tak tertandingi dapat menggoda turis datang. [caption id="attachment_122542" align="alignnone" width="448" caption="View di depan penginapan, Teluk Suleiman dan boat untuk wisata bahari. Foto:IH."]
13105736051100382188
13105736051100382188
[/caption] [caption id="attachment_122543" align="alignnone" width="150" caption="Desa Sawai. Foto:JP."]
13105736311019826363
13105736311019826363
[/caption] [caption id="attachment_122609" align="alignnone" width="380" caption="Sumber:The Jakarta Post."]
131060611358240563
131060611358240563
[/caption] Sejak itu Ali bertekad dapat mendatangkan turis ke Sawai. Ia mengeksplor potensi wisata desanya; mulai dari pantai berpasir putih, lokasi snorkeling, jalur trekking di Hutan Manusela, cara mengolah sagu hingga memetik buah kelapa. Setelah itu ia mendatangi biro-biro wisata di Ambon, memperkenalkan wisata desanya. Jerih payah Ali ternyata berbuah. Tak berselang lama, Sawai dikunjungi turis asing yang dibawa salah satu biro perjalanan wisata di Ambon. Namun, saat turis mulai berdatangan, terjadi konflik Maluku di tahun 1999. Turis tidak ada lagi yang datang. Usaha penginapan Ali sempat tak beroperasi hingga sekitar tahun 2005. Lima tahun terakhir barulah turis berangsur datang. [caption id="attachment_122544" align="alignnone" width="299" caption="Desa Sawai, 15 tahun lalu tidak dikenal, kini diminati turis asing.Foto: IH."]
13105736472014401336
13105736472014401336
[/caption] Semangat Ali tak pernah berhenti. Agar wisatawan terus datang, sejak tahun lalu ia menawarkan Wisata Naik Pohon (platform) yang ternyata disukai turis. Wisata memantau burung liar dari atas pohon setinggi 50 meter ini rutenya dimulai dengan berjalan kaki 1,5 km, dilanjutkan trekking ke atas gunung selama 1 jam, lalu memanjat pohon dengan bantuan pemandu. Paket ekowisata ini bertarif Rp750.00 per orang. Menjadi mahal karena Ali harus menggaji 10 pemuda desanya sebagai pemandu terlatih, yang telah menjalani training dari tim asing seperti Project Bird Watch. [caption id="attachment_122548" align="alignnone" width="134" caption="Foto:Google."]
13105738971099472997
13105738971099472997
[/caption] [caption id="attachment_122549" align="alignnone" width="500" caption="Wisata Naik Pohon (platform). Foto:almascatie."]
1310573959829760956
1310573959829760956
[/caption] [caption id="attachment_122550" align="alignnone" width="435" caption="Pemuda Sawai yang putus sekolah, ditraining sebagi pemandu wisata.Foto: Dok.Ali."]
131057398072087956
131057398072087956
[/caption] Selain itu Ali menyediakan Wisata Bahari dengan boat berkapasitas 10 orang. Dimulai pagi hari menyusuri Sungai Salaway, melihat air terjun, menjelajah gua. Siang hari ke Pulau Raja yang tak berpenghuni untuk makan siang dan minum buah kelapa yang diambil langsung dari pohon. Dilanjutkan ke Pulau Loesaolat untuk snorkeling atau berenang. Sorenya ke pantai tebing Tanjung Hatusupun yang eksotis untuk menikmati snack dan teh. Wisata sehari penuh ini tarifnya Rp500.000. [caption id="attachment_122547" align="alignnone" width="336" caption="Foto: IH."]
13105738321798368558
13105738321798368558
[/caption] [caption id="attachment_122546" align="alignnone" width="336" caption="Hatusupun yang eksotis, potensi wisata bahari Desa Sawai.Foto: IH."]
13105737371978251762
13105737371978251762
[/caption] Tak dapat dipungkiri, Ali memperoleh income tidak sedikit dari paket wisata yang dijualnya. Tapi Ali juga berbagi rezeki bagi warga desanya.Iamembuka lapangan pekerjaan bagi pemuda putus sekolah. Ia menghidupkan ekonomi desa melalui kedatangan turis, seperti tumbuhnya usaha makanan, laundry, transportasi, dan lainnya. Dan yang terpenting, Desa Sawai yang 15 tahun lalu tidak dikenal, kini menjadi ikon wisata Pulau Seram, Maluku. Kiprah Ali membangkitkan potensi wisata di desanya patut diteladani. Dan dalam waktu dekat Ali dipercaya investor asing untuk membangun resor di Pulau Misool kawasan Raja Ampat di wilayah Papua. Ia ditugaskan sebagai operator wisata bahari, terutama wisata bawah lautnya. Mengingat Pak Ali malam ini, saya tercenung…Orang Indonesia (bahkan warga Ambon) saja tidak mengenal dan belum pernah ke Desa Sawai, sementara setiap tahun, ratusan turis mancanegara telah mengagendakan Sawai sebagai must visit place… (Yth. Pak Jero Wacik, jika ada waktu luang, mohon tengoklah Pak Ali dan warga Desa Sawai, hanya 12 jam dari Jakarta...Alangkah baiknya jika bapak dan tim menginap juga di sana, mencoba serunya wisata platform dan wisata bahari ala Pak Ali. Menikmati secangkir kopi sambil memandang laut lepas Teluk Suleiman, diantara sepoi angin yang berhembus dari Hutan Manusela. Itulah Visit Indonesia yang sesungguhnya...) MENUJU KE DESA SAWAI (dari Jakarta) Jakarta-Ambon (4 jam): Pesawat Garuda, Sriwijaya, Batavia, tarif mulai dari Rp 800.000. Bandara Patimura- Pelabuhan Tulehu (1,5-2 jam): Taksi/ojek Rp 150.000/Rp50.000. Pelabuhan Tulehu- Pelabuhan Amahai di P.Seram (2 jam): Kapal cepat Cantika Bahari (AC) Rp150.000/Rp90.000. Pelabuhan Amahai- Desa Saka (4 jam): Carter mobil/ angkutan umum Rp500.000/Rp100.000. Desa Saka-Desa Sawai: Menumpang boat dari Penginapan Lisar Bahari Muhamad Ali dapat dihubungi di: 0821-97556442 atau 0821-11181137 Selengkapnya tentang potensi wisata di Maluku, baca Extremely Beautiful Maluku (penerbit Gramedia).

13105740731731158167
13105740731731158167

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun