Judul Buku    : Mutiara Mukmin Milenium
Penulis       : Ramadha Tsulatsi Hajar, M.Pd.
Penerbit      : Quanta
Tahun Terbit   : 2016
Tebal        : 150 halaman
Harga        : Rp 47.800,00
Buku non fiksi islami karya Ramadha Tsulatsi Hajar, M.Pd. ini berisi kumpulan esai yang diramu dengan kisah-kisah inspiratif tentang iman, cobaan, dan motivasi dalam menjalani kehidupan sebagai mukmin akhir zaman (kutipan cover belakang buku). Penulis sudah pernah menulis dan menerbitkan buku berjudul happy friendship with shalat (Tuhfa Media : 2011), Sang Bidadari Subuh (Diva Press : 2010), danBerlayar ke Surga (Diva Press : 2011).Selain itu karya cerpen penulis juga berhasil di muat di koran Jawa Pos dan majalah Ideal Surabaya.
Penulis merupakan alumni PGMI UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) dan program magister pendidikan dasar Universitas Negeri Surabaya. Sekarang penulis beraktivitas sebagai ibu rumah tangga dan juga berprofesi sebagai Dosen di UINSA. Penulis pernah menjadi pembicara dalam acara bedah novel karyanya sendiri yang berjudul "Sang Bidadari Subuh"di kampus UINSA pada tahun 2011.
Penulis selalu menyisipkan pesan dakwah terhadap karya-karya yang dihasilkanya. Setelah pembaca membaca karya tulisnya sampai akhir bisa terpengaruh dengan pemikirannya. Sehingga selalu ingin berbuat kebaikan sesuai dengan tulisan yang dibuatnya. Pesan dakwahnya biasanya dapat kita cerna setelah membaca cerita-ceritanya baik yang berbentuk fiksi ataupun non fiksi.
Isi dalam buku ini terdiri dari tiga bagian : pertama, Â Who Are "Mukmin Millenium"?, kedua Pabrik Mukmin Milenium (daur ulang luka dan sedih jadi prestasi), ketiga, Mukmin Milenium Gaul Itu. Dalam tiga bab tersebut ada beberapa subbab yang berisi kisah-kisah pengalaman hidup yang menarik untuk disimak oleh pembaca. Seperti : ada suatu kisah mahasiswa yang belajar tentang kehidupan dari tungkang tambal ban dan pedagang somay. Berikut ini cuplikan percakapan tungkang tambal ban dengan mahasiswa:
"hidup ini seperti sepeda pancal dek. Roda itu dunia dan setir itu akhirat. Biar hidup kita berjalan, kita harus memutar rodanya alias bekerja memenuhi kebutuhan dunia. Nah agar selamat, dalam memutar roda, kita juga harus selalu melihat setir alias akhirat biar tidak jatuh atau tersesat". (hlm.110)