Mohon tunggu...
WS Thok
WS Thok Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Lahir di Jawa-Timur, besar di Jawa-Tengah, kuliah di DI Yogyakarta, berkeluarga dan tinggal di Jawa-Barat, pernah bekerja di DKI Jakarta. Tak cuma 'nguplek' di Jawa saja, bersama Kompasiana ingin lebih melihat Dunia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menumbuhkan Kecintaan

11 Juli 2010   05:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:57 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_190887" align="alignright" width="212" caption="Proyek 'Train H' Bontang (1999) - Dok. Pribadi"][/caption]

Lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci (1452-1519) begitu berharganya. Lukisan gadis yang berpose setengah badan itu bernilai seni tinggi. Melihat (foto) lukisan itu terus terang saya kurang ngeh, hanya layaknya memandang orang yang tidak saya kenal, ini akibat ketidak-tahuan saya tentang seni lukis. Dari pada lukisannya, saya lebih bisa nangkep lagunya yang mendayu-dayu itu yang dinyanyikan oleh Nat King Cole (syair lagunya sih tetap saja nggak ngeh, hehehe).

Sama halnya bila obyek lukisan itu adalah ayah saya,kemungkinan besar orang lain akan acuh tak acuh, namun bagi saya sangatlah berarti karena bisa mengingatkan kepada kejadian dan kebersamaan yang pernah kami alami.

Ketika memandang foto bersama di suatu proyek, selain rasa bangga, angan pun melayang memerinci peristiwa-peristiwa yang terjadi saat bersama-sama mengerjakan proyek itu. Bisa teringat pula orang-orang yang tidak tampak pada foto itu.

Para muda biasa memasang foto kekasih di dompetnya, merasa selalu dekat dan setiap memandangnya fantasi romantisme menyergap angannya, dan itulah yang diharapkan. Dipandang orang agak aneh, tidak ada yang akan dibayar, sebentar-sebentar mengeluarkan dompet, dicium-cium sambil tersenyum sendiri. Dasar pembosan, seiring berjalannya waktu, cintapun luntur dan lebih suka memasang foto orang lain yang lebih menarik hati...foto anak!

Saat saya tunjukkan sebuah wayang kulit dengan tokoh tertentu, anak saya hanya memandang sekilas dan ogah-ogahan. Berbeda dengan teman yang mengenal cerita wayang, tokoh wayang itu sudah cukup untuk menceritakan komplit satu episoda/lakon wayang tertentu.

Benda-benda di atas sangat berarti bila pemilik atau penikmatnya mengetahui latar belakangnya. Seberapa berarti/nilainya tergantung pada seberapa besar mengenalnya. Kalau benda itu peninggalan sejarah atau milik orang terkenal tentu makin bernilai/berharga. Meski guci gompel harganya bisa sangat mahal, karena bekas peninggalan Mi'ing, eh ... Dinasti Ming dari China. Meski kutang bekas, banyak yang memperebutkan, oleh laki-laki lagi dan rela membayar mahal, hanya karena pernah dipakai Marilyn Monroe!

Untuk menumbuhkan kecintaan terhadap sesuatu (orang, barang atau tempat), merasa perlu untuk mengingat, mengetahui, mengenal (kan) latar belakang atau masa lalunya. Jika tidak, jadilah tak kenal maka tak sayang.

Banyak hal-hal yang disenangi orang tua namun kurang disukai anak muda, karena kurang dikenalkan, misalnya: gamelan, wayang, musik keroncong dan seni tradisional lainnya. Merasa ada "panggilan" untuk mengenalkan lagu keroncong kepada anak-anak, sayapun mencoba rengeng-rengeng mendendangkannya. Ee ... bukannya terpesona dengan suara merdu bapaknya (maaf, ini kejelekan saya yang suka narsis) ... malahan mereka kompak menutup telinganya. Hih! ... rasanya pingin menjitak saja kalau tak ingat kampanye Kak Seto, tentang anti KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Tambah gonduk lagi (atau harusnya bangga ya?!), karena sekarang ini di Brunai Darussalam, atas perintah penguasa negeri, tiap malam musik keroncong diperdengarkan di radio pemerintah sebagai pengiring tidur hingga pagi.

Demikian pula banyak kesenangan anak-anak saya yang kurang saya sukai. Sejujurnya saat kecil dulu saya juga menyukai beberapa hal yang mereka senangi. Jadi, egoisme orangtua saja rupanya yang menyebabkan ketidak-sukaan itu. Saya harusnya legowo, karena anak pun mempunyai kebebasan menyenangi sesuatu sesuai dengan selera dan zamannya, apalagi saat ini banyak pilihan hiburan yang menarik bagi mereka.

Saya sadari, meski sepertinya saya ‘kurang’ mengenal dunia anak-anak saya, mereka sejatinya kodrat yang paling saya sayangi, mengalahkan semua kesenangan saya. Dan sesuatu yang lebih penting dan menjadi tantangan saat ini adalah, bagaimana saya mempromosikan diri agar bisa menjadi yang sangat dikenal dan disayanginya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun