Mohon tunggu...
Rizal Amri
Rizal Amri Mohon Tunggu... -

Pengamat barang kerajinan dan rajin mengamati peristiwa politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kisah Jas Merah, Mengapa Ahok Dua Kali Nolak, Mengapa Mega Maksa

22 September 2016   09:47 Diperbarui: 22 September 2016   10:06 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soal baju jas berwarna merah, menjadi perhatian publik pada saat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat dideklarasikan sebagai calon yang akan diusung PDIP dalam pilkada DKI 2017.

Ikhwalnya, Ahok tak mengenakan baju jas berwarna merah pada saat itu, sebagaimana para calon kepala daerah pilihan PDIP lainnya yang juga hadir di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.

Pada acara deklarasi tersebut, PDIP sebenarnya sudah menyiapkan jas merah yang sesuai dengan ukuran badan Ahok. Namun Ahok berhasil berkelit untuk tidak memakainya dengan alasan repot jika harus berganti baju dulu. Sebagaimana diungkapkan Ahok sendiri. "Mau ganti-ganti baju repot amat," ujarnya di Balai Kota Jakarta, Rabu, 21 September 2016.

Saat itu Ahok hanya mengenakan baju batik cokelat lengan panjang. Hal ini konon membuat Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri kurang senang. Padahal PDIP ingin menjadikan jas merah sebagai simbol ketaatan dan ketundukan “sang calon” terhadap partai. PDIP kemudian menyisipkan prosesi tambahan untuk Ahok, yakni penandantanganan secarik kertas berisi komitmen politik yang dinamai Dasa Prasetya, di hadapan publik. Perlakuan itu berbeda dengan para calon kepala daerah pilihan PDIP lainnya yang juga menandatangani surat semacam itu, tapi di luar acara. PDIP tampaknya ingin menjadikan episode itu sebagai pesan pengganti, bahwa Ahok telah “dijinakkan” dan tunduk sepenuhnya pada PDIP.

Upaya Mega “menjasmerahkan” Ahok kembali terulang pada saat petahana ini diboyong PDIP mendaftarkan diri ke KPUD DKI, hari Rabu (21/9/2016). Awalnya, salah seorang petinggi PDIP menyodorkan jas merah kepada Ahok, namun jas itu dibiarkan saja terletak di atas sandaran kursi. Beberapa saat kemudian, Megawati sendiri yang mengambil dan memakaikan jas merah tersebut ke pundak Ahok. Kali ini Ahok tak bisa mengelak, hanya tersenyum kecut dan terkesan canggung.

sumber: liputan6.com
sumber: liputan6.com
Mengapa Megawati begitu “maksa” agar Ahok mau memakai jas merah ikon PDIP itu, bukankah hal itu berarti tidak menghargai partai kolisi pendukung Ahok. Bahkan partai Golkar, Nasdem dan Hanura sudah lebih duluan dari PDIP menyatakan dukungannya pada Ahok.

Jawabannya sederhana saja, yakni Mega ingin menyampaikan pesan untuk meredam berbagai ketidakpuasan di kalangan kader yang belum legowo atas pencalonan Ahok. Dalam pandangan mereka, kebijakan Ahok banyak tidak sejalan dengan prinsip-prinsip partai yang dikenal sebagai pembela wong cilik itu. Ahok seringkali tak segan-segan dan tanpa kompromi menggusur wong cilik demi memuluskan pembangunan yang entah untuk siapa. Bahkan cendrung menguntungkan orang-orang kaya dan investor asing.

Megawati ingin meyakinkan kader, bahwa Ahok sudah menjadi keluarga sendiri, secara de facto sudah menjadi kader partai, bahkan sudah menjadi petugas partai.

Adapun Ahok kenapa dua kali berkelit, walau akhirnya pasrah “dijasmerahi” Mega. Hal itu logis saja dan sudah semestinya Ahok mencoba menolak. Ahok ingin tetap terlihat independen. Beliau menyadari bahwa mengenakan jas merah akan menjadi bukti lain terhadap rumor-rumor mengenai “deal-deal” yang telah dia buat dengan Megawati dan PDIP. Termasuk informasi bahwa Ahok sudah menyatakan siap menjadi kader PDIP, namun deklarasinya tidak saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun