Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Perpustakaan Sayang, Perpustakaan Malang

18 Maret 2017   15:43 Diperbarui: 19 Maret 2017   10:00 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru saja kemarin saya mendengar berita anjloknya lift di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan. Menurut berita yang beredar tadi malam, tidak ada korban jiwa. Korban trauma pastinya ada. Saya bertaruh dalam waktu yang lama, para korban itu menghindari lift dalam bentuk apapun dan lebih memilih meniti tangga. 

Dan bayangkan saya sekarang harus masuk dalam sebuah lift yang usianya tak kalah tua. Entah berapa usia bangunan dan lift yang saya masuki siang ini tetapi tidak bisa disangkal bahwa umurnya sudah tak muda lagi. Dibandingkan tiga bangunan yang baru lahir di sekitarnya, gedung sepuluh lantai ini sudah mirip manusia paruh baya jelang senja yang mulai sakit-sakitan karena kurang perawatan.

Begitulah setidaknya kesan muram yang saya temui sebelum menginjakkan kaki ke Perpustakaan Umum DKI Jakarta di Gedung Nyi Ageng Serang, Kuningan, Jakarta Selatan. 

Sebagai pengunjung setia tempat ini di akhir pekan dan bahkan saban hari dalam kurun waktu yang dulu pernah mengharuskan saya bekerja di tempat yang tenang dan lapang, saya mengamati dengan cukup lama perkembangannya dalam setahun terakhir ini yang malah mengecewakan.

Selama kunjungan saya yang intens di tahun 2016, saya merasakan kualitas pelayanan perpustakaan ini relatif bagus. Para petugasnya, dari yang bernama Jihan, Mega, dan lain-lain selalu menyapa pengunjung dengan ramah. Mereka masih berusia muda sehingga membawa kesegaran dalam semangat pelayanan. Ada beberapa rekan mereka yang sudah lebih senior juga dan mereka bekerja relatif baik juga. Atasan mereka, seorang perempuan berkerudung dan bersuara lantang dan bercakap blak-blakan bernama Tuti, saya kerap jumpai disapa anak-anak pengunjung setia ruang perpustakaan khusus anak yang ramainya membuat kami pengunjung dewasa agak kesal tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi, tidak ada yang terkesan hanya ongkang-ongkang di sini.

Musholla juga tersedia dan terawat baik. Sebenarnya di lantai dasar ada juga musholla yang lebih besar tapi ini akan memudahkan mereka yang sedang asyik melahap buku untuk tidak mesti turun naik lantai gedung untuk salat.

Dahulu, selama 2016, jam pelayanan perpustakaan ini sungguh memanjakan kami para pengunjung. Saya bisa datang sepagi pukul 9 dan menjadi pengunjung pertama lalu menukar kartu identitas dengan kunci dan membuka loker yang ada untuk menaruh tas dan barang lainnya untuk kemudian baru bisa masuk ke perpustakaan dengan barang yang benar-benar diperlukan. Bahkan disediakan tas-tas transparan bagi mereka yang hendak membawa barang yag cukup banyak ke dalam ruangan perpustakaan.

Pendingin ruangan juga bekerja dengan mulus di sini dulu. Pagi hari saat saya masuk ke ruangan, dan saat udara masih sejuk, ruangan tidak terasa panas. Bahkan karena ingin mencari sedikit kehangatan, saya memilih duduk di depan jendela agar terpapar secercah sinar mentari pagi hari. Sinyal wifi juga sangat lancar di pagi hari karena masih sepi pengunjung.

Tentang lift lagi, dulu juga lift yang bisa dipakai lebih banyak. Perkara lift ini memang sudah menjadi masalah laten gedung ini. Saya sendiri sudah maklum. Saya sudah sering mengalami insiden lift yang sangat lambat bergerak, mengularkan suara berderit sampai yang naik bergidik, bahkan suatu kali saya menyaksikan sendiri permukaan lantai gedung dan permukaan lantai lift tidak sejajar alias timpang, yang artinya lift tidak bisa menyelaraskan ketinggiannya dengan pengaturan yang semestinya. Siapa yang tidak khawatir? Karenanya, saya kerap memilih menggunakan tangga darurat saja. 

Dan menaiki tangga hingga lantai tujuh memang bukan perkara sulit buat saya yang masih muda, tetapi tentu akan hampir ‘membunuh’ mereka yang lanjut usia. Padahal di gedung yang sama juga bermarkas sebuah organisasi keperempuanan yang sering dikunjungi perempuan-perempuan berbagai bangsa dan berbagai usia, bahkan yang sudah berusia senja sekalipun.  

Sayangnya sekarang banyak perubahan di tempat kesukaan saya ini. Dan perubahannya tidak menuju arah yang lebih baik. Malah terkesan konstan, dan dalam beberapa aspek, melorot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun