Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Perawat

| Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada | Bachelor of Nursing Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Atas Nama Cinta

13 Agustus 2019   20:50 Diperbarui: 13 Agustus 2019   20:56 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tak menemukan satu rasa yang begitu besar selain rasa jatuh cinta. Rasa ini bagiku adalah spesial meski aku merasa takut untuk memulai dan membukanya. Rasa yang berawal dari mata dan turunnya ke hati sedikit membuat perih hari-hari.

Kutahu bahwa agama sebagai pedoman memberi batasan tapi keinginan mencintai begitu memuncak hingga akhirnya kuputuskan untuk berlabuh dalam pedoman yang di syariatkan. Guruku pernah berujar agar segala yang ada harus diungkapkan, tak boleh tertahan sebab akan menjadi gangguan, begitulah kira-kira kumulai semuanya.

Ku lanjutkan dengan menulis kata demi kata dalam lembaran kertas elektronik berwarna putih kehijauan, ku ungkapkan segala cerita diri sembari berharap agar kelak usaha ini akan mengekalkan sejarah bahwa rasa yang disalurkan lewat jalan yang benar pasti menemui cerita indah di ujung cerita.

Meski kusadari bahwa pilihan ini datangnya dari chemistry, tapi kucoba pelan-pelan berfikir, mengorek informasi dan sejenak berkomunikasi, ternyata hatiku dekat, jiwaku terikat, masa lalu buatku semangat, kisahnya penuhi relung dan berharap menjadi penyemangat. Aku merasa dia berbeda meski jendelaku dengan orang-orang disekitarnya mungkin juga berbeda.

Langkah semangat telah ku hentakkan sejak awal datangnya rasa,  meski mengiba harapan, tapi hatiku tak lekang oleh apapun rasa yang kumiliki. Hasrat ini besar, rasa ini menjadi, kucoba sedikit bersabar untuk perlahan mengajari hati dan diri. Tak salah dengan proses yang ada, tapi setidaknya kusiapkan mental, fisik, emosional, ilmu juga finansial untuk kuhebatkan diri agar aku pantas untuknya.

Foto Pribadi : Masjid Al Majmaah, Riyadh 
Foto Pribadi : Masjid Al Majmaah, Riyadh 

Siapakah takdir itu ?

Saya tidak bisa mendefinisikan cinta terlalu gamblang atau sekedar bermanis dihadapan wanita untuk mengikat mereka. Saya juga tidak pandai bicara dihadapan wanita jika hanya untuk sekedar polesan belaka. Saya juga tidak terlalu aktif menjelaskan siapa wanita yang kelak menjadi bagian dari penggalan rusuk yang hilang. Saya hanya berusaha memberikan keyakinan tentang cinta, masa depan dan dinamika.

Setahun berlalu, usia yang masih begitu belia, namun kekokohan ini tetap tegak menjulang meski goncangan datang menerpa. Kusadari dalam setiap dinamika akan selalu ada rintangan, keluhan, ratapan bahkan pula tangisan. Tapi kita tetap membersamai kehidupan ini atas nama cinta yang telah kita sakralkan. Janji itu telah mengekal bersama angin, hujan bahkan badai yang setiap waktu menghampiri kehidupan berumah tangga.

Atas nama cinta, kita berjalan dalam usia yang masih prematur, membawa duka dan bahagia juga harapan dan janji setia. Diatas itu akan ada halangan yang datang bersama dengan bertambahnya usia perjalanan. Tapi doa-doa yang menjadi penguat atas ikatan ini akan tetap melangit dan menjadi kekuatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun